BONE, RAKYATSULSEL - Bulan ramadan adalah benar bulan penuh berkah. Hal itu terbukti dirasakan oleh masyarakat di Lingkungan Amessangeng, Kelurahan Apala, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone.
Mereka khususnya pembuat makanan tradisional suku Bugis khas lebaran, buras bisa mendapatkan keuntungan paling sedikit Rp 5 juta jelang Hari Raya Idulfitri.
Salah seorang pembuat burasa di Lingkungan Amessangeng, Rosmida (33) mengakui bahwa setiap harinya dirinya rutin menjual burasa di Pasar Rakyat Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur.
"Membuat dan menjual burasa sudah menjadi pekerjaan rutin saya setiap hari. Dalam satu hari, saya bersama keluarga dapat membuat minimalnya 5 liter beras dan dijual di Pasar Bajoe," jelas Rosmida saat ditemui di rumahnya di Amessangeng, Kamis (20/4/2023).
"Namun berbeda jika bulan ramadan. Kalau bulan puasa (Ramadhan) biasanya banyak yang pesan dan diantarkan ke alamat pemesan. Rata-rata saya membuat burasa 400 sampai dengan 500 ikat dengan harga Rp 5.000 per ikat," ujarnya lagi.
Rosmida mengakui pula bahwa dirinya mulai melakoni penjualan buras ini sejak pandemi Covid-19 melanda sebagai upaya untuk mempertahankan perekonomian keluarganya.
"Awalnya sekedar menutupi biaya perekonomian keluarga yang sangat susah waktu covid melanda. Makanya saya mencoba membuat buras dan menjualnya di pasar Bajoe. Jadi saya subuh-subuh ke pasar Bajoe menjual burasa dan saat itu kadang habis dan terkadang pula tidak," ujar Rosmida.
Seiring perjalanan waktu, Lingkungan Amessangeng mulai dikenal oleh sebagian masyarakat sebagai daerah pembuat dan penjual buras sehingga terkadang sudah mulai ada warga dari luar yang memesan buras walau masih terbatas.
Hal itu mulai berjalan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2019-2023). Para penjual buras ini mulai dikenal dari mulut ke mulut dan saat ini sudah mulai ada pemesan dari desa/Kelurahan dan kecamatan lain, di luar Kecamatan Barebbo, seperti Kecamatan Cina, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Mare, Kecamatan Tanete Riattang, dan Kecamatan Tanete Riattang Timur.
Untuk memenuhi pesanan para pelanggannya menjelang Hari Raya Idulfitri, maka para pembuat buras ini mengajak tetangga dan keluarga dekatnya untuk membantunya.
Mereka mulai bekerja secara berkelompok dan setiap kelompok biasanya terdiri dari lima orang. Mereka berbagi tugas, ada khusus yang memarut kelapa dan membuat santan, ada yang memasak beras, membungkus dan mengikat buras kemudian memasaknya kembali setelah buras dibungkus. (Enal/B)