Delegasi ICATT Sebut Deportasi Tiga Pelajar Al Azhar Asal Sulsel Berbau SARA

  • Bagikan
Delegasi ICATT Bunyamin Yapid juga Orang Tua Wali Mahasiswa Deportasi Minta Kemenlu Tindak Tegas Tuntaskan Persoalan Tiga Mahasiswa yang Dideportasi Karena Adanya Dugaan Oknum KBRI Mesir Dalangi Kasus Ini

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Polemik deportasi tiga pelajar Universitas Al Azhar asal Sulsel terus berlanjut. Isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan atau SARA terungkap pada peristiwa pemulangan pelajar WNI ini. Mereka yang dipulangkan diketahui berinisial AM, AF, MC.

Delegasi Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) Bunyamin Yapid menjelaskan persoalan deportasi tiga pelajar Al Azhar asal Sulsel sudah mengerucut ke masalah SARA. Hal itu mengacu pada pemulangan hanya mereka berasal dari Sulawesi.

"Inikan melibatkan banyak orang, perkelahian itu banyak orang. Nah, kenapa hanya tiga orang ini yang berasal dari Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) dipulangkan?. Ada apa ini, KBRI Mesir sepertinya sudah lakukan Isu SARA," tegas Bunyamin Yapid, Minggu (17/9).

Dia menjelaskan, pertikaian hingga berujung pemulangan tiga mahasiswa itu bermula dari kesalahpahaman antara sesama mahasiswa Indonesia dalam Turnamen Futsal Cordoba Cup pada Juli 2023 lalu.

"Disana KKS diejek dengan nada rasis atau SARA oleh Kerukunan Keluarga Walisongo (KKSW). KKS yang tidak terima lalu memukul KKSW saat pertandingan usai," paparnya.

Namun dari kejadian itu, kedua kerukunan keluarga kemudian berhasil didamaikan. Menurut Yamin kondisi seperti ini memang sudah sering terjadi pada lingkup mahasiswa yang kuliah di Mesir.

Belakangan salah seorang mahasiswa KKS kemudian kembali dikirimi pesan singkat bernada rasis atau SARA. KKS yang tidak terima lalu mendatangi mahasiswa yang diduga merupakan anggota KKSW itu.

"Setelah menerima pesan bernada SARA itu, mahasiswa dari KKS pergi mendatangi mereka (KKSW) tapi tidak ketemu. Justru, mereka bertemu kelompok silat dari KKSW (Pagar Nusa). Perkelahian antara KKS dan Pagar Nusa pun tak terelakkan," jelasnya.

Yamin--sapaan akrabnya sayangkan, kejadian ini hanya tiga orang ditangkap. Padahal, Mesir itu menganut aturan praduga bersalah. Dimana seluruh yang terlibat dalam suatu tindakan melanggar hukum harus sama-sama ditangkap dan ditahan.

"Nah kalau memang ada yang ditangkap kenapa hanya tiga mahasiswa ini. Padahal yang terlibat dalam insiden perkelahian itu kan ada banyak. Jadi ini perkelahian bukan pemukulan. Semua yang terlibat juga ditangkap sekalian," tukasnya.

  • Bagikan