"Golkar cukup diuntungkan memiliki sejumlah kader perempuan yang mumpuni," ujarnya.
Hanya saja, bagaimana strategi yang disusun oleh pengurus Golkar Sulsel serta mengelola kekuatan kader-kader perempuan seperti Andi Ina Kartika, Indah Putri Indriani, Andi Kartini Ottong dan Suhartina Bohari sebagai pendongkrak prestasi partai baik pada pemilu maupun di pilkada.
"Pengurus Golkar Sulsel mesti berani memberi ruang dan peran bagi kader-kader perempuannya untuk tampil sebagai aktor utama di panggung depan," saran Nursandi.
Lebih jauh, Nursandi mengemukakan, kedepan banyak tantangan untuk kursi caleg fan pilkada. Maka tidak semata-semata hanya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keterwakilan perempuan saja.
"Kader-kader perempuan Golkar cukup kompetitif untuk bersaing pada event-event politik mendatang," terangnya.
Terpisah, Direktur Profetik Institute, Asratillah berpandangan jika berbicara mengenai peluang dan tantangan elektoral para politis perempuan menuju senayan, maka ini tergantung beberapa hal.
Pertama, apakah mereka memiliki basis elektoral sebelumnya, basis elektoral ini bisa terbantuk baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terbentuk secara langsung jika figur yang bersangkutan memang berkarir secara konsisten dalam politik praktis, terbentuk secara tidak langsung jika dibackup oleh keluarga yang telah memiliki basis politik sebelumnya.
Sehingga sangat perlu bagi para politisi perempuan untuk menjaga basis elektoral yang mereka miliki, bagi yang basis elektoralnya terbentuk secara tidak langsung.
"Maka perlu ada upaya untuk memastikan bahwa basis elektoral dari keluarga/suami/saudara bisa dikonversi menjadi basis elektoralnya," bebernya.
Ia melanjutkan, tantangan kedua adalah, kemampuan para politisi perempuan untuk menjadi representasi para pemilih perempuan, apatah lagi secara demografis penduduk Sulsel yang berjenis kelamin perempuan jumlahnya lebih besar dibanding laki-laki.