Dirinya juga menyebutkan, partai non parlemen mesti fokus mensinkronisasi gerak mesin partai, mulai dari pengurus pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Karena yang seringkali membuat partai tidak lolos PT karena caleg daerah tidak serius turut membantu caleg pusat untuk mencari suara," tuturnya.
Selain itu partai non parlemen mesti memastikan agar semua calegnya yang ada dalam DCT bergerak mencari suara, turun ke bawah. "Bersentuhan dengan masyarakat, dan menjalankan segala bentuk program partai," jelasnya.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam menyatakan, kampanye pilpres dan caleg sebaiknya dilakukan berjalan paralel oleh parpol non parlemen maupun parpol pendatang baru.
"Parpol kategori tersebut bisa mendapat keuntungan politik dari sosialisasi capres, asalkan jeli mengelola dan melihat peluang," katanya.
Disamping itu, lanjut Nursandy, peran kerja-kerja calegnya harus lebih ekstra karena sumber dukungan terbesar yang dimiliki.
"Parpol non parlemen dan berstatus pendatang baru terletak dari proses banyaknya upaya dari pergerakan yang dilakukan caleg-calegnya dalam meraih dukungan pemilih," jelasnya.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Tamma mengemukakan, untuk dukungan pasangan calon presiden khususnya non parlemen tentu menjadi jalan untuk mencari keuntungan.
"Kalau mereka (Parpol non parlemen) memberikan dukungan paling tidak mereka disebut sebagai partai pendukung," tuturnya.
Dia menambahkan, jika masyarakat yang belum menentukan arahkan dukungan, paling tidak parpol non parlemen tersebut bisa menjadi solusi memilih partai pendukung.
"Maksudnya Partai tersebut (non Parlemen) tetap sama calon presiden yang mereka dukun," ujarnya.
Parpol non parlemen maupun yang sudah memiliki kursi di Parlemen pastinya memiliki dua ruang melakukan sosialisasi selain sebagai caleg Partai dia juga sebagai pendukung capres. "Kan ini tentu ini akan jalan bersama dan pasti akan dilakukan bersama," tuturnya.
Prof Sukri juga bilang, walaupun Pemilu 2024 mendatang masih ada parpol tak lolos, tetapi jagoan Pilpres mereka memang pastinya nanti akan menjadi utang politik.
"Kalau dukungan mereka menang pasti nantinya ada efek, karena ini akan menjadi utang politik," tutupnya. (Fahrullah/C)