JAKARTA, RAKYATSULSEL - Wakil Ketua DPR RI, bidang Korinbang, Rachmat Gobel mengajak Peserta Terbaik Parlemen Remaja 2019 - 2021, jika terjun menjadi politisi untuk membuat rakyat tersenyum dan bahagia.
“Senyum rakyat adalah kebahagiaan kita. Jadi bagaimana membuat rakyat tersenyum,” katanya, Selasa, 6 September 2022.
Hal itu ia sampaikan saat menerima 15 peserta terbaik Parlemen Remaja 2019 – 2021. Setiap tahun DPR RI mengadakan lomba Parlemen Remaja yang diikuti pelajar SMA dari seluruh Indonesia. Para peserta terbaik tersebut kini sebagian sudah menjadi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Gobel mengatakan, menjadi politisi atau menjadi anggota parlemen itu harus punya hati, memiliki gagasan, dan idealisme. “Harus bagian dari perjuangan dan menjadi bagian dari ibadah,” katanya.
Ia mengingatkan, jangan menjadikan rakyat sebagai komoditas hanya untuk meraih kemenangan. Ia menceritakan, saat pertama kali terjun ke politik dengan mengikuti Pemilu Legislatif pada 2019, ia menolak money politics.
“Saya sampaikan jangan pilih saya jika ingin dapat uang,” katanya.
Lalu Gobel menyampaikan kepada calon pemilihnya bahwa nilai ekonomi money politics tersebut tidak seberapa. Namun hak politik rakyat sudah dibeli dengan money politics tersebut.
“Hal itu juga merendahkan martabat. Kita sudah dimuliakan sejak lahir. Bagi yang Islam saat lahir telinga kanan diadzankan, telinga kiri diqomatkan. Bagi yang Katolik dibaptis di gereja, begitu pula penganut agama lain. Selain itu agama kita melarang money politics,” katanya.
Karena itu, Gobel menceritakan, bahwa politik dirinya adalah politik pembangunan dan politik kesejahteraan. “Bagaimana membangun rakyat,” katanya.
“Jadi nawaitunya harus benar. Saya tunggu tahun 2024 di DPR,” kata Gobel menyemangati.
Rachmat Gobel mengatakan seluruh peserta parlemen remaja memiliki kesempatan besar sebagai anggota parlemen dan sebagai politisi mendatang. Namun ia mengingatkan harus bekerja dengan hati dan bekerja keras karena tantangan ke depan semakin berat dan tidak satu pun yang akan tahu tantangan lainnya yang akan terjadi.
"Kita baru saja melalui pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir, perang Rusia - Ukraina yang masih terjadi dan mengakibatkan krisis ekonomi global, tantangan lainnya kita tidak tahu apa yang terjadi di saat akan datang," tambah Gobel. (*)