Kalapas Takalar: Warga Binaan Dibekali Skill, Keluar Harus Dirangkul

  • Bagikan
Kepala Lembaga Permasyarakatan (Kalapas) Kelas IIB Kabupaten Takalar, Ashari saat hadir sebagai pembicara di Podcast Harian Rakyat Sulsel, Kamis (2/2).

Untuk Lapas Takalar sendiri disebut ada 11 blok dan semuanya terisi dengan jumlah keseluruhan WB sebanyak 418 orang. Di mana satu blok terdapat empat kamar dengan jumlah penghuni 9 hingga 11 orang WB.

"Kita ada 11 blok terisi semua. Namun saat ini sudah mulai berkurang dari pada saat awal saya masuk 560 sisa 418 WB. Kalau tingkat hunian itu rata-rata lapas di seluruh Indonesia itu sudah over load, over kapasitas namun masih bisa ditolerir," bebernya.

Selanjutnya Ashari menyampaikan, untuk pembinaan WB sendiri Lapas disebut hanya memiliki ruang dalam wilayah Lapas saja. Sehingga peran masyarakat dan pemerintah dibutuhkan untuk memberikan bimbingan lanjutan bagi para WB yang sudah keluar dari dalam Lapas.

Masih banyak narapidana (Napi) atau WB yang sudah keluar dari Lapas lalu masuk kembali dikarenakan pada saat berada di lingkungan masyarakat mereka masih dianggap dianggap sebelah mata atau dianggap penjahat. Padahal kata dia mereka seharusnya dirangkul dan diberikan pekerjaan yang layak.

"Pembinaan WB atau narapidana itu kami mempunyai kapasitas itu hanya ada dalam Lapas. Jadi ada empat faktor keberhasilan pembinaan WB yaitu petugas, napi atau WB sendiri, masyarakat dan sarana prasarana (pemerintah). Kalau masyarakat tidak ikut membantu yakin saja tambah banyak itu napi masuk di Lapas, kenapa karena mungkin masalah perut. Pemerintah juga berperan melakukan membina, seperti dinas sosial bagaimana mereka direkrut," jelasnya.

Terakhir, Ashari menyampaikan bahwa komitmennya saat ini adalah mengembalikan citra Lapas, mengingat belakangan banyak opini-opini yang buruk tentang Lapas. Salah satunya mengenai masih adanya narkotika atau barang-barang lain yang dilarang ditemukan dalam Lapas.

Ruang-ruang yang potensi jadi pintu masuknya barang-barang yang dilarang kata dia dievaluasi, mulai dari petugas sendiri, pengunjung maupun melakukan razia dalam Lapas.

"Saya kira sudah menjadi komitmen kami bahwa tidak ada lagi ruang dan tempat untuk peredaran barang haram dalam lapas. Kami tau bahwa kebutuhan WB itu sangatlah tinggi, apalagi dari luarnya mereka pengguna pasti di dalam mereke akan mencari. Bagaimana caranya kami agar tidak ada lagi ruang, maka kami rutin melakukan razia, kemudian pembesuk dirazia juga," ujarnya.

"Kemudian petugas juga wajibkan semua hal-hal tidak ada gerakan tambahan. Kami berkomitmen untuk bagaimana ini Lapas bersih namanya, kita buatkan kegiatan yang bermanfaat dan juga kita kuatkan SDM karena tidak menutup kemungkinan bisa ada kerjasama, makanya petugas harus dibersihkan sehingga tidak ada lagi yang ikut bermain dalam kegiatan itu," pungkasnya. (Issak/B)

  • Bagikan