MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sulawesi Selatan II untuk DPR RI yang meliputi sembilan kabupaten/kota disebut-disebut merupakan daerah pemilihan (Dapil) 'Neraka'. Hal itu dikarenakan beberapa tokoh berpengaruh ikut berkontestasi yang hanya berlangsung satu kali dalam lima tahun ini.
Selain para petahana yang kembali ikut bersaing memperebutkan kursi di Senayan, beberapa mantan Bupati dan Wakil Bupati pun ikut berkontestasi khususnya yang bergabung di partai-partai besar seperti Golkar, Demokrat, NasDem, PDI Perjuangan, PKB dan seterusnya. Namun sebagai partai pendatangan baru, PSI Sulsel mengabaikan hal itu.
"PSI tidak peduli dengan kebesaran partai-partai lain di dapil Sulsel II. Kami tetap ikut bersaing secara maksimal agar bisa mendapatkan kursi," ungkap Ketua DPW PSI Sulsel, Muhammad Surya saat dikonfirmasi Harian Rakyat Sulsel, Selasa (14/11/2023).
Jika peduli dengan kekuatan partai-partai lain, kata dia, lebih baik tidak ikut berkontestasi. Bahkan, lanjut Muhammad Surya, dominasi partai besar itu menjadi penyemangat bagi calon anggota legislatif (caleg) mereka bekerja dengan cara sendiri.
"Kami tidak ingin tahu itu dapil Neraka. Kami menilai, setiap partai mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, tergantung bagaimana kesiapan caleg, kalau dapil neraka karena ada tokoh disebelah mereka juga sebagai peran (caleg) di dalamnya. Kita urus diri kita saja, kami tidak ingin pusingin teman-teman dari partai lain," ujarnya.
Sebagai partai non parlemen, Muhammad Surya memiliki keyakinan jika pemilu 2024 nanti PSI akan lolos ambang batas dan meloloskan palingan satu kader terbaik mereka.
"Kalau partai-partai yang sudah mapan iti dia targetnya kan sudah bedah. Kami ini kan menargetkan lolos (ambang batas) dan gol (ada kader ke Senayan)," ujarnya.
"Kalau mereka (Partai-partai besar) targetnya kan urutan kedua atau ketiga. Kami (PSI) hanya menargetkan lolos ambang batas," lanjutnya.
Disinggung jika masih ada menetapkan PSI masih dibawa empat persen. Muhammad Surya hanya menyebutkan hasil survei tersebut harus dipercaya tapi ada saatnya tidak mempercayai survei itu.
"Kalau ada survei kita harus percaya, tapi pada saat yang sama kita tidak percaya itu. Maksudnya kalau ada survei kalau kita tidak lulus kita akan jadi malas (sosialisasi). Tapi Survai ini menjadi tolak ukur juga dimana kelemahan kita," bebernya.
Soal door to door, Muhammad Surya menyebutkan, semua caleg sudah mengetahui langkah mereka untuk bisa meraih suara sebanyak-banyaknya pada Pemilu 2024 mendatang.
"Pasti mereka sudah mengetahui, apa yang mereka ingin lakukan bikin saat menjadi caleg untuk meraih simpati masyarakat banyak. Jadi, tidak ada perintah khusus sifatnya umum saja," jelasnya.
Manager Strategi dan Operasional, Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengemukakan, partai politik non parlemen dan partai baru menyongsong tantangan yang begitu besar.
"Sebab mesti meloloskan diri terlebih dahulu untuk menjadi peserta pemilu dengan melewati tahapan verifikasi. Terlebih lagi wacana ambang batas parlemen, dari 4 persen menjadi 5 persen semakin menguat," katanya.