Makna Jaga Toleransi, Upacara HAB-77 Jajaran Kemenag Sulsel Kenakan Baju Adat Nusantara

  • Bagikan
Jajaran Kemenag Sulsel Kenakan Pakaian Adat Momen HAB ke-77, Selasa (3/1). (A/Yadi)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel melakukan upacara pelaksanaan peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke 77 Kemenag RI, di Asrama Haji Sudiang, Selasa (3/1).

Seluruh peserta upacara mengenakan baju adat se-Nusantara, peserta yang hadir sekitar 500 orang dari jajaran, Kanwil Kemenag Sulsel, Balai Diklat Keagamaan, dan UPT Asrama Haji.

Kakanwil Kemenag Sulsel, Khaeroni mengatakan, Kemenag di usia 77 tahun ini, dapat semakin memberikan layanan terbaik kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Ia melanjutkan, tujuan dari HAB ini untuk mewujudkan kerukunan umat di seluruh Indonesia, dan merupakan rangkaian kegiatan dimulai sejak Desember 2022 lalu.

"Tujuan dari hari amal bakti secara keseluruhan adalah, bagaimana kita dapat mewujudkan kerukunan umat untuk menuju Indonesia hebat, dan maka Sulsel telah memberikan rangkaian kegiatan dari awal Desember sampai dengan pertengahan Januari," ucap Khaeroni.

"Insya Allah, ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan ini, termasuk jabarannya selama 4 hari berturut-turut kami melakukan ajangsana kepada majelis umat beragama, dan ini juga merupakan bagian dari upaya untuk memberikan kerukunan umat beragama," lanjutnya.

Lebih jauh, Khaeroni menyampaikan, di 2023 ini diharapkan toleransi beragama dapat direalisasikan secara aktual, bukan hanya secara verbal.

"Toleransi bukan hanya secara verbal yah, tapi juga sudah saatnya secara aktual. Toleransi perlu diwujudkan secara positif," ucapnya.

Sehingga urai dia, bisa memberikan darma bakti kepada bangsa dan negara, dari segala elemen. Upacara HAB ini digelar serentak di seluruh Indonesia.

Sedangkan, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas melalui siaran pidatonya. Ia menyampaikan, pada HAB ke-77 tahun 2023 ini, kita canangkan tagline Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat.

Tugas berat mesti ditunaikan oleh seluruh ASN Kementerian Agama. Kerukunan sangat fluktuatif dan dinamis. Kerukunan sering menguji kita, lebih-lebih menjelang Pemilu 2024.

"Sejatinya, kerukunan adalah prasyarat pembangunan nasional. Pembangunan membutuhkan stabilitas, dan stabilitas dapat terwujud bila antarmasyarakat rukun dan damai," ujarnya.

Menurutnya, di tahun politik ini, potensi terjadi ketidakrukunan di masyarakat akibat pilihan politik yang berbeda, tetap saja ada. Politisasi agama makin sering dilakukan untuk meraih efek elektoral. Politisasi tempat ibadah sebagai ajang kampanye, sudah mulai terjadi.

"Penggunaan politik identitas menjelang Pemilu harus diantisipasi dan dimitigasi agar kerukunan umat tidak ternodai. Kita semua mesti belajar pada apa yang terjadi pada pesta demokrasi sebelumnya, di mana masyarakat terbelah yang hingga kini masih bisa dirasakan, terutama di media sosial," jelasnya.

Keluarga besar Kementerian Agama, bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat harus terdepan dalam membina dan membangun suasana rukun dan damai agar perjalanan dan tahapan Pemilu dapat dinikmati sebagai pesta demokrasi dalam pengertian yang sesungguhnya.

Untuk itu, semangat merawat kerukunan umat harus digelorakan seluruh ASN Kementerian Agama. Saya minta tidak ada ASN Kementerian Agama yang partisan, apalagi ikut melakukan provokasi di tengah keragaman pilihan.

ASN Kementerian Agama harus menjadi simpul kerukunan dan persaudaraan. Dan yakinlah bahwa kerukunan umat akan mengantarkan pada Indonesia hebat.

"Melalui peringatan HAB ke-77 ini juga mari kita jadikan momentum untuk meningkatkan soliditas organisasi. Kita harus berada dalam satu barisan yang kuat, kokoh, dan terorganisir untuk Kementerian Agama yang lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat," demikian pesan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas. (Yadi/Raksul/A)

  • Bagikan