Caleg Naik Kelas Tak Boleh Dipandang ‘Remeh’

  • Bagikan
Pemilu 2024 Dinilai Menjadi Era Milenial

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Calon Legislatif (Caleg) pendatang baru atau naik kelas ke Senayan tidak boleh dipandang remeh oleh para petahana.

Pengalaman Pemilu 2019 lalu, beberapa petahana harus tumbang, seperti Akbar Faisal (NasDem Sulsel 2), Andi Jamaro (PPP Sulsel 2), Syamsul Bahri (Golkar Sulsel 2).

Selanjutnya  Fauziah P Hatta (Golkar Sulsel 3), Bahrum Daido (Demokrat Sulsel 3), Amran (Sulsel 3) dan Luthfi Andi Mutty (Sulsel 3). Mereka semua ini dilakukan sesama kader internal mereka.

Bahkan beberapa partai harus kehilangan kursi pada Pemilu 2019 lalu, seperti PKS dan Hanura di Sulsel I. Demokrat di Sulsel II, PPP di Sulsel III. Bahkan Golkar awalnya memiliki 2 kader di Senayan Pemilu 2019 lalu tinggal menyisakan satu orang.

Saat ini juga beberapa anggota DPRD Sulsel memilih naik kelas ke Senayan mulai dari ketua PPP Sulsel Imam Fauzan, Rudy Pieter Goni (PDI Perjuangan), Usman Lonta (PAN).

Selanjutnya ada tiga kader PKS menuju Senayan yakni Meity Rahmatia bersama Sri Rahmi. Keduanya ini maju melalui Sulsel 1. Sementara Ismail Bachtiar melalui Sulsel 2.

Kehadiran mereka ini pun mengancam beberapa ketua partai, seperti Ashabul Kahfi (PAN) dan Ridwan Andi Wittiri (PDI Perjuangan). Karena rivalitas merekam internal partai sudah memiliki pengalaman saat duduk di DPRD Provinsi.

Direktur Profetik Institute, Muhammad Asratillah menilai, ketua partai tentu punya nilai lebih pada pertarungan Pileg nanti. Ketua partai punya peluang memanfaatkan infrastruktur mesin partai  hingga mobilisasi saksi  dalam mendulang suara.

"Inilah juga yang seringkali membuat ketua parpol yang menjadi caleg dengan mudah mendulang suara. Infrastruktur parpol yang dipimpin oleh sosok ketua partai, akan menjadi instrumen politik elektoral yang ekonomis dan mudah dikontrol," singkatnya.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto menilai, potensi keterpilihan ketua partai tergantung  dalam kepiawaiannya  mengelola kader hingga tingkatan terendah. Sehingga mesin partai bisa berjalan maksimal untuk mensosialisasikan  di masyarakat.  

"Sara kira, bila  ketua partai  mampu secara maksimal mengakar, begitupun  informasi  bisa   tersalur ke masyarakat, menyentuh ke akar rumput, tentu potensinya besar," jelasnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan