Mengais Efek Anies

  • Bagikan
karikatur/rambo

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Figur Anies Rasyid Baswedan yang dijagokan menjadi calon presiden diharapkan memiliki nilai tawar elektoral kepada tiga partai politik yang mengusungnya. Kelihaian 'menjual' Anies akan menentukan insentif efek ekor jas atau coat-tail effect pada Pemilu 2024.

Keuntungan lebih besar sejatinya bisa dipetik oleh Partai Nasdem sebagai 'leader' pencalonan Anies Baswedan. Meski begitu, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat juga memiliki kans serupa untuk mendapatkan nilai surplus dari calon pemilih atau voters.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto menilai, ketiga partai pengusung Anies Baswedan akan mendapat efek positif dalam kontestasi di Pemilu 2024. Sosok Anies, kata Andi Ali, akan memberi dampak besar secara popularitas dan elektabilitas partai, begitu pun sebaliknya.

"Syaratnya, harus dikelola dengan baik. Orang-orang yang memilih Anies akan terdorong untuk memilih salah satu partai pengusung," kata Andi Ali.

Menurut dia, bila ketiga partai ini solid hingga pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, makan akan berkontribusi positif dalam menghadapi Pemilu 2024. Di Sulawesi Selatan, kata dia, pemilih di daerah ini tidak kaku dalam menentukan pilihan.

"Pada 2019 pergerakan pemilih di Sulsel jauh dari corak yang muncul di Jawa dan tempat lain. Di Sulsel ada beberapa daerah dimenangkan Prabowo, sementara di Jawa didominasi Jokowi. Itu membuktikan bahwa pemilih bebas menentukan pilihan," ujar Andi Ali.

Sementara itu, Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam menyatakan penerimaan Anies Baswedan di Sulawesi Selatan relatif baik. Hal ini, kata dia, membuka peluang bagi ketiga partai pengusung untuk melakukan manuver positif ke calon pemilih dalam melakukan kerja-kerja elektoral.

"Situasi itu perlu direspons dengan kerja-kerja elektoral dari parpol pengusung dan juga tim-tim relawan. Anies juga perlu mensosialisasikan dirinya agar jangkauan ke pemilih makin meluas," ujarnya.

Nursandy mengatakan, pengaruh Anies dalam memberi insentif elektoral bagi parpol pengusung masih cenderung relatif.

"Bergantung bagaimana Anies mengkampanyekan partai pengusung dan kinerja partai pengusung mengasosiasikan identitasnya dengan Anies kepada warga pemilih," imbuh Nursandy.

Khusus dukungan PKS terhadap pencalonan Anies menunjukkan kemajuan yang signifikan. "Namun di balik dukungan NasDem, Demokrat, dan PKS masih menyisakan tanda tanya mengenai pendamping Anies sebagai wakil. Publik masih menantikan hal itu," kata Nursandy.

Wakil Ketua Bidang Media Partai Nasdem Sulsel, Mustakim memastikan dampak positif atas pencalonan Anies sebagai presiden. Menurut dia, secra elektoral, Nasdem di semua daerah mendapat keuntungan dalam posisi tawar politik ke para calon pemilih.

"Efeknya sangat besar. Kami optimistis, ke depan akan meningkat elektabilitas NasDem karena diikuti oleh relawan Anies," ujar dia.

Selain itu, dia berharap seluruh relawan Anies di Sulsel juga akan bergabung bersama Partai Nasdem untuk bersama-sama memenagkan Pemilu 2024.

Adapun Kepala Badan Pemenangan Pemilihan Umum Daerah Partai Demokrat Sulsel, Andi Januar Jaury Dharwis menyatakan, pihaknya mendapat efek paralel dan cenderung saling berefek secara elektoral. Alasannya, secara kepartaian Demokrat juga berada pada tiga besar secara nasional,

"Tapi mungkin tidak akan merata di seluruh daerah. Hadirnya sosok Anies diharapkan dapat berefek elektoral di wilayah tertentu, dan sebaliknya konsistensi Demokrat memberi efek yang sama terhadap Anies dan pasangannya kelak," imbuh Januar.

Daerah Belum Deklarasi

Sementara itu, meski sepakat untuk mengusung Anies Baswedan, namun ketiga partai belum melakukan deklarasi. Ketua Partai Keadilan Sejahtera Sulawesi Selatan, Amri Arsyid mengatakan, belum ada arahan untuk deklarasi. Ia mengatakan deklarasi adalah kewenangan DPP yang memberikan instruksi kepada kader di daerah.

"Ke depan masih akan koordinasi dan komunikasi lebih intens," ujar Amri.

Menurut dia, PKS tetap konsisten untuk mengusung Anies Baswedan meski belum melakukan deklarasi. Sejauh ini, PKS akan memegang teguh komitmen awal bahwa demi perubahan akan bersama Partai Demokrat dan Partai Nasdem dan menjaga kekompakan.

"Sikap kami tetap konsisten mendukung pak Anies. Langkah-langlah kongkrit akan dilakukan pascadeklarasi," ujar dia.

Kabarnya NasDem dan PKS dari awal ingin memasangkan Anies Baswedan-Khofifah Indar Parawansa sebagai Capres-Cawapres 2024. Hanya saja tertunda karena, Demokrat masih menawarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres Anies. Kini tarik ulur masih terjadi sehingga tak kunjung deklarasi.

Sekretaris PKS Sulsel, Rustam Ukkas menyatakan nama Khofifah sebagai pendamping Anies telah dibahas dan menjadi rekomendasi dalam Rapat Kerja Wilayah, beberapa waktu lalu.

"PKS Sulsel mengusung nama Khofifah sebagai calon pendamping Anies," ujar Rustam.

Menurut dia, setiap pengurus PKS seluruh wilayah diarahkan untuk mengirimkan nama-nama capres/cawapres yang akan diusulkan. Selain Khofifah, PKS Sulsel juga mengusulkan nama mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Menurutnya, dalam waktu dekat PKS akan mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Jakarta, tanggal 24 - 26 Februari 2023, yang terundang semua ketua DPD se-Indonesia. Pengurus DPW dan Ketua DPD se-Indonesia. Mengenai rencana PKS untuk segera mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden, menurut Rustam, masih menunggu keputusan resmi dari DPP PKS.

"Untuk deklarasi belum ada informasi dari DPP terkait hal ini. Begitupun dengan cawapres," imbuh dia.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PKS Sulsel, Arfianto menyampaikan untuk Koalisi Perubahan apa pun yang jadi aspirasi dari salah satu partai pasti akan dihormati.

"Tetapi untuk memastikan siapa akan jadi calon wakil Anies, saya rasa tinggal menunggu deklarasinya karena intensitas pertemuan kecil telah dilakukan untuk kesepahaman," ujar Arfianto.

Dari berbagai sumber lain mengulas pertimbangan Koalisi Perubahan mengusung Anies-Khofifah?. Pertama, Khofifah kuat di Jawa Timur. Mayoritas warga Jawa Timur itu Nahdhiyin. Selain Gubernur, Khofifah adalah mantan ketua muslimat NU.

Tentu, Khofifah di kalangan kaum perempuan Nahdhiyin juga sangat kuat. Majunya Khofifah sebagai Cawapres, besar kemungkinan akan mampu meraih lebih dari 50 persen suara warga Jawa Timur. Diprediksi bisa lebih besar dari suara yang diperoleh saat pilgub Jatim mengingat saat ini Khofifah adalah Gubernur Jatim. Sebagai Gubernur, prestasi, hasil kerja, dan jaringan Khofifah tentu makin besar.

Pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Suharto mengatakan bangunan koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat sudah hampir menemui titik temu. Hanya saja PKS masih menimbang figur.

"Apalagi, Demokrat sudah sepakat menyerahkan sepenuhnya penentuan cawapres kepada Anies. Sehingga, koalisi perubahan ini sedikit waktu lagi akan deklarasi," katanya.

Soal peluang cawapres, kandidat Doktor ilmu komunikasi politik UIN Alauddin Makssar itu menilai bahwa peluang Khofifah lebih baik dari AHY. Alasannya, dari basis riil karena Khofifah setidaknya memiliki tiga keunggulan politik, yaitu gubernur, NU, dan perempuan.

"Juga keunggulan Khofifah itu tentu dinilai mampu menaikkan elektabilitas Anies, khususnya untuk menggaet pemilih Nahdliyin dan suara di Jawa Timur," ujar Suharto.

Jawa Timur merupakan penduduk terpadat kedua setelah Jawa Barat. Ada 30 juta pemilih di Jawa Timur. Anies kuat di Jawa Barat, tapi tidak di Jawa Timur. Dengan memasangkan Anies-Khofifah, maka relatif mudah bagi koalisi perubahan memenangkan Jawa Timur dan Jawa Barat.

Membaca data pemilu-pemilu sebelumnya, siapa yang menang di dua dari tiga wilayah terbesar di Indinesia ini yaitu Jabar (34 juta pemilih), Jateng (27 juta pemilih) dan Jatim (30 juta prmilih), mereka yang akan menang. Dengan memasangkan Anies-Khofifah, pasangan ini diprediksi kuat akan memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Adapun Andi Januar meyakini bahwa Demokrat sudah komitmen dan konsistem bersama PKS dan NasDem mengusung Anies di Pilpres 2024. Dia menegaskan bahwa langkah yang dilakukan ke depan akan bersama PKS dan NasDem di Sulsel melakukan konsolidasi pemenangan.

Selain itu akan melakukan terobosan dengan sosialisasi dengan memaknai visi capres untuk selanjutnya diterjemahkan ke masyarakat, diadu dengan visi capres lainnya.

Januar mengatakan, Demokrat berharap sosok AHY menjadi pendaming Anies. Menurut dia, banyak hal yang perlu diperbaiki dan diubah jika pasangan Anies- AHY terwujud dan memenangkan Pilpres 2024.

"Terutama dalam hal ekonomi, hukum, ketatanegaraan, sosial, agama dan tentunya kehidupan berbangsa bernegara supaya kondusif dan terhindar dari kemunduran ekonomi dan ksejahteraan masyarakat," tuturnya.

Ketua OKK Partai NasDem Sulsel, Tobo Haeruddin menegaskan jika NasDem sangat mengapresiasi komitmen PKS dan Demokrat yang sejak awal memilih untuk berkoalisi. Di Sulsel, kata dia, Nasdem akan melakukan konsolidasi internal dengan Demokrat dan PKS. Selain itu, akan membentuk sekretariat bersama dan mendirikan posko di 24 daerah.

Menurut Tobo, relawan Anies yang terbentuk sudah lebih 51 kelompok. Saat ini sudah tersebar di kabupeten dan kota, bahkan kecamatan. Ini merupakan target koalisi nanti, akan diolah untuk meraih kemenangan semaksimal di Sulsel.

"Artinya struktur kami sudah jalan, partai akan solid bersama relawan untuk memenangkan. Kita harap ini akan terjaga dengan baik solidaritasnya. Tiga partai sudah solid, komunikasi lancar," tuturnya.

Tobo menambahkan, sesuai pesan DPP NasDem bahwa koalisi antara ketiga partai hanya tinggal menunggu waktu untuk dideklarasikan di hadapan publik.

"Deklarasi bersama-sama, NasDem dan PKS dan Demokrat, tahapan-tahapan platform, penyusunan platform dan lain-lain, yang sekarang sedang dicocokkan adalah waktu untuk melakukan deklarasi," imbuh dia. (*)

  • Bagikan