Kalapas Takalar: Warga Binaan Dibekali Skill, Keluar Harus Dirangkul

  • Bagikan
Kepala Lembaga Permasyarakatan (Kalapas) Kelas IIB Kabupaten Takalar, Ashari saat hadir sebagai pembicara di Podcast Harian Rakyat Sulsel, Kamis (2/2).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pandangan masyarakat terkait penghuni Lembaga Permasyarakatan (Lapas) atau Rumah Tahanan sampai saat ini masih terbilang negatif. Apalagi orang-orang yang dimasukkan ke tempat tersebut adalah mereka yang bermasalah hukum.

Dengan adanya image seperti itu, Kepala Lembaga Permasyarakatan (Kalapas) Kelas IIB Kabupaten Takalar, Ashari memberikan gambaran terkait fungsi Lapas sendiri.

Tujuan pemasyarakatan kata dia adalah suatu sistem pemasyarakatan yang diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan (WB) agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindakan pidana sehingga dapat kembali diterima di masyarakat.

"Jadi penjara itu istilah lama, sekarang istilahnya itu berubah menjadi permasyarakatan. Jadi orang-orang yang menurut undang-undang dipidana dan dinyatakan bersalah masuk di lapas adalah tugasnya bagaimana mereka dibimbing, dibina, diayomi, kemudian dirawat di dalam lembaga permasyarakatan," ujar Ashari saat tampil di podcast Harian Rakyat Sulsel, Kamis (2/3/2023).

Ashari menyebut, dalam Lapas ada dua hal yang dilakukan, pertama adalah pembinaan kemandirian dan kedua adalah pembinaan kepribadian. Pembinaan kemandirian sendiri adalah bagaimana WB diberikan bekal atau kreativitas agar kelak jika keluar dari Lapas bisa bekerja sesuai dengan keahlian atau kemampuan yang dia dapatkan selama berada di dalam Lapas.

Sementara pembinaan kepribadian disebut adalah bagaimana memperbaiki hubungannya seorang WB dengan Tuhannya.

"Kita melakukan pembinaan dari segala sisi, kalau kemandirian itu bagaimana WB ini mempunyai nilai, skill, seperti pertukangan menjahit, mencukur, perbaiki sepeda motor, pertanian, buat kue atau buat tas," sebutnya.

"Orang biasa menganggap dipenjara (di Lapas) itu disiksa padahal tidak. Prosesnya itu adalah bagaimana mereka kita bina supaya setelah keluar bisa menjadi masyarakat utuh," sambungnya.

  • Bagikan