RAKYATSULSEL - Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam lingkungan akademik semakin meningkat di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Meski menawarkan berbagai kemudahan, penggunaan AI di kalangan dosen dan mahasiswa juga memunculkan kekhawatiran terkait plagiasi dan penurunan daya kritis.
AI tools seperti ChatGPT dan platform serupa telah menjadi alat bantu yang populer dalam penulisan akademik dan penelitian. Namun, muncul kekhawatiran bahwa alat-alat ini dapat disalahgunakan untuk plagiasi atau pembuatan karya tanpa pemahaman mendalam.
Kemudahan yang ditawarkan oleh AI dalam menghasilkan teks atau menyarankan ide bisa menjadi pisau bermata dua. Jika tidak digunakan dengan hati-hati, ada risiko besar bahwa mahasiswa akan lebih cenderung untuk melakukan plagiasi atau tidak benar-benar memahami materi yang mereka pelajari.
Dalam upaya mengatasi isu ini, banyak institusi akademik mulai mengadopsi berbagai langkah preventif. Salah satu langkah tersebut adalah peningkatan pendidikan tentang etika akademik dan plagiasi. Selain itu, software pendeteksi plagiasi yang canggih juga semakin umum digunakan untuk memastikan keaslian karya tulis.
Di sisi lain, penggunaan AI yang berlebihan juga berpotensi melemahkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Dengan AI yang dapat menghasilkan jawaban atau konten dengan cepat, ada kekhawatiran bahwa mahasiswa mungkin menjadi terlalu bergantung pada teknologi, sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah secara mandiri.
"AI seharusnya digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses berpikir kritis," ujar Prof. Rudi Santoso, seorang ahli pendidikan di Universitas Gadjah Mada. "Penting bagi kita untuk mengajarkan mahasiswa bagaimana menggunakan AI dengan bijak, sambil tetap menjaga keterampilan berpikir kritis dan analitis mereka."
Untuk menanggulangi masalah ini, beberapa universitas sedang menerapkan kebijakan baru yang membatasi penggunaan AI dalam penugasan akademik dan fokus pada penilaian yang menilai pemahaman dan proses berpikir mahasiswa. Selain itu, pelatihan bagi dosen tentang penggunaan AI yang etis dan efektif juga mulai diperkenalkan.
Melalui upaya-upaya ini, diharapkan pemanfaatan AI dalam pendidikan dapat berjalan dengan optimal, memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan integritas akademik dan kualitas berpikir kritis mahasiswa.