MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Wakil Ketua DPRD Sulsel Fraksi PKS Muzayyin Arif menyampaikan Khutbah Jum’at di Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend. M. Jusuf Makassar (4/7/2023).
Mengangkat tema "Mengokohkan Pancasila Atasi Krisis Identitas". Hal ini juga menjadi pembahasan Ranperda di DPRD Sulsel tentang pembinaan ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan yang menjadi inisiatif anggota DPRD Sulsel.
Mengawali khutbahnya, Muzayyin menyampaikan bahwa salah satu fenomena globalisasi yang ditandai dengan meledaknya arus informasi dewasa ini adalah bergesernya nilai budaya yang dimiliki setiap bangsa.
"Berkembangnya teknologi informasi, membuat interkoneksi antar bangsa begitu sangat massif, hampir tidak ada lagi batasan antara satu bangsa dengan bangsa lain, pada akhirnya identitas yang menjadi ciri antar bangsa makin lama makin hilang. Berganti dengan perilaku global," pungkasnya dengan lugas.
Ia melanjutkan, hal ini oleh para cendekiawan disebut sebagai krisis identitas. Menurutnya, ini perlu kita cermati sebab bangsa yang kuat adalah bangsa yang generasinya memiliki identitas yang kokoh. Sebaliknya hilangnya identitas menunjukkan lemahnya satu bangsa.
"Salah satu bentuk kelemahan yang patut kita waspadai adalah lemah karakternya, lemah identitasnya. Lemah jati dirinya," tegasnya.
Ia juga mengungkapkan realitas yang melanda generasi Indonesia saat ini adalah melemahnya identitas pada diri mereka, baik identitas kebangsaan, identitas keagamaan, maupun juga identitas kebudayaan.
Adanya fenomena ikut-ikutan terhadap sesuatu yang bukan jati diri kita sebagai bangsa indonesia. Jangankan menolak, yang terjadi bahkan memberikan justifikasi atas pembenaran terhadap budaya asing yang masuk ke negara kita, padahal tidak semua budaya yang datang dari negara negara lain itu sejalan dengan budaya kita.
"Contoh misalnya cara pandang kita tentang kehidupan kita sering kali ikut dengan cara pandang bangsa lain dan hal ini berdampak pada gaya hidup, perilaku sosial generasi kita," pungkasnya.
Contoh lain yang ia sampaikan tentang pandangan hidup seperti hidup berpasangan tanpa ikatan suami istri, friends with benefit, HTS (Hubungan Tanpa Status), Child Free (berumah tangga tanpa keinginan memiliki anak), sampai pada penerimaan terhadap perilaku LGBT.
Tentang kesuksesan misalnya, hari ini media sosial kita dipenuhi berbagai cerita tentang crazy rich yang pamer harta dan plesiran, jauh dari semangat berusaha dengan etos kerja yang tinggi dan untuk menebarkan kebaikan untuk sesama.
Cara pandang tentang kebebasan berkeyakinan juga sedemikian merebaknya, bebas berkeyakinan apa saja termasuk bebas untuk tidak beragama, dimulai dengan propaganda semua agama adalah sama, sampai pada pemahaman bahwa agama candu yang mengkhawatirkan. Semua ini sesungguhnya sangat jauh dari identitas bangsa kita.
"Sejak awal bangsa kita sudah dilekatkan dengan identitasnya yang bernama Pancasila. Saat ini para legislator di DPRD Provinsi Sulsel sedang melakukan inisiasi dan membahas pembentukan Ranperda tentang pembinaan pancasila dan wawasan kebangsaan di daerah kita ini. Semoga dengan semangat mengokohkan kembali pancasila dalam kehidupan, dapat menguatkan identitas generasi kita yang sedang melemah," tutup Muzayyin.