MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ikut merespons atas mahalnya harga beras. KPPU akan menyelidikinya.
Selain mahal, stok beras yang beredar di pasar juga berkurang. Hal itu menimbulkan kecurigaan. Jangan sampai ada spekulan memanfaatkan situasi. Harga beras medium saat ini menyentuh Rp14 ribu per kg. Sedangkan beras premium Rp17 ribu per kg.
Kepala Bagian Administrasi Kantor Wilayah VI KPPU Makassar Dahliana Tanur, menuturkan bahwa terkait dengan harga beras saat ini, pihaknya tengah mengawasi peningkatan harga gabah di tingkat petani dan produsen.
"Kami akan melakukan pengawasan harga dari petani dan produsennya dulu," ucapnya, Kamis, 22 Februari.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya juga akan melakukan pendalaman terlebih dahulu terkait apa yang menjadi penyebab kenaikan harga ini.
"Kita akan lihat apakah kenaikan harga gabah yang telah melebihi harga acuan pembelian dipengaruhi oleh adanya upaya penguasaan oleh pelaku usaha tertentu di pasaran," tuturnya.
Kata dia, terkait dengan persoalan tersebut masih perlu pendalaman lebih lanjut. Karena pendalaman tersebut pihaknya bisa mengambil langkah pengawasan.
"Jadi dari sini (pendalaman) kami akan melakukan tindakan sesuai kewenangan," terangnya.
Akibat mahalnya harga, masyarakat menyerbu beras Bulog atau biasa disebut SPHP. Harga Eceran Tertinggi (HET) SPHP hanya Rp10.900 per kg. Namun beras tersebut sulit dijumpai lantaran
selalu diserbu konsumen.
Pj Sekretaris Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad, mengatakan beras SPHP seyogianya rutin disalurkan ke pasar maupun ritel modern. Hanya saja, harganya relatif murah membuat beras tersebut lebih cepat habis. Bukan karena beras tersebut langka.
Pihaknya pun akan meminta kepada Bulog untuk menambah kuota beras SPHP yang disalurkan ke pasar dan ritel modern. Agar tidak ada lagi prasangka beras SPHP sulit ditemukan.
"Saya rasa ini arahan dari Bapanas, untuk intens berkomunikasi dengan Bulog, intens mengendalikan harga melalui operasi pasar seperti sekarang ini," kata Arsjad usai mengecek harga pangan di Pasar Maricaya, Kamis, 22 Februari.
Arsjad membenarkan, bahwa ia menemukan beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan. Yang paling mencolok sejauh ini ialah beras. Namun, kata Arsjad, kenaikan tersebut secara rata-rata
nasional, Sulsel masih lebih rendah.
"Beras SPHP itu sangat membantu sekali, ada selisih sekitar Rp2 ribu dan hasil testimoni masyarakat merasakan bahwa program ini sangat membantu terutama keterjangkauan harga," ungkap Kepala
Dinas Ketapang Sulsel ini.
Ia memastikan, Pemprov akan melanjutkan program tersebut untuk memastikan ketersediaannya hingga Ramadan.
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Sulsel Kemal Redindo Syahrul mengungkapkan, secara stok beras di Sulsel masih aman. Namun, ia tidak memungkiri ada kenaikan harga.
Kata ia, produksi di Sulsel menjadi rebutan provinsi-provinsi lainnya. Meskipun Sulsel dikenal sebagai lumbung pangan, namun sepanjang tahun ini belum ada panen.
"Sehingga barang ini lebih banyak keluar dari pada yang beredar lokal di Sulsel. Tetapi intinya barang itu selalu tersedia walaupun ada gejolak harga," tandasnya.
Kata Redindo, harga beras dalam pantauannya beras medium paling rendah Rp13.000 per kg, dan tertinggi Rp14.000. Beras premium sekitar Rp14.500 per kg, namun harga tertinggi tercatat di Luwu yang mencapai Rp17.000 per kg.
"Memang beda ketika kita cek harga di Makassar dan Luwu. Pasti di Luwu lebih tinggi karena ada biaya transportasi yang dikeluarkan," terangnya. (fjr/raksul)