Jejak Sastrawan Jokpin: Karyanya Mendunia

  • Bagikan
Joko Pinurbo

RAKYATSULSEL - Sastrawan terkemuka Philipus Joko Pinurbo atau lebih dikenal dengan nama Jokpin, meninggal dunia pada hari ini, Sabtu (27/4). Dia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Panti Rapih, Gondokusuman, Jogjakarta, tadi pagi sekitar pukul 06.03 WIB

Joko Pinurbo mengembuskan napas terakhir di usia 61 tahun. Dia meninggalkan seorang istri bernama Nurnaeni Amperawati. Selain itu, dia meninggalkan 5 orang adik, 3 anak, dan 4 cucu.

Jenazah Jokpin kini disemayamkan di Pancaran Untaian Kasih Yogyakarta (PUKY) Ruang AB, Jalan PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul. Jokpin akan dimakamkan di Pemakaman Demangan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, pada Minggu, 28 April 2024.

Profil Joko Pinurbo

Philipus Joko Pinurbo atau Jokpin lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. Dia memiliki perhatian pada dunia pendidikan karena berasal dari keluarga pendidik dimana orang tuanya merupakan guru di Sekolah Dasar (SD).

Sejak usia belia, Jokpin sudah bersentuhan dengan dunia tulis menulis dan membaca sejumlah karya sastra. Dia mulai menulis puisi sejak SMA dan pada masa ini, dia sudah mulai membiasakan diri menulis dan mengirim tulisan di majalah.

Jokpin jadi semakin matang di dunia kepenyairan setelah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta.

Namanya mulai diperhitungkan di dunia sastra Indonesia setelah menulis tentang celana atau sarung yang dieksekusi dengan begitu apik. Sejak saat itu, karya yang ditulisnya pun semakin menemukan ciri khas dan identitasnya tersendiri, dengan membiasakan diri mengaitkannya dengan benda-benda yang kerap digunakan banyak orang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti telepon, kamar mandi, sarung, dan yang lainnya.

Keunikan dalam karya sastra Jokpin juga terletak pada kemampuannya dalam menggunakan kata yang sarat akan makna, namun mudah dicerna. Selain itu, karyanya juga menyimpan daya ledak humor yang jarang ditulis oleh sejumlah sastrawan sebelumnya.

Semasa hidup, Jokpin telah menulis ratusan puisi. Sejumlah karyanya juga telah dibukukan seperti Celana, Di Bawah Kibaran Sarung, Pacarkecilku, Telepon Genggam, Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan, Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran, Kepada Cium, Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan, Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi, Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan, dan banyak lagi yang lainnya.

Atas konsistensinya pada dunia kepenyairan, Jokpin diganjar berbagai penghargaan. Diantaranya Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian (SEA) Write Award (2014) dan lain-lain.

Sejumlah karya Jokpin tidak hanya dinikmati oleh para pegiat sastra dan pembaca buku sastra di Tanah Air. Karya-karyanya juga dinikmati oleh orang-orang di luar negeri dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, hingga Mandarin. (jp/raksul)

  • Bagikan