Penulis: Ema Husain Sofyan
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pada Senin, 13 Nopember 2023 telah menetapkan tiga pasang capres-cawapres secara resmi lewat keputusan KPU RI nomor 1632 Tahun 2023. Pada sisi lain perseteruan dua kubu semakin intens dengan saling menyerang antara pendukung pasangan capres-cawapres. Bahkan lembaga survei yang kredibel telah mempublish hasil survei. Dan perseteruan antara dua pasangan capres juga berimbas pada hasil survei.
Manuver elit parpol pengusung juga sudah tampak dimainkan oleh relawan dan tim sukses dan simpatisan. Sekalipun hasil survei saat ini bukanlah jaminan bahwa pasangan capres-cawapres yang memiliki survei tertinggi akan menjadi presiden, namun hal tersebut adalah sebagai kecenderungan pemilih pada saat survei dilakukan. Namun metodologi yang dipergunakan secara ilmiah dalam hal ini bagi lembaga survei yang sudah terpercaya dan telah menorehkan prestasi utamanya dalam pilpres yang telah diselenggarakan dengan pemilihan secara langsung.
Penulis mencermati hasil rilis lembaga survei, masih menempatkan pasangan Parbowo-Gibran sebagai pemilik elektabilitas tertinggi. Kemudian disusul oleh pasangan Ganjar-Mahfud dan terakhir pasangan Anies-Muhaimin. Namun elektabilitas Ganjar menurun dari survei sebelumnya, sedangkan Anies memiliki trend kenaikan dan saat ini nyaris mendekati Ganjar.
Lembaga survei memprediksi kemungkinan Ganjar akan disalip oleh Anies. Tentu saja strategi menjelang kampanye harus ditempuh oleh tim sukses Ganjar untuk dapat reborn seperti pada saat awal menjelang pendaftaran; usungan PDIP dan PPP tersebut nyaris merajai hasil survei.
Tentu saja pemberitaan soal putusan MK yang meloloskan Gibran, dianggap akan merupakan kartu mati bagi Prabowo dan dapat merenggut elektabilitas Prabowo ternyata tidak terjadi jika berkaca pada hasil survei pasca putusan MK dan MKMK. Pengamat memprediksi hujatan dan cacian pada keluarga Jokowi oleh pendukung Ganjar dianggap sebagai salah satu faktor yang membuat survei elektabilitas Prabowo melejit dan di sisi lain merenggut suara Ganjar-Mahfud. Tentu saja pasangan Anies dan Muhaimin yang paling diuntungkan dengan perseteruan antara Prabowo dan Ganjar.
Suka atau tidak suka, kita akan dihadapkan pada tiga pasangan capres dan cawapres. Biarlah masyarakat mempergunakan rasionalitasnya ketimbang emosionalnya dalam memilih calon pemimpin yang akan menakhodai Indonesia menghadapi kerasnya persaingan global.
Masa kampanye adalah momentum yang paling tepat bagi pasangan calon untuk menawarkan visi dan misi dalam menjawab tantangan global. Dan, masyarakat jualah yang akan menilai pasangan mana yang paling layak untuk dipilih. (*)