Menguji Imunitas Partai NasDem

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai NasDem tengah dalam kemelut politik. Di tengah persiapan menghadapi Pemilu 2024, partai ini dihantam oleh kasus dugaan korupsi yang melibatkan Johnny G. Plate dan Syahrul Yasin Limpo, dua menteri dari Partai Nasdem. Lantas, adakah dampak dari "serangan" tersebut ke Partai NasDem di Sulawesi Selatan?

Di tengah turbulensi politik nasional yang terus memanas belakangan ini, Partai Nasdem Sulawesi Selatan menggelar orientasi dan bimbingan teknis yang dimulai hari ini. Ketua Umum Surya Paloh langsung turun gunung untuk mengecek dan memberi semangat kepada seluruh kader dan bakal calon legislatif Partai NasDem Sulsel.

Hadirnya Surya Paloh dinilai sangat istimewa. Alasannya, untuk agenda teknis di setiap partai, kerap jarang sekali dihadiri langsung oleh pimpinan tertinggi.

"Artinya, ini menandakan bahwa NasDem Sulsel di mata Surya Paloh sebagai ketua umum, sangat istimewa," kata Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia (PPI), Ras MD, Rabu (21/6/2023).

Menurut Ras, Sulawesi Selatan merupakan salah satu target untuk dijadikan sebagai lumbung suara NasDem di Pemilu 2024. itu sebabnya, kehadiran Surya Paloh, kata Ras, dinilai wajar sebagai bagian dari perhatian ekstra untuk wilayah Sulawesi Selatan.

Ras mengatakan, selain mengenai target elektorat NasDem ke depan, kehadiran Surya Paloh untuk memberi motivasi atau semangat kepada para kader dan simpatisan NasDem Sulsel. Apalagi NasDem saat ini sedang diterpa banyak masalah hukum.

"Surya Paloh hanya ingin memastikan solidaritas dan semangat kader NasDem Sulsel tak goyah dengan aneka terpaan yang sedang melanda partai," imbuh Ras.

Dia menilai, Partai NasDem mengalami banyak guncangan pasca pencalonan Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal calon presiden. Mulai dari hubungan yang kurang harmonis antara Surya Paloh dengan Presiden Jokowi, hingga urusan bisnis Surya Paloh yang mengalami banyak gangguan.

Belum lagi, penetapan tersangka dan penahanan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate serta "disentilnya" Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Sangat besar konsekuensi yang ditanggung oleh NasDem dalam mendeklarasikan ARB sebagai capres," ujar Ras.

Meski begitu, dia menilai, posisi NasDem Sulawesi Selatan relatif tak akan banyak berpengaruh atas "serangan" tersebut. Menurut Ras, kalau pun bila pada akhirnya SYL bernasib buruk di tangan KPK, NasDem Sulsel tak akan goyah.

"Dari aspek infrastruktur, Nasdem Sulsel sangat stabil. Positioning elektorat NasDem Sulsel akan tetap tangguh," ujar Ras.

Pengamat politik Asratillah menuturkan tak sedikit pihak menilai badai hukum yang menerpa Partai NasDem, sarat dengan kepentingan politik menjelang Pemilu 2024. Namun, kata dia, momentum tersebut harus tetap dimanfaatkan untuk menjaga soliditas di antara kader dan bakal calon legislatif.

"Sebenarnya tergantung cara Partai NasDem melakukan framing terhadap peristiwa hukum ini sebagai peristiwa politik," ujar Asratillah.

Menurut dia, DPP Partai NasDem mesti menciptakan narasi yang berfungsi sebagai bantalan agar kasus hukum yang menjerat menteri-menterinya tidak membuat struktur partai di tingkat bawah menjadi terguncang.

Selain menciptakan framing dan narasi bantalan, kata dia, NasDem juga mesti memperbesar frekuensi konsolidasi dengan kader-kader serta memobilisasi program dalam skala yang cukup besar. Hal ini dalam rangka menciptakan kesan ke publik bahwa NasDem tetap solid dan tak terpengaruh dengan kasus hukum yang menimpa para elitenya.

"Konsolidasi dan mobilisasi program dalam skala besar juga akan menjadi instrumen efektif untuk menyampaikan pesan politik kepada para kompetitornya, bahwa NasDem tetap mampu berkompetisi dengan stamina politik yang optimal," imbuh dia.

Asratillah menyatakan, secara normatif, semestinya tidak ada yang boleh kebal dari hukum, jika ada warga negara dengan latar belakang apapun terbukti melakukan pelanggaran maka mesti diberikan sanksi hukum.

"Namun keharusan normatif tersebut seringkali menghadapi kendala dalam praktik hukum. Ada kemungkinan perangkat hukum dijadikan sebagai instrumen untuk menekan lawan politik," imbuh dia.

Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kekaderan (OKK) NasDem Sulsel Tobo Haeruddin menyebutkan, fenomena yang sekarang terjadi pada NasDem tidak menyulutkan kerja-kerja kader di daerah. Bahkan, kata dia, kondisi tersebut kian menguatkan soliditas para kader di daerah.

"Bagi kami, tidak ada sama sekali kaitannya dengan kerja-kerja NasDem. Masyarakat sudah cerdas melihat yang benar-benar murni berkasus atau dipolitisasi," ujar Tobo.

Menurut dia, dinamika yang terjadi saat ini kian menguntungkan Partai NasDem dari segi elektorat. Dia mengklaim, Partai NasDem malah mendapatkan banyak simpati dari masyarakat atas kasus hukum yang menyeret dua menteri tersebut.

"Jadi ini tidak mengganggu konsentrasi Partai NasDem di Sulsel. Kami juga bisa pastikan elektorat NasDem akan semakin bagus," ujar Tobo.

Sementara itu, orientasi dan bimbingan teknis untuk kader dan bakal calon legislatif Partai NasDem Sulsel akan berlangsung selama dua hari. Ketua panitia Rudianto Lallo menyebut belasan ribu peserta yang akan hadir pada kegiatan tersebut.

"Yang mengikuti orientasi adalah bakal caleg NasDem se-Sulawesi Selatan. Sementara anggota legislatif akan mengikuti bimtek," kata Rudianto.

Rudianto menyatakan, kader NasDem Sulsel sudah siap menjemput kedatangan Surya Paloh yang dijadwalkan tiba di Makassar pukul 11.00 wita. Ratusan mobil yang sudah branding partai akan menjemput Surya Paloh di Bandara Hasanuddin.

Sekretaris panitia Mario David menjelaskan materi pertama dan kedua dalam orientasi dan bimtek itu masih seputar pemenangan dan data Pemilu, serta aturan sistem kepemiluan.

"Kami berharap bakal caleg paham bagaimana kampanye dilakukan dengan riang gembira tanpa menyalahi aturan, khususnya dalam menggunakan media," ujar dia.

Pada pemilu 2024, NasDem Sulsel mematok target tinggi dalam perolehan kursi. Sebelumnya, pada Pemilu 2019, Partai NasDem menggebrak panggung politik di Sulawesi Selatan. Perolehan suara diraih secara fantastik dengan total suara partai 684.533.

Jumlah ini mengantarkan NasDem Sulsel memiliki 12 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulsel, sekaligus mengunci satu kursi pimpinan. Raihan tersebut hanya terpaut satu kursi dari Partai Golkar yakni 13, sekaligus menjadi jawara Pemilu 2019 di Sulsel.

Pada Pemilu 2014, Partai NasDem yang baru pertama kali ikut berkontestasi meraih tujuh kursi dengan akumulasi 316.421 suara. Cukup untuk membentuk satu fraksi di parlemen.

Menghadapi Pemilu 2024, Partai NasDem Sulsel mematok target tinggi. Untuk perolehan DPR RI ditargetkan menjadi enam kursi dari empat kursi yang ada saat ini.

Ketua NasDem Sulsel Rusdi Masse mengatakan, target pada DPRD Sulsel yakni menjadi pemenang dengan total 20 dari 12 kursi yang ada saat ini. Menurut dia, seluruh bacaleg NasDem adalah putra-putri terbaik Sulsel yang mengabdikan diri untuk mengawal kepentingan rakyat dengan restorasi perubahan. Rusdi mengatakan, target 20 kursi tersebut harus dicapai agar bisa mengusung sendiri kandidat gubernur pada 2024.

Menurut dia, pengalaman Pemilu 2019 lalu sudah memberikan dampak baik terhadap NasDem di Sulsel. Selain itu pada Pileg 2019 memberikan angin segar sehingga NasDem menang di beberapa daerah.

Oleh sebab itu, pada pemilu 2024, NasDem akan merebut pucuk kursi pimpinan di beberapa daerah termasuk kursi pimpinan ketua DPRD Sulsel.

"Target NasDem menang di Sulsel. Baik kursi ketua DPRD di tingkat kabupaten dan kota hingga provinsi. Ini kami optimistis dapat," imbuh dia. (suryadi-fahrullah/B)

  • Bagikan