MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Mimi Hasmiati Mus (35) memiliki kecintaan mendalam terhadap wastra lokal. Mimpi besarnya adalah mengangkat budaya Bugis-Makassar ke tingkat nasional bahkan internasional.
Perempuan yang mencintai alam dan gunung ini mulai menekuni dunia usaha sejak 2018 dengan menjual tas etnik yang saat itu sangat diminati. Pada 2019, ia memperluas usahanya menjadi reseller sarung khas Toraja.
Dari situ, Mimi mendapatkan ide bisnis baru dan memutuskan mendirikan Wanua Panrita Kita, yang mengembangkan produk sarung bercorak lontara khas suku Bugis.
Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar yang digunakan untuk menulis pesan atau dokumen penting. Lontara juga merupakan identitas daerah dan warisan leluhur yang berharga. Mimi mencoba menggabungkan sarung dan aksara lontara menjadi sebuah karya yang kini dapat digunakan oleh masyarakat luas.
Mimi menceritakan bahwa usahanya dimulai dengan modal Rp500 ribu. Dengan modal terbatas itu, ia memproduksi sarung lontara dengan ciri khas warna hitam dan putih serta corak lontara berwarna perak dan emas.
Yang menarik, setiap sarung yang diproduksi Mimi menyematkan petuah-petuah Bugis dari leluhur yang hingga kini menjadi prinsip hidup masyarakat Bugis.
"Selama ini, masyarakat hanya mengenal wastra lokal seperti sarung tenun Sengkang yang biasanya digunakan dalam acara penting. Saya ingin menghadirkan budaya dalam bentuk sarung yang bisa digunakan sehari-hari, bahkan untuk salat," ujar Mimi, Jumat (28/3/2025).