Caleg Keok Tidak Kapok

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Calon anggota legislatif yang gagal meraih kursi di parlemen pada pemilu lalu seolah tak kapok menghadapi kontestasi politik. Sederet nama-nama yang populer yang kalah dalam perolehan suara kini mengincar kursi eksekutif melalui pemilihan kepala daerah serentak pada November 2024.

Perolehan suara di pileg yang tidak signifikan dalam meraih kursi, tetap meneguhkan kepercayaan diri mereka untuk menjadi calon gubernur, bupati, maupun wali kota di Sulawesi Selatan. Ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa mereka seolah-olah haus kekuasaan.

Dalam politik, seorang politisi bisa 'mati' berkali-kali. Adagium inilah yang kerap dipegang teguh oleh politikus yang menahbiskan dirinya sebagai seorang petarung. Tidak heran bila ada politikus yang tak ingin ketinggalan dalam meramaikan kontestasi politik mesti harus kalah berulang kali.

Sama halnya dengan pemilihan kepala daerah serentak tahun ini. Politikus yang 'mati' di pemilihan legislatif mencoba 'hidup' kembali di arena pilkada. Dukungan suara yang diraih dalam pemilu diyakini masih bisa solid di pilkada. Figur-figur potensial pun mulai bermunculan untuk memulai kembali pertarungan.

Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Kota Makassar, Fauzi Andi Wawo blak-blakan mengatakan sudah mengukur kekuatan sehingga mendorong Ketua PKB Sulawesi Selatan Azhar Arsyad sebagai bakal calon wali kota Makassar 2024.

"Alasan kami mendorong karena PKB memiliki modal lima kursi, meski kami tetap kami butuh koalisi dengan partai lain," kata Fauzi, Rabu (1/4/2024).

Dia mengatakan, pihaknya tetap realistis melihat situasi dan perkembangan dinamika politik di Makassar ke depan. Menurut Fauzi, salah satu patokan PKB Makassar adalah hasil survei. Bila elektoral Azhar Arsyad cenderung menonjol, maka akan didorong sebagai calon wali kota. Sebaliknya, kata dia, bila survei hanya memungkinkan untuk calon wakil, maka itu akan ditempuh.

"Ataupun tidak dicalonkan sama sekali. Semua peluang masih terbuka. Penentuannya Juli atau Agustus," imbuh legislator DPRD Sulsel tersebut.

Adapun, bakal calon bupati Bone, Andi Akmal Pasluddin mengaku tengah mempersiapkan diri di Pilkada Bone. "Mungkin takdir saya mengabdi di Bone lewat pilkada. Insyaallah saya sudah bertekad untuk maju. Makanya sekarang sudah fokus pilkada," ujar Akmal.

Akmal menegaskan, dirinya saat ini fokus silaturahmi dengan para keluarga, relawan, dan sahabat di kampung halaman.

"Selain itu, saya berharap silaturahminya bisa mendapat dukungan untuk maju di Pilkada Bone. Kami memulai dari kampung halaman dulu, di Bone Selatan. Kami juga minta dukungan ke relawan untuk sebagai calon bupati," imbuh legislator DPR RI tersebut yang pada pemilu lalu gagal terpilih kembali.

Ketua Partai Keadilan Sejahtera Sulsel Amri Arsyid menyebutkan PKS saat ini memiliki enam kursi sementara syarat maju di Kota Makassar, paling sedikit 10 kursi dan tak satupun parpol yang bisa mengusung sendiri.

“Paling utama adalah dukungan seluruh jaringan partai, jaringan keluarga, juga jaringan pengusaha yang saya kembangkan selama ini. Termasuk jaringan bisnis,” kata Amri.

Walau PKS meraih 6 kursi, Amri masih realistis baik untuk posisi wali kota maupun calon wakil wali kota. “Kami lihat nantilah karena ini masih bergerak. Kami maju dengan semangat tapi tetap realistis. Namun sekarang masih terlalu dini untuk mengambil sikap,” ujar Amri yang gagal maju ke DPR RI melalui Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan Tiga.

Untuk mencukupkan kursi, kata dia, saat ini sementara melakukan komunikasi politik dengan parpol-parpol pemilik kursi terutama partai koalisi pada pemilihan presiden (pilpres) lalu.

“Kami akan coba dekati partai-partai yang secara ideologis dan hikmat dekat dengan PKS. Tapi kami juga terbuka dengan semua partai yang siap bergabung. Bagi PKS siapa pun yang mau berjuang bersama itu tidak melihat ideologi partainya,” imbuh dia.

Sementara itu, politikus muda Partai Golkar, Zulham Arief menyatakan kesiapannya untuk bertarung di Pilkada Takalar. Menurut dia, pihaknya maju karena menerima amanah dari partai untuk diusung.

"Keputusan ini merupakan suatu kehormatan besar bagi saya dan saya siap untuk mengabdikan diri kepada masyarakat Takalar," kata Sekretaris Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Sulsel itu.

Melihat pergerakan para caleg gagal untuk maju di Pilkada, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto menilai bahwa di dunia politik, tersedia banyak jenis bisnis politik.

“Kalau gagal peruntungan bisnis di pileg, maka masih bisa mencoba bisnis di pilkada. Motivasinya bisa macam-macam, termasuk ikhtiar rebonding mengembalikan sumber daya ekonomi politik yang tergerus maksimal di momentum pileg yang lalu. Dengan menjadi bakal calon kepala daerah, potensi mobilisasi bantuan finansial bisa dilakukan,” ujar Luhur.

Luhur mengatakan secara elektoral, para legislator non-petahana ini tidak cukup menjanjikan karena kekuatan elektoralnya sudah terukur di Pileg.

"Kalau mereka pimpinan partai maka satu-satunya kekuatan yang dimiliki adalah otoritas partai, pimpinan ini punya peran strategis dan menentukan dalam pengusungan calon kepala daerah. Otoritas ini bisa dikapitalisasi atau dikonversi menjadi sumber daya ekonomi politik,” kata dia.

“Dengan demikian, para caleg non-petahana ini sebenarnya punya target non-elektoral pada kehadiran baliho dan spanduk sosialisasi pilkada mereka,” sambung Luhur.

Pakar politik dari Universitas Hasanuddin, Tasrifin Tahara menilai ambisi caleg gagal tersebut tak lepas atas dorongan kader, apalagi bila yang didorong adalah pimpinan partai politik.

"Jadi, sebenarnya bukan haus jabatan atau kekuasaan, tapi menurut saya caleg gagal tersebut memiliki kekuasaan di partai untuk menentukan siapa yang akan diusung," ujar Tasrifin.

Dia menilai, figur yang gagal di pileg dan memilih untuk calon lagi pada pilkada adalah mereka yang masih memiliki kekuatan di partai masing-masing. Apalagi, kata dia, modal terbesar untuk tampil sebagai kontestan pada pilkada adalah dukungan dari partai politik.

"Jadi, menurut saya caleg gagal yang tampil pada pilkada ibarat memiliki nafas panjang, tidak ada habisnya," imbuh dia.

Tasrifin menilai mereka yang gagal lalu maju lagi adalah politikus petarung. Salah satu keunggulan caleg gagal adalah sudah memahami ritme politik di lapangan. Terlebih saat pilkada kontestan tidak sebanyak saat pileg.

"Maka harapan untuk bertarung dan menang sangat memungkinkan. Apalagi bila mereka mampu mengkonsolidasi kekuatan partai politik dalam memenangkan pilkada nanti," ujar Tasrifin.

Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengatakan, caleg yang belum beruntung dipastikan akan menguji nasib di jalur pilkada 2014 adalah suatu keharusan.

"Dorongan partai dan masyarakat itu suatu keniscayaan. Fenomena caleg gagal di pileg lalu yang mengubah haluan di pilkada merupakan peristiwa politik yang umum terjadi," ujar Nursandy.

Dia mengatakan, mereka maju di pilkada karena terdorong oleh ambisi menghidupkan kembali karier politiknya yang sempat kandas. Majunya mereka tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti punya basis elektoral atau meraup dukungan suara yang signifikan di satu wilayah kabupaten/kota tertentu pada pemilu yang lalu.

"Harus akui, figurnya cukup populer, memiliki investasi sosial politik yang terbangun baik saat menjadi wakil rakyat/birokrat maupun saat ikut berkontestasi," kata dia.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma mengatakan agak dilematis bila caleg terpilih dimajukan saat pilkada oleh partai karena baik pileg maupun pilkada akan sama-sama meminta dukungan dari masyarakat. Menurut dia, pemilih akan berubah dengan alasan sudah pernah memilih di pileg tapi tidak bisa meriah kursi.

“Tapi ini semua tergantung dari masyarakat, apakah akan kembali memilih figur itu atau memilih figur lain," kata dia.

Sukri mengatakan, caleg gagal yang maju di pilkada harus selektif dalam memilih pasangan agar mendapat efek elektoral yang lebih dibanding saat pemilihan legislatif. Menurut dia, stigma sebagai caleg gagal harus diperbaiki agar bisa mempertahankan modal suara yang didapatkan saat pemilihan legislatif.

IAS Daftar di Hanura

Sementara itu, bakal calon gubernur Sulawesi Selatan Ilham Arief Sirajuddin (IAS) tak ingin menyia-nyiakan partai politik peraih satu kursi di DPRD Sulsel pada pemilu lalu. Mantan wali kota Makassar ini mengambil formulir di Partai Hanura Sulsel.

“Kalau kami sebagai kandidat, satu atau dua kursi tidak jadi persoalan. Kami hargai semua partai yang memiliki kursi di DPRD,” kata IAS.

Dia mengatakan, satu kursi dukungan itu sangat berharga untuk dirinya. “Jangan sampai kita baru kumpulkan dukungan 16 kursi, baru kita butuh satu kursi lagi. Nah, satu kursi itu menjadi penentu,” kata ujar dia.

IAS menyebutkan akan melakukan pendekatan kepada semua partai politik yang memiliki kursi di parlemen, karena hanya NasDem yang bisa mengusung sendiri, sementara parpol lain harus mencari koalisi.

“Insyaallah semua partai yang buka pasti kami akan mendaftar. Apalagi kalau tidak ada kader mereka mau maju. Jadi semua parpol yang membuka pendaftar akan kami datangi,” imbuh IAS.

Untuk Golkar, IAS menyebutkan saat ini masih berproses karena di internal partai ada beberapa kader potensial yang diusulkan, seperti Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, dan mantan Wali Kota Parepare Taufan Pawe.

“Semuanya masih berproses dan menunggu hasil survei. Golkar objektif dalam menentukan usungan,” beber IAS.

Adapun, Ketua Hanura Sulsel, Amsal Sampetondok mengatakan partainya terbuka bagi semua kandidat bakal calon gubernur Sulsel. Menurut dia, IAS adalah figur kandidat yang paling pertama mengambil formulir.

“Bulan ini kami fokus membuka pendaftaran dan Hanura terbuka kepada siapa saja yang mau bersama kami,” kata Amsal.

Dirinya menyebutkan dalam menentukan usungan, Hanura akan melakukan uji kelayakan. “Bulan depan baru kami lakukan fit and proper test untuk menilai figur yang layak diusung,” imbuh dia. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan