Adu Nasib Ortu dan Anak di Pileg

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Fenomena menarik tersaji jelang pemilihan legislatif Februari 2024 mendatang. Salah satunya adalah orang tua dan anak sama-sama mencalonkan diri maju sebagai calon legislatif.

Berdasarkan Daftar Calon Tetap (DCT), beberapa nama (orang tua dan anak) maju dalam Pileg 2024, ada yang dari satu partai, ada pula yang berbeda partai. Bahkan ada mengadu peruntungan di beda tingkatan.

Seperti halnya Aliyah Mustika Ilham dan Amirul Yamin Ramadhansyah. Mereka maju jadi caleg dari parpol yang berbeda. Aliyah Mustika Ilham maju bertarung melalui Partai Demokrat, sementara sang anak memilih maju melalui Partai NasDem untuk DPRD Makassar.

Kemudian ada nama Amir Uskara dan Imam Fauzan. Ayah dan anak ini maju melalui parpol yang sama yakni, PPP untuk DPR RI Dapil Sulsel I. Selanjutnya ada Andi Pashar Padjalangi dan Isman Maulana Padjalangi. Keduanya maju melalui Partai Golkar. Pashar Padjalangi memilih bertarung di DPR RI Dapil Sulsel II, sedangkan sang anak untuk DPRD Sulsel Dapil 7 Sulsel.

Ada juga Taufan Pawe dan Muhammad Ilhamsyah Taufan. Taufan Pawe membidik DPR RI Dapil Sulsel II, sedangkan sang anak Muhammad Ilhamsyah Taufan untuk DPRD Kota Parepare.

Tak hanya itu, keluarga Nurdin Halid (NH) juga tak ingin ketinggalan. Selain dirinya (NH, red), ada dua anaknya yang juga maju di Pileg 2024 mendatang. Mereka yakni Andi Nurhaldin untuk DPRD Kota Makassar dan Andi Zunnun Armin Nurdin untuk DPRD Sulsel Dapil 7 Sulsel. NH sendiri maju bertarung untuk DPR RI Dapil Sulsel II. (Selengkapnya lihat grafis).

Manager Strategi Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengatakan, fenomena seperti itu tidak bisa dihindari sebab regulasi di Pileg membolehkan setiap warga negara untuk ikut berkontestasi dengan ketentuan yang sudah diatur.

"Tandem sesama keluarga ada plus minus. Salah satu kelebihan bisa lebih efisien dari sisi pendanaan. Kekurangannya timbul persepsi yang kurang baik di mata pemilih. Sebab harus memilih orang tua dan anak misalnya," katanya.

Namun variabel keterpilihan bervariasi. Jadi tandem keluarga itu hanya salah satu cara bersosialisasi saja. "Maka untuk terpilih, tentu butuh aneka program dan strategi yang tepat," ujarnya.

Untuk keterpiliah anak dan orang tua kata dia ada tapi jumlahnya sangat kecil. "Ada tapi jumlahnya tak banyak. Itupun terjadi karena disebabkan hubungan kekerabatan yang kuat dengan kepala daerah di wilayah pemilihan," bebernya.

Nursandy mencontohkan seperti di Pileg 2019 lalu, di Sulawesi Barat empat anak Aras Tammauni Bupati Mamuju Tengah semuanya terpilih dengan level kontestasi yang berbeda.

"Arwan Aras terpilih anggota DPR-RI dari PDI Perjuangan, Amaliah Aras terpilih Anggota DPRD Provinsi melalui Partai Demokrat, Arsal Aras dan Nirmalasari terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Mamuju Tengah dari partai Demokrat," tutupnya.

Sementara Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir mengatakan jika ada orang tua dan anaknya jalan sama-sama namun berbeda partai melakukan sosialisasi bisa mendapatkan sanksi dari partai itu sendiri.

"Jika ingin tandem ini pasti tidak maksimal karena pasti ada teguran dari partai dan pastinya mereka kurang maksimal untuk saling membantu," katanya.

Namun sebagai Caleg pastinya akan berupaya meminta kepada tim sukses mereka untuk mengkampanyekan keduanya. "Secara pribadi saya kira agak rumit meraih suara yang banyak jika keduanya tandem. Tapi lebih baiknya kedua ini memiliki tim tersendiri jika ingin maksimal bisa meraih suara," ujarnya.

Suwadi Idris Amir pun menilai ini akan mengganggu peluang mereka juga duduk di DPR bagi kandidat petahana karena orang bisa berpandangan negatif.

"Masyarakat bisa berpikir ini terlalu serakah (kalau beda partai). Beda kalau satu partai, mereka memiliki alasan jika inikan perintah partai untuk membantu partai," jelasnya. (Fahrullah/C)

  • Bagikan