MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Polrestabes Makassar mendapatkan bukti baru atas kasus pembunuhan Dewa, siswa 11 tahun di Makassar yang tewas di bunuh dua siswa SMA karena tergiur perdagangan organ tubuh manusia. Kedua pelakunya berinisial AD (17) dan MF (17).
Temuan baru polisi itu adalah pelaku AD ternyata telah memiliki niat dari satu tahun yang lalu untuk melakukan penjualan organ. Namun niatnya tersebut baru dia lakukan setelah menemukan Dewa yang dinilai cocok dengan kriterianya.
Hal itu disampaikan oleh Wakasatreskrim Polrestabes Makassar Kompol Muh Jufri Natsir saat dikonfirmasi Harian Rakyat Sulsel.
"Memang dia sudah rencanakan dari satu tahun yang lalu tapi bukan yang korban itu, cuman niatnya itu (pelaku) dari satu tahun lalu," kata Jufri, Kamis (12/1/2023).
Dijelaskan, pelaku awalnya mengetahui peristiwa perdagangan organ tubuh manusia bisa di jual saat dia menonton salah satu stasiun TV nasional. Selanjutnya dia mendalami lewat internet dan menemukan situs pencarian tersebut.
'"Itu awalnya dia kenal (perdagangan organ tubuh manusia) dari nonton di TV, ada reklame di TV masalah itu organ-organ tubuh manusia. Dari situ terus dia buka di internet," ujarnya.
Jufri menyampaikan tersangka AD mempelajari perdagangan organ tubuh manusia karena terkait masalah ekonomi. Ditambah lagi dia disebut sering dimarahi oleh orang tuanya.
"Anak ini tertekan masalah ekonomi di rumah. Sering dimarahi, terus orang tuanya selalu menyuruh untuk mencari uang. Kemudian anak ini terobsesi untuk cepat dapat uang dan cepat kaya itulah yang ada dalam benaknya sehingga dia lakukan itu," sebutnya.
Dalam kasus ini, penyidik juga disebut telah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang saksi, termasuk kedua orang tua korban.
Kedua pelaku juga disebut telah diperiksa kondisi kejiwaannya dengan menghadirkan psikologi dan psikiater. "Terkait dengan psikiater tentunya dengan masalah kejiwaannya," sebutnya.
Atas insiden ini juga Kapolrestabes Makassar Kombes Budhi Haryanto menyampaikan agar orang tua aktif mengawasi anak-anak, mulai dari pergaulan hingga aktivitas kesehariannya apa-apa saja. Penggunaan internet bagi anak-anak juga diminta untuk dibatasi agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif.
"Ini perlu diwaspadai anak-anak kita, supaya selalu dalam pengawasan dalam menggunakan media internet," pungkasnya. (isak/B)