MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Momen peringatan Hari Buruh Internasional (1 Mei) dan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) dimanfaatkan sejumlah organisasi di Makassar untuk menyuarakan pentingnya peningkatan kualitas hidup para pekerja serta mutu pendidikan di kota ini.
Salah satu organisasi yang turut aktif dalam peringatan ini adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Handayani. Melalui aksi damai dan diskusi publik, mereka menyoroti berbagai isu yang masih dihadapi oleh buruh dan sektor pendidikan, mulai dari upah yang belum layak, perlindungan kerja yang minim, hingga ketimpangan akses pendidikan.
“Momentum Ini Harus Jadi Titik Balik”
Jenderal Lapangan PMII Komisariat Handayani, Saidina Alief Raja, menekankan bahwa dua peringatan ini merupakan momen strategis untuk menggugah kesadaran publik serta mendorong pemerintah agar lebih serius dalam memperhatikan kesejahteraan pekerja dan kualitas pendidikan.
“Kita perlu meningkatkan kualitas pendidikan di Makassar dengan menyediakan fasilitas yang memadai, meningkatkan kompetensi guru, dan menjamin akses pendidikan yang merata untuk semua kalangan,” tegas Saidina.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti kondisi para pekerja yang dinilainya masih jauh dari kata sejahtera.
“Upah yang layak, jaminan kesehatan, serta perlindungan hukum bagi para pekerja harus menjadi prioritas. Kesejahteraan buruh adalah fondasi pembangunan sosial yang berkelanjutan,” tambahnya.
Aksi dan Diskusi sebagai Sarana Edukasi Publik
Sebagai bagian dari agenda peringatan, PMII Komisariat Handayani akan menggelar diskusi publik yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan. Diskusi ini akan membahas isu-isu strategis seputar pendidikan dan ketenagakerjaan di Makassar, serta merumuskan langkah-langkah advokasi ke depan.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang refleksi dan kolaborasi, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi masyarakat luas dan para pengambil kebijakan, untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi pekerja dan dunia pendidikan di Indonesia.