Pertama, apakah nama Tommy Soeharto masih tercatat sebagai kader partai dan itu diketahui diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar.
Hal itu, menurutnya bisa menjadi batu sandungan. Sebab misalnya Tommy sudah bukan bagian dari Golkar, maka otomatis tidak bisa maju dan mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum di Musyawarah Nasional 2024 dan atau Munaslub yang belakangan didorong sebagian kader Golkar.
“Kalau misalnya Mas Tommy mampu memengaruhi kader-kader Golkar, dia dimunculkan dan kemudian di Munas itu diubah AD dan ART, bisa jadi beliau bisa ikut maju bertarung. Namun, ini urusannya, bagaimana pendekatan Mas Tommy," ujar Prof Gde Pantja.
Catatan kedua, Tommy Soeharto disebutkan mempunyai beban sejarah. Karena akan banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin Orde Baru.
Meski secara objektif, selain banyak kelemahan dan kelebihan selama Indonesia dipimpin Soeharto.
"Tommy mampu enggak mengemban beban itu. Kalau nanti mau tampil dipanggung. Dia harus beda performance-nya dengan bapaknya dan itu tidak mudah," kata Prof Gde Pantja.
Dia menambahkan memang Tommy Soeharto mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungan sosial dan tidak berbeda jauh dengan bapaknya.
Akan tetapi hal itu tidaklah cukup. Publik akan melihat juga bagaimana kemampuan manajerial, leadership, termasuk dibidang strategi seperti ayahnya yang membuat Indonesia relatif aman dan stabil baik ekonomi dan keamanan selama puluhan tahun.
"Mampu enggak begitu? Tidak mudah menurut saya, tetapi bukan tidak mungkin dia menjadi rising star kalau mampu menjawab beban sejarah," tegasnya.