MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Calon presiden Ganjar Pranowo dijadwalkan menggelar kampanye akbar di Kota Makassar, hari ini. Elektabilitas yang urung membaik di daerah ini memaksa, calon presiden nomor urut 03 tersebut turun tangan langsung.
Sepanjang Desember-Januari, Ganjar sudah tiga kali 'mappatabe' di Sulsel. Dua pekan lalu, pasangannya, Mahfud Md berkampanye di kampus Universitas Hasanuddin. Mampukah, Ganjar 'sat-set dalam mengerek elektabilitas dan mendongkrak pemilih di daerah ini?
Berdasarkan jadwal kampanye yang diterima awak media, Ganjar akan melakukan kampanye akbar di Gedung Olahraga (GOR) Sudiang. Namun, sore kemarin, lokasi dipindahkan ke Upperhills Convention Center, Jalan Metro Tanjung Bunga. Hanya saja, berdasarkan keputusan lokasi kampanye akbar dari KPU Makassar yakni Lapangan Karebosi, Lapangan Hertaning, dan Lapangan BTP.
Ketua Bidang Kehormatan PDIP Sulsel, Andi Ansyari Mangkona mengatakan pihaknya mendapatkan informasi kedatangan Ganjar untuk kampanye akbar. Menurut dia, persiapan dan pelaksanaan kampanye sepenuhnya difasilitasi oleh tim pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulawesi Selatan.
Ansyari mengatakan, DPD PDIP Sulsel siap mengawal capres-cawapres yang diusung PDIP bila berkampanye di Sulsel. Dia mengatakan, pasca debat capres-cawapres beberapa waktu lalu, menjadi kekuatan bagi Ganjar-Mahfud untuk mendapat kepercayaan publik. Isu-isu yang disampaikan Ganjar atau Mahfud menambah kekuatan tingkat keterpilihan.
"Saya melihat kondisi setelah debat Ganjar-Mahfud ini ada perubahan. Publik memilih lebih simpati," imbuh dia.
Menurut Ansyari, visi-misi dan program Ganjar-Mahfud menjadi bagian dari materi untuk disosialisasikan kepada masyarakat di Sulsel. Apalagi, kata dia, setiap turun sosialisasi sebagai kader PDIP di masa kampanye, mereka menyampaikan keunggulan dari program paslon 03 dan respons masyarakat sangat antusias.
"Masyarakat sambut positif karena memang sebelumnya mungkin mereka belum memahami seperti apa program Ganjar-Mahfud dan setelah kami juga turun menyampaikan program capres-cawapres, penerimaan masyarakat begitu tinggi," beber dia.
Dengan demikian, ia meyakini bahwa elektoral Ganjar-Mahfud terus meningkat, bahkan diyakini akan unggul dari capres 01 dan 02. Ansyari menyebutkan, rentang waktu 15 hari menuju pemilu, pihaknya masih leluasa bergerak. Apalagi antusiasme masyarakat sudah siap untuk datang ke TPS untuk memilih calon yang dianggap jadi presiden untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
"Trendnya Ganjar-Mahfud di Sulsel sangat positif. Kami masih optimistis menang," ujar Ansyari.
Adapun, KPU Makassar dan KPU Sulsel, sampai kemarin, belum menerima lokasi perubahan lokasi jadwal kampanye dari pemerintah Kota Makassar mengenai lokasi kampanye Ganjar Pranowo. Sebelumnya, KPU Makassar menyepakati lokasi pelaksanaan kampanye akbar di tiga lokasi, yakni Lapangan Karebosi, Lapangan Hertasning, dan Lapangan Bumi Tamalanrea Indah (BTP). Saat ini Lapangan Karebosi tidak bisa digunakan karena dalam rencana rehabilitasi.
Ketua KPU Sulsel, Hasbullah menyebutkan pihaknya belum menerima surat keputusan dari pemerintah Kota Makassar mengenai lokasi kampanye Ganjar Pranowo.
Sementara itu, tim pemenangan Ganjar-Mahfud dinilai harus bekerja keras untuk bisa meraih target kemenangan di Sulsel hingga 51 persen. Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah mengatakan waktu kurang lebih dua pekan ini semua tim pasangan calon harus bekerja kerja terutama paslon nomor urut 03.
“Waktu masih ada seminggu lebih untuk berkampanye. Artinya setiap paslon masih punya waktu untuk menambah kantong-kantong suara, terutama di Sulsel,” kata Asratillah.
Dia mengatakan, bila melihat hasil survei baik itu secara nasional maupun lokasi, paslon yang diusung oleh PDI Perjuangan, PPP, dan didukung oleh Perindo bersama Hanura memang masih dibawa Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran.
“Kalau mengintip beberapa hasil survei, pasangan Ganjar-Mahfud tergolong masih lemah di Sulsel secara elektorat. Tim pemenangan Ganjar mesti memikirkan cara agar paslon mereka semakin marketable,” ujar Asratillah.
Menurut dia, tim Ganjar-Mahfud mesti mencari isu yang tepat untuk dijadikan jualan politik di Sulsel. “TPD Ganjar-Mahfud Sulsel mesti mencari isu yang tepat untuk menjadi jualan politik di Sulsel, dan mengemasnya dalam narasi yang mudah dipahami,” imbuh dia.
Tak kalah penting, sambung Asratillah, seluruh caleg dari empat partai pengusung dan pendukung 03 harus lebih masif di sisa waktu masa kampanye ini.
“TPD bersama mesin partai pengusung dan para caleg mesti lebih giat dalam setia kegiatannya mempromosikan paslon 03, karena memang berdasarkan pengamatan sekilas di lapangan, caleg-caleg dari parpol pengusung 03 tidak begitu antusias mempromosikan paslonnya di tingkat akar rumput,” ucap dia.
Adapun, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma mengatakan tim Ganjar-Mahfud memiliki tugas agar bisa meraih suara lebih karena hasil survei masih dibawa dua pesaing mereka.
“Jadi kunjungan ke Makassar sebuah cara mencari simpati karena sejauh ini pemilih sudah menentukan pilihan sejak awal tapi masih ada juga belum menentukan pilihan,” ujar Sukri.
Menurut dia, kunjungan Ganjar ke Makassar juga salah satu cara mengambil peluang agar masyarakat bisa pindah pilihan. Apalagi, kata Sukri, beberapa waktu lalu Anies juga sempat ke Sulsel.
“Kunjunganya juga bagian dari konsolidasi tim sekaligus memacu semangat agar para tim mereka bekerja lebih maksimal lagi,” kata Sukri.
Pemilih Potensi Saling Gesek
Tensi politik menjelang Pemilu 2024 yang relatif tinggi berpotensi memicu gesekan di kalangan pendukung. Ketua Forum Dosen Makassar, Adi Suryadi Culla mengatakan, pemilu itu sebenarnya adalah sarana atau wadah bagi masyarakat dalam memilih pemimpin untuk tahun mendatang.
"Jadi itu adalah fasilitas yang muncul di dalam sistem demokrasi di mana pemimpin itu tidak diturunkan secara dinasti seperti kerajaan tetapi pemimpin dipilih melalui proses pemungutan suara rakyat, itu sebenarnya yang menjadi inti dari Pemilu," ujar dia.
Adi mengatakan, sejatinya pemilu digelar dalam suasana yang damai. Menurut dia, bila ada kekerasan, ada konflik yang mengarah kepada bentrokan fisik ataupun desakan, itu sebenarnya bukan bagian dari proses demokrasi.
"Bahkan itu sebenarnya yang harus dihindari oleh semua pihak, baik dari politisi, partai politik maupun masyarakat," imbuh dia.
Adi mengatakan, sudah ada preferensi politik yang mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiologis atau faktor budaya atau faktor nilai-nilai. Karena itu, masyarakat biasanya berbeda-beda di dalam menjatuhkan pilihan. Bisa juga itu disebabkan oleh faktor figuritas, karena orientasi di dalam memilih itu bisa juga disebabkan karena pengaruh sosok figur yang ingin dicalonkan sebagai pemimpin yang akan dipilih.
"Karena itu sebenarnya harus ada penghargaan, penghormatan, di dalam posisi masing-masing pihak masyarakat itu di dalam memilih pemimpin. meskipun berbeda-beda ya jangan menimbulkan benturan satu sama lain, itulah demokrasi yang sesungguhnya," imbuh dia.
Dia menuturkan, sebenarnya memilih sebaiknya menghindari pilihan karena pengaruh faktor hoaks. Apalagi sebenarnya hoaks itu berita yang susah dipertanggungjawabkan. Karena itu pengaruh yang bahkan secara sentimen, emosional, bahkan bisa mempengaruhi pemilih sebaiknya itu dicerna baik-baik harus rasional. Kemudian ada juga dengan latar belakang politik identitas.
"Artinya identitas politik itu jangan kemudian bermuara pada sikap ekstrim lalu menyudutkan mereka yang dianggap berlatar belakang identitas lain. apalagi menyinggung secara sentimen politik," sebut dia.
Di lain sisi, kata Adi, bisa juga karena faktor money politik itu juga bisa menjadi penyebab gangguan dalam pemilu. Dia berharap, masyarakat di dalam proses memilih itu bukan karena adanya suap karena merendahkan derajat pemilih itu sendiri. (fahrullah-suryadi/C)