Ketupat merupakan bentuk makanan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur). Makanan dengan tekstur padat dan pulen tersebut memang menjadi hidangan yang cocok untuk dipadukan dengan beragam jenis lauk khas Lebaran lainnya, seperti opor ayam, rendang, dan sambal ati ampela.
Selain itu, ada pula jenis Ketupat Cabuk Rambak yang terkenal di daerah Solo, Jawa Tengah. Jenis ketupat ini biasanya disajikan dengan cara diiris tipis dan diguyur campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut.
Tak hanya itu, masyarakat Betawi, DKI Jakarta juga punya ketupat berjenis "BEBANCI", yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah-rempah.
Lalu, Seperti Apakah Filosofi Ketupat?
Makna filosofis yang terdapat dalam makanan ketupat ada beberapa poin. Yaitu, pada bungkus yang dibuat dari daun kelapa muda (janur kuning) melambangkan “Penolak Bala” bagi Masyarakat pulau Jawa.
Lalu, bentuk segi empat mencerminkan prinsip “Kiblat Papat Lima Pancer” dengan makna bahwa kemana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT.
Seiring dengan berjalannya waktu tradisi lebaran ketupat (kupat) menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa. Kata “Ketupat” atau “Kupat”, berasal dari kata KU dengan arti Ngaku (mengakui) dan kata PAT dengan arti Lepat (kesalahan).
Jadi, bila digabung menjadi satu kata “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan.