Dituding Jual Beli Nomor Urut, Aris Pangerang Minta DPW Buktikan

  • Bagikan
Aris Pangerang (Kanan) memberikan keterangan soal dugaan jual beli nomor urut saat menjadi ketua Perindo kota Makassar di Kafe Baca. (Foto: Fahrullah)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Mantan Ketua Perindo Makassar, Aris Pangerang meminta kepada pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Perindo Sulsel untuk membuktikan jika dirinya melakukan jual beli nomor urut terhadap Bakal calon Legislatif (Bacaleg) DPRD Kota Makassar.

"Saya meminta kepada Uci (Sanusi Ramadhan) selalu ketua DPW dan Hilal membuktikan jika saya melakukan itu (Jual beli suara)," kata Aris Pangerang saat ditemui di Kafe Baca Makassar, kemarin.

Aris menceritakan persoalan pemecatan itu bukan baru sekarang tapi sudah lama diinginkan, karena Ia mengaku tidak nyaman dipimpin oleh Sanusi yang dia anggap arogan dan tidak berkualitas.

"Saya masuk di Perindo karena membantu. Pada saat saya berdarah-darah mengurus partai ini menjadi lolos dari partai politik, tidak ada satupun yang muncul mengaku sebagai kader, mau memberi bantuan, kok tiba tiba (masa tahapan) caleg pada muncul semua, ini kader terbaik, saya harus nomor satu," ujarnya.

Aris menyebutkan seperti Hilal menginginkan nomor urut satu, padahal dia tidak pernah mengurus partai Perindo Kota Makassar. Padahal dirinya menginginkan Bacaleg nomor satu harus memiliki kualitas, integritas, historis, background. Semua yang dapil nomor satu itu kerja keras.

"Di dapil Satu, Kristoforus, saya memang sama-sama caleg DPR RI waktu Perindo start, jadi saya pikir track recordnya, masa DPRD kota tidak bisa nomor satu. Dapil lima, namanya Haji Rudi Ramli kalau tidak salah, itu tim pemenangannya Andi Ihsan dua kali berturut-turut terpilih anggota DPD suara terbanyak, jadi saya pikir ini orang orang punya kapasitas semua," ujarnya.

"Dapil empat ada Randy Manga, sekretaris Perindo kota Makassar, apa salahnya jadikan (nomor satu), dia berjibaku di lapangan, sekretaris harus saya hargai dong, pemilu lalu 1.000 suaranya, bisa dipoles sedikit . Dapil tiga, Yulius, itu mantan eksekutif mantan bupati di Papua, dia dokter ahli bedah, apa tidak punya kapasitas jadi nomor satu?" lanjutnya.

Ini semua kata dia dicurigai melakukan jual beli nomor urut. "Itu dicurigai ada transaksi nomor urut saya bilang buktikan. Jangan hanya ngomong, tapi dia kan tidak mampu buktikan," tegasnya. (Fahrullah/B).

  • Bagikan