Pihak PLN Sulselrabar menjelaskan, selama ini pemadaman listrik bergilir dikarenakan keterbatasan daya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Tapi kata Franklin, pihaknya saat ini sementara mengupayakan dan salah satu upaya seperti Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC.
"Karena itu di daerah aliran sungai bukan di Makassar, tapi ada penambahan kapasitas pembangkit juga yang saat ini diharapkan turut memperkuat sistem kelistrikan yang di Sulawesi bagian selatan," sebutnya.
"PLTA ini kan ada 850 megawatt yang bisa dihasilkan, dan yang besar itu Poso, Malea (Toraja) dan Bakaru (Pinrang) itu sekarang sudah mulai normal, kita sudah berhasillah modifikasi cuaca kemarin," Franklin menambahkan.
Adapun mengenai tuntutan massa aksi unjuk rasa mahasiswa dan warga itu disebut akan diteruskan ke pejabat utama PLN Sulselrabar. Mengingat, massa aksi yang sama tersebut sudah melakukan aksi unjuk rasa selama dua hari berturut-turut.
"Beliau (pimpinan PLN) juga sekarang mengupayakan semua agar listrik kembali pulih lagi. Tentunya kita tidak diam saja, kita juga tidak mau hal ini terjadi. Untuk itu mohon doanya kepada masyarakat semoga hal ini dapat segera pulih dan normal lagi," terang Franklin.
Adapun belakangan ini, durasi pemadaman bergilir yang diterapkan PLN Sulselrabar kian bertambah. Bahkan, pemadaman bergilir dilakukan hingga durasi 5 sampai 6 jam di Kota Makassar. Akibatnya, banyak warga mengeluh dengan penerapan pemadaman bergilir tersebut.
Merespon hal itu, Franklin dengan tegas membantah dan menyampaikan jika itu sudah tidak dilakukan lagi oleh PLN Sulselrabar walau pemadaman tetap ada.
"Untuk hari ini sudah tidak 6 jam, kecuali ada gangguan lokal seperti pohon tumbang atau lost itu bisa saja terjadi. Tetapi kami sudah merencanakan dan sudah di umumkan di media sosial dan (durasi) sekarang sekitar 3 sampai 4 jam bahkan ada yang dibawah itu. Namanya manajemen beban," pungkasnya. (Isak/B)