Pemilu 2024, Parpol Pendatang Baru Harus Miliki Strategi Lolos Ambang Batas

  • Bagikan
Ilustrasi.

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, partai pendatang baru harus memiliki strategi agar bisa lolos ambang batas pemilu 2024 mendatang.

Pengalaman Pemilu 2019 lalu ada beberapa partai pendatang baru tak mampu lolos ambang batas 4 persen seperti Perindo, PSI Berkarya dan Garuda. Bahkan ada juga partai politik (parpol) yang pernah memiliki keterwakilan di Senayan tak mampu lolos ambang batas seperti Hanura dan PBB.

Pemilu 2024 nanti ada beberapa partai pendatang baru yakni Partai Buruh, Gelora, Partai Kebangkintan Nusantara (PKN) dan Partai Ummat.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Sukri Tamma mengatakan, pagelaran Pemilu secara serentak otomatis berpotensi memecah konsentrasi setiap partai politik di Pilpres.

Sebab, kata dia, parpol yang berkoalisi di Pilpres saling memiliki kepentingan untuk memenangkan pasangan calon (paslon). Namun disisi lain diharuskan merebut kursi di legislatif untuk lolos ambang batas atau parlemen treshold.

"Secara tidak langsung fokus mereka terpecah. Jadi bisa saja partai fokus untuk pemenangan Pilpres, tapi tidak Pemilihan Legislatif (Pileg). Karena di sisi lain mereka bertarung untuk di Pilpres, dan berupaya mencari suara di Pileg," kata Sukri Tamma, Senin (13/2).

Terpisah, Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam menilai, sebagian parpol telah melalui perhelatan Pemilu serentak di 2019 silam. Sehingga setiap parpol telah memiliki strategi untuk menghadapi momentum politik di 2024 nanti.

"Parpol sudah memiliki pengalaman di Pemilu 2019 lalu. Di mana saat itu, untuk pertama kalinya Pilpres dan Pileg digelar serentak. Jadi saya menilai parpol-parpol terutama yang sudah mapan jauh lebih matang dan piawai dalam memainkan diri mencapai target di Pilpres dan Pileg 2024," kata Nursandy Syam.

Menurut Alumni TP FIP UNM ini, terkait cost politik dengan penyelenggaraan Pemilu secara serentak cukup relatif. Itu tergantung dengan kondisi di lapangan.

"Besar kecilnya akan dipengaruhi oleh banyak hal. Seperti manajemen logistik, ketokohan figur caleg, bagaimana medan kontestasi caleg, strategi dan program yang dijalankan hingga kualitas tim yang ikut berjuang," jelasnya. (Fahrul/B).

  • Bagikan