Sentimen Negatif Gibran Tertinggi

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD menuai sentimen positif tertinggi dari warganet , khususnya di X (Twitter) pascadebat keempat Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Warganet menilai performa calon nomor urut 01 dan 03 tersebut sangat baik dalam menyampaikan ide, gagasan, dan jawaban atas semua pertanyaan.

Adapun Gibran Rakabuming Raka, pada debat kali ini cukup 'blunder'. Warganet memberi sentimen negatif tertinggi kepada pasangan Prabowo Subianto tersebut.

Menurut analisis Drone Emprit terhadap kicauan warganet di Twitter ketika debat berlangsung, Gibran mencatatkan sentimen negatif paling besar yakni 60 persen. Sementara, sentimen positif terhadap putra sulung Presiden Joko Widodo itu hanya 33 persen.

“Ini menunjukkan adanya sentimen yang kurang menguntungkan atau permasalahan yang mungkin sedang dihadapi oleh Gibran Rakabuming di media sosial selama jangka waktu yang ditentukan,” tulis pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, di akun Twitter/X miliknya, @ismailfahmi.

Berbeda dari Gibran, Muhaimin Iskandar mendulang sentimen positif paling besar mencapai 80 persen. Sementara, sentimen negatif terhadap Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, hanya 6 persen. Tak terpaut jauh, sentimen positif terhadap Mahfud MD mencapai 79 persen. Sedangkan sentimen negatif yang didulang Mahfud sebesar 12 persen.

Selama debat keempat pilpres, nama Muhaimin dan Gibran paling banyak disebut di Twitter. Sedangkan Mahfud paling sedikit disebut.

“Meskipun Muhaimin Iskandar dan Gibran Rakabuming memiliki volume percakapan yang hampir sama, sentimen mereka berbeda secara signifikan, dengan Muhaimin mendapatkan pandangan yang sangat positif dan Gibran mendapatkan pandangan yang mayoritas negatif,” tulis Ismail.

“Sementara itu, Mahfud MD, meskipun memiliki volume percakapan yang lebih rendah, memiliki pandangan yang mayoritas positif yang menunjukkan kualitas daripada kuantitas dalam hal sentimen online. Ini menunjukkan pentingnya tidak hanya jumlah penyebutan tetapi juga kualitas percakapan yang terjadi di media sosial,” sambung dia.

Hasil analisis Drone Emprit memperlihatkan bahwa sosok Muhaimin dianggap menonjol dalam debat keempat karena mampu menyampaikan visi-misi secara efektif dan komprehensif. Imin juga dinilai mampu menghindari jebakan dan melempar humor dengan tepat.

Sementara, Gibran dikritik karena dianggap tidak memiliki adab dan menggunakan gaya yang konyol saat debat. Gibran juga dinilai mengejek Mahfud dan menyinggung Wakil Kapten Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies-Muhaimin, Thomas Lembong.

“Beberapa pengguna media sosial merasa bahwa Gibran tidak layak menjadi perwakilan anak muda. Prof Mahfud tetap sabar meskipun Gibran mencoba untuk menjadi savage,” tulis Ismail.

Adapun oleh warganet Twitter, Mahfud dianggap sebagai sosok yang arif, bijaksana, dan cerdas dalam menyampaikan pendapatnya. Secara umum, Mahfud diapresiasi atas penampilannya dalam debat dan dinilai punya pengetahuan baik dalam berbagai isu yang dibahas.

Menanggapi debat cawapres tersebut, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto menilai Gibran Rakabuming ‘kurang beretika’ dan tidak ada hal-hal yang baru yang disampaikan dalam materi debat. Selain itu, kata dia, Gibran telah mengeluarkan istilah-istilah yang kurang bisa dimengerti. Menurut dia, strategi itu sengaja digunakan sebagai pertanda kurangnya wawasan paslon nomor urut 02 itu.

“Gibran berlindung dalam istilah-istilah yang sulit sehingga intelektualnya tidak kelihatan karena istilah yang dipakai tidak banyak dipahami orang. Saya pun cari istilah-istilah yang dikemukakan belum resmi dan masih ada yang diperdebatkan. Bahkan ada istilah dikeluarkan nama baterai, dan ini seharusnya tidak dibahasakan dengan susah,” ujar Andi Ali.

Dia mengatakan, Gibran hanya menampilkan gimik sehingga dinilai kurang mengedepankan etika dalam menghargai lawan bicaranya. “Kurang beretika dan kurang memunculkan wawasan seperti calon lain," imbuh dia.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Ibnu Hajar Yusuf menilai Gibran Rakabuming menunjukan tingkah tak biasa saat menanggapi jawaban dari Muhaimin dan Mahfud.
"Sejumlah gimmick Gibran dalam debat keempat pilpres tersebut terkesan melecehkan," kata Hajar.

Menurut dia, Gibran melakukan blunder lagi dengan berbagai banyak gaya saat menjawab dengan gimik. Hal itu, kata dia, bisa jadi untuk menutupi ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh calon lain.

"Sekali lagi gimik dan narasi kurang beretika dari sosok Gibran dalam memberi jawaban dan tidak relevan seolah olah mewakili anak muda padahal isinya kosong," ucap Hajar.

Menurut dia, dalam debat tersebut, Gibran dan Mahfud juga sempat terlibat aksi saling sindir saat sesi tanya jawab. Salah satunya saat Gibran melontarkan pertanyaan tentang green inflation atau inflasi hijau.
"Istilah yang merujuk pada kenaikan harga akibat peralihan ke ekonomi hijau," tuturnya.

Menurut Ibnu, pertanyaan itu mendapat respons miring dari Mahfud karena menganggap Gibran hanya memberi pertanyaan menjebak. Dari sesi tersebut, Hajar menilai Gibran kelihatan tak beretika. Mestinya tidak dipertontonkan di ruang publik seperti debat, hal ini tak pantas ditiru.

"Khalayak ramai berharap panggung debat ini sebagai arena adu gagasan, konsep strategi dalam membangun, memajukan bangsa dan negara," ujar dia.

Pengamat politik hubungan internasional dari Unhas, Ishaq Rahman menilai debat keempat tersebut menyisakan kesan yang tidak nyaman, meskipun masing-masing calon mencoba menawarkan solusi yang spesifik pada spektrum perubahan dan keberlanjutan dengan standing position yang jelas.

"Saya kira, mekanisme yang dilakukan oleh KPU sudah tepat untuk kondisi saat ini. Namun, praktik debat yang dipertontonkan oleh para figur cawapres yang perlu dibenahi," ujar Ishaq.

Menurut dia, topik debat yang disajikan oleh KPU RI merupakan isu yang secara konsisten dihadapi oleh bangsa Indonesia tanpa pernah ada pemimpin yang menawarkan kebijakan permanen dan berkelanjutan.
"Isu ini juga penting, tetapi selama ini tidak pernah ditangani serius," kata dia.

Ishaq mengatakan, calon wakil presiden memperlihatkan karakter asli masing-masing di atas panggung debat. Pertama, kata dia, Muhaimin Iskandar tampak konsisten dengan sikap yang tenang dan reaktif. Ia sebenarnya tidak berinisiatif menyerang, tetapi menyerang balik ketika diserang.

"Ini terlihat pada saat sesi bertanya kepada Gibran," imbuh Ishaq.

Poin kedua, figur Gibran Rakabuming sebagai anak muda yang usil juga terlihat pada sesi debat semalam. Ini terlihat betapa Gibran masih sangat hijau dan terkesan 'kekanak-kanakan'.

"Gimik yang ditunjukkan Gibran sangat tidak tepat dipertontonkan di forum debat resmi. Mungkin gaya ini cocok dalam debat informal, tapi dalam forum resmi, dia harusnya menahan diri," beber Ishaq.

Adapun karakter Mahfud MD juga terlihat ketika ia tampak sedikit lepas kendali dan balik merendahkan kualitas pertanyaan Gibran. Bahkan ia memutuskan tidak mau menjawab, dengan menyebut ini pertanyaan receh.

"Padahal, jelas sekali Mahfud nampaknya tidak paham apa yang ditanyakan oleh Gibran, tentang green inflation isu-isu lingkungan yang sekarang intens dibahas oleh mahasiswa di ruang kelas," kata Ishaq.

Dia memberikan penekanan, melihat dalam beberapa waktu terakhir, survei-survei menunjukkan bahwa pengaruh debat terhadap elektabilitas relatif kecil. Ada yang menyebut 5 persen ada yang menyebut 10 persen pengaruhnya terhadap keputusan pemilih.

"Saya melihat debat semalam banyak menimbulkan kekecewaan, terutama pada sisi pendukung Prabowo-Gibran," ujar Ishaq.

Menanggapi sorotan negatif ke Gibran Rakabuming, Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Sulsel, Darmawangsyah Muin menilai Gibran tetap tampil hebat di forum debat. Menurut dia, Gibran sebagai generasi muda milenial tampil dengan gagasan yang rasional.

"Kami ambil sisi positif saja, Gibran tampil di panggung debat dengan mengulas program ke depan. Ini membuktikan bahwa dia punya kemampuan, tidak seperti diragukan publik selama ini. Terbukti dua kali debat memukau penonton," ujar Darmawangsyah.

Darmawangsyah menolak mengomentari mengenai jalannya sesi tanya jawab antarcawapres. Dia mengatakan, dalam forum debat setiap capres-cawapres punya kekurangan dan kelebihan dalam menyampaikan gagasan, visi-misi serta program masing-masing.

"Tentu, jika ada kekurangan maka akan diperbaiki dan ada kelebihan harus dipertahankan. Karena jika ada kekeliruan dalam debat, sesudah debat saling salaman dan memaafkan," imbuh Sekretaris Gerindra Sulsel tersebut.

Adapun, Bendahara Tim Pemenangan AMIN di Sulsel, Azhar Arsyad memuji Muhaimin yang juga yang tampil gemilang. Azhar menilai, penampilan Cak Imin dengan penyampaian berupa ide dan gagasan sangat menarik dibanding debat sebelumnya.

"Secara rasional paparan visi misi dan program yang disampaikan Cak Imin sangat cemerlang. Santai dan menguasai materi. Perbandinganya, lebih penguasaan materi dibanding debat cawapres pertama," kata Azhar.

Menurut Ketua PKB Sulsel itu, paparan Cak Imin juga menyesuaikan tema debat. Hanya saja diakui sesi tanya jawab mendapat serangan pertanyaan namun tetap bisa melakukan pembelaan.

"Bagi kami tim di daerah, Cak Imin sudah tepat melakukan penyampaian pembelaan di debat. Karena dapat pertanyaan di luar juga dari aturan debat," ujar dia.

Juru Bicara Timnas AMIN, Muhammad Ramli Rahim menilai penampilan Gibran paling banyak disoroti. Sampai-sampai kata songong menjadi trending topik di media sosial.

"Kata songong itu ditujukan netizen media sosial X kepada Gibran yang secara agresif menyerang dua cawapres lainnya," kata Ramli.

Ramli mengatakan, Gibran tak sepatutnya jadi contoh anak muda jaman now. Menurut dia, candaannya kepada Cak Imin serta gimik gestur ke Mahfud MD memberikan kesan kalau anak Presiden Joko Widodo itu tidak memiliki etika yang baik.

"Penampilannya sangat tidak mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya merangkul semua," imbuh dia.

Oleh sebab itu, lanjut dia, sudah tepat Cak Imin dalam debat banyak menekankan etika saat berhadapan dengan Gibran. Misalnya etika pengelolaan lingkungan yang disebut "taubat ecology".

"Ini ditekankan agar sekaligus menyadarkan Gibran soal etika debat," ucap Ramli.

Selain itu, Cak Imin dinilai sudah tampil maksimal bahkan tanpa celah. Ketua Umum PKB itu, kata dia, mampu memblok candaan receh dan tidak mutu dari Gibran saat menyebut Cak Imin melihat catatan.

"Itulah kenapa Cak Imin hanya menyebut Mahfud MD adalah teman diskusi menarik usai debat," ujr dia.

Sementara itu, juru bicara tim pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulsel, Yusran Sofyan mengatakan debat tersebut mampu memberikan nuansa yang baru dan dialek etika terhadap visi misi cawapres. “Berdialek etika harus melihat teman dekat,” ujar dia.

Yusran mengatakan, dalam etika sudah ada terkandung dalam berbangsa dan bernegara. “Sejak kecil kita harus memberikan adab terhadap lawan bicara kita dan itu tertuang dalam sila kedua Pancasila kedua," kata Yusran.

Dia mengatakan, calon pemimpin pemimpin tidak boleh terlepas dari tuntutan falsafah bernegara dan berbangsa.

“Selain memanusiakan manusia kita juga harus mengedepankan adab dan ini sejalan juga dengan ajaran Islam,” imbuh dia.

Yusran menilai, penampilan Mahfud MD cukup bagus khususnya secara akademik. “Uraian visi dan misi sudah bagus dan Prof Mahfud tidak terpancing hal-hal yang kurang etik untuk ditanggapi,” beber Yusran. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan