Hadir di Inspirational Talkshow YCC, Emil Dardak Bagi Pengalaman di World Bank hingga Terjun ke Dunia Politik

  • Bagikan
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menjadi pembicara pada kegiatan inspirational talkshow, Youth City Changers (YCC) Rakernas APEKSI XVI di Tokka Tena Rata Kabupaten Maros pada Senin (10/7) malam. (Foto: Shasa)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL-Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menjadi pembicara pada kegiatan inspirational talkshow, Youth City Changers (YCC) Rakernas APEKSI XVI di Tokka Tena Rata Kabupaten Maros pada Senin (10/7) malam.

Di hadapan para delegasi pemuda dari 50 kota se Indonesia dan negara Singapura, Emil Dardak sapaan akrabnya membagikan cerita pengalamannya saat bekerja di World Bank.

Pada usia 17 tahun, Emil Dardak membagikan pengalaman menariknya saat bekerja di World Bank tanpa digaji. Meskipun masih di bawah persyaratan usia minimum 21 tahun, motivasinya untuk bergabung dengan lembaga tersebut adalah keinginannya untuk terlibat dalam pelayanan publik.

Baginya, menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) bukanlah satu-satunya cara untuk bekerja di sektor layanan publik.

"Bayangan saya saat itu bukan menjadi PNS. Layanan publik dapat diwujudkan melalui lembaga internasional, salah satunya adalah Bank Dunia," ujar Emil Dardak.

Pada tahun 2001, dengan keberanian dan tekad, Emil Dardak mencoba peruntungannya di World Bank. Meskipun masih berusia 17 tahun, ia mengatakan bahwa tujuannya bukanlah mencari uang, melainkan mendapatkan pengalaman.

Dengan diberikan kesempatan untuk bergabung, Emil Dardak ditugaskan untuk mengerjakan tugas penting yaitu Project Completion Report (PCR) atau laporan proyek yang telah selesai.

Ia menganalisis semua proyek tersebut, dan setelah mereka melihat hasil kerjanya yang baik, berbagai kesempatan pekerjaan mulai datang. Emil Dardak diberikan pekerjaan tanpa kontrak, termasuk di bidang Sistem Informasi Geografis (GIS).

Lebih lanjut, Emil Dardak menjelaskan melalui ceritanya ini, ia ingin menyampaikan pesan kepada peserta Youth City Changers agar lebih memprioritaskan pengalaman dan jaringan.

Ia mengatakan yang penting adalah memiliki pengalaman dan kesempatan.

Intinya, "I Need To Get Inside There" untuk mengenal orang-orang di dalamnya, diberikan pekerjaan yang hasilnya akan mereka gunakan. Melalui langkah itu, pintu kesuksesan terbuka bagi dirinya.

Setelah meraih gelar dari Universitas Asia Pasifik Ritsumeikan di Jepang pada tahun 2006, Emil Dardak melanjutkan karirnya di bidang energi, khususnya dalam proyek sektor infrastruktur dan keuangan.

Sebagai seorang profesional, Emil Dardak tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang kepala daerah, sampai munculnya tokoh-tokoh inspiratif seperti Jokowi, Ridwan Kamil, Bima Arya, dan Danny Pomanto.

"Pak Jokowi maju di DKI pada tahun 2012, itu sangat fenomenal. Pada saat itu, kami tidak mempertimbangkan untuk maju sebagai kepala daerah karena politik pilkada sedikit berbeda dengan karir profesional kami," ungkap Emil.

Pengalaman Emil Dardak yang luar biasa ini mengilhami banyak orang. Ia menekankan pentingnya menjalin hubungan dan membangun jaringan, serta tidak takut untuk mengambil peluang yang ada.

Dari awalnya bekerja tanpa digaji di World Bank hingga akhirnya memasuki dunia politik, Emil Dardak telah menunjukkan bahwa dengan semangat dan dedikasi, segala hal yang diinginkan dapat dicapai.

Kemunculan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga kini menjabat sebagai Presiden Indonesia membuka ketertarikan orang tentang kepala daerah.

Hingga di tahun-tahun berikutnya muncul tokoh seperti Ridwan Kamil yang menjadi Wali Kota Bandung, Bima Arya Wali Kota Bogor, dan Moh Ramdhan Pomanto Wali Kota Makassar.

"Berurutan ada tokoh-tokoh luar biasa yang kemudian masuk. Jadi saya juga terinspirasi. Ternyata ada ruang bagi kita yang selama ini merasa tidak ada tempat di politik untuk mengabdi sebagai kepala daerah, sebagai bupati atau wali kota," beber Emil Dardak.

Sehingga 2015 Emil Dardak memutuskan maju dan menjad8 Bupati Tranggalek, dan 2018 kembali mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Khofifah Indar Parawansa dan menjabat hingga saat ini.

"Itu tadi kisah saya yang jalurnya teknokrat kemudian tiba-tiba terjun ke politik. Jadi Kang Bima Arya punya ceritanya sendiri dan Pak Danny Pomanto punya ceritanya sendiri, tapi mereka berdua adalah inspirasi saya," jelasnya.

Sementara itu, Danny Pomanto bercerita sebelum menjabat wali kota ia adalah seorang arsitek dan konsultan empat wali kota.

Saat menjadi konsultan wali kota hanya 30persen ide yang bisa diimplementasikan sehingga tertarik maju menjadi kepala daerah dengan harapan 100 persen ide yang dituangkan dapat diimplementasikan untuk kemajuan sebuah kota.

Ibaratnya, jika di luar politik hanya bisa menanam satu pohon maka jika masuk di dunia politik bisa menanam berjuta pohon untuk banyak orang.

"Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Politik itu jalannya, karena secara masif dengan kebijakan membuat jariyah yang bisa kita tanam untuk rakyat," tutup Danny Pomanto. (Sasha Anastasya/B)

  • Bagikan