Mundur Sebelum Tempur

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Moh Ramdhan Pomanto menyatakan mundur sebagai ketua tim pemenangan daerah bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Terganjal Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang larangan kepala daerah sebagai ketua tim kampanye. Calon penggantinya, dari kalangan milenial. Adapun, Koalisi Indonesia Maju mendorong Amran Sulaiman pimpin tim pemenangan Prabowo-Gibran di Sulsel.

Penunjukan Danny Pomanto sebagai sebagai ketua tim pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulawesi Selatan dilakukan pada Kamis (5/10/2023. Penunjukan Wali Kota Makassar itu dilakukan atas kesepakatan empat pimpinan partai pengusung Ganjar yakni Perindo, PDIP, PPP dan Hanura. Namun, belum cukup sebulan memimpin tim, Danny memilih untuk mundur.

"Tapi, saya tetap akan berperan. Cuma tidak boleh jadi ketua tim," kata Danny, saat ditemui di Kantor Balaikota Makassar, Jalan Ahmad Yani, Senin (30/10/2023).

Berdasarkan Peraturan KPU (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023 Pasal 64 tentang Kampanye Pemilu tertulis gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, atau wali kota dan wakil wali kota dilarang menjadi ketua tim kampanye Pemilu. Menurut Danny, dirinya tetap akan terlibat dalam tim, namun posisinya sebagai dewan pakar atau dewan pembina untuk memenangkan Ganjar-Mahfud di Sulsel.
'
"Jadi saya sudah disuruh memilih, tetap jadi Wali Kota Makassar atau jadi ketua tim. Tentu, saya tetap pilih jadi Wali Kota Makassar dan sudah diperintahkan oleh partai PDIP," kata dia.

Danny Pomanto mencontohkan, saat ini ada beberapa menteri di kabinet harus mundur karena menjadi calon peserta pemilu dan Ketua Tim Kampanye. Dengan mundurnya dia sebagai Ketua Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud di Makassar, ada beberapa calon yang akan dipilih oleh PDI-P. Namun, telah disepakati dalam rapat partai, Ketua Tim Pemenangan akan ditempati oleh kalangan milenial.

"Sudah disepakati kemarin, saya dipanggil di pusat. Karena ini pertandingan milenial, kita kasih milenial. Sudah ada beberapa calon ketua tim pemenangan dari kalangan milenial, termasuk Dokter Udin (menantu Danny Pomanto). Nanti kita umumkan resmi. Pokoknya milenial yang memimpin. Tim kampanye Ganjar Pranowo di Makassar," beber dia.

Mengapa calon Ketua Tim Pemenangan dari kalangan milenial, Danny Pomanto menjelaskan bahwa ini saatnya pertarungan politik generasi muda. "Iya, 52 persen suara adalah gen Z dan milenial. Nasional 54 persen, dominan sekali," jelasnya.

Meski telah mundur sebagai Ketua Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud, Danny menyerahkan sepenuhnya perintah PDI-P jika masih dipercaya berada dalam tim pemenangan asalkan bukan sebagai ketua yang bertentangan dengan jabatannya sebagai Wali Kota Makassar.

"Tunggu perintah partai saja. Jika diperintahkan masih di tim pemenangan, asalkan bukan sebagai ketua yang bertentangan dengan jabatan publik, saya sebagai Wali Kota Makassar untuk mencegah konflik kepentingan," imbuh dia.

Ketua Bidang Kehormatan PDIP Sulawesi Selatan, Andi Ansyari Mangkona memilih irit bicara mengenai mundurnya Danny Pomanto. "No comment. Lain kali saya bicara," kata Anshari.

Adapun Sekretaris Partai Persatuan Pembangunan Sulsel, Nur Amal mengatakan mundurnya Danny Pomanto baru diketahui. Meski begitu, dia menilai hal tersebut biasa terjadi. Menurut dia, pihaknya bersama partai koalisi lainnya kembali akan berembuk untuk menentukan ketua tim pengganti.

"Pasti kami akan kembali ke mekanisme untuk menunjuk ketua tim pemenangan," ujar Nur Alam.

Nur Amal menilai, mundurnya Danny Pomanto sebagai ketua tim pemenangan akan mempengaruhi pergerakan tim. Alasannya, Danny merupakan figur berpengaruh dan memiliki basis suara besar di Kota Makassar.

"Jelas ada pengaruhnya, apalagi dia tokoh di Sulsel. Selama ini, Danny yang merancang semua strategi," imbuh Nur Amal.
Dia berharap sosok yang cocok menggantikan Danny Pomanto sebagai ketua tim pemenangan adalah tokoh lokal.

"Tapi siapa orangnya nanti, pada saat rapat baru dimunculkan. Kami juga akan kaji pengaruhnya di Sulsel," imbuh dia.

Pengamat antropologi politik dari Universitas Hasanuddin, Tasrifin Tahara mengatakan mundurnya Danny Pomanto sebagai ketua tim pemenangan lebih pada posisinya sebagai kepala daerah.

"Posisi sebagai ketua tim mungkin akan mengganggu tugas-tugas di pemerintahan karena saat bersamaan juga harus fokus dalam pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulsel," ujar Tasrifin.

Menurut dia, pertarungan di Sulawesi Selatan hampir merata antara ketiga calon capres dan cawapres. "Artinya kekuatan Prabowo-Gibran serta Anies-Muhaimin cukup signifikan. Oleh sebab itu pilihan mundur itu cukup rasional," imbuh dia.

Disebutkan, kemudian faktor yang kedua, penetapan ketua tim ini atas kesepakatan partai pendukung, jadi ada kemungkinan penunjukan ketua tim kepada yang lain (lebih muda). Tasrifin mengatakan, ini hanya strategi pada penguasaan basis pemilih yang memungkinkan bisa mengatasi pergerakan tim capres cawapres lain.

"Jadi intinya keputusan ini sebagai strategi pemenangan Ganjar-Mahfud di Sulsel," kata dia.

PAN Dorong ASS

Sementara itu, Partai Amanat Nasional Sulsel yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendorong Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (AAS) sebagai ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Prabowo-Gibran di Sulsel.

"Kami berharap ketua tim itu dipimpin oleh tokoh Sulsel. Ada beberapa orang saya kira yang mumpuni di sini. Salah satunya adalah pak Mentan Andi Amran Sulaiman," kata Wakil Ketua PAN Sulsel, Irwandi Natsir.

Menurut dia, PAN adalah bagian dari KIM mendukung dan mengusung Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024. Dengan demikian soal ketua tim di daerah perlu dibicarakan bersama.

"Kalau bicara soal ketua tim, kami memandang perlu karena yang mendukung Prabowo-Gibran adalah gabungan partai besar ada Golkar, Gerindra, PAN, dan Demokrat. Sama PSI, PBB, dan Gelora," imbuh dia.

Anggota DPRD Sulsel itu menuturkan, sosok Amran Sulaiman dinilai layak ketua TPD Prabowo-Gibran di Sulsel karena memiliki pengaman serta jejaring yang kuat.

"Andi Amran Sulaiman ini adalah sosok tokoh yang diharapkan bisa meraih kemenangan Prabowo-Ganjar di Sulawesi Selatan," tuturnya.

Kondisi itu, kata Irwandi, bahwa AAS sudah buktikan beberapa waktu lalu menghadirkan Prabowo di Sulsel. Dari 2.264 kepala desa yang hadir. Lebih dari 2.060 desa sehingga hampir 90 persen kepala desa hadir semua menghadiri kegiatan kepala desa yang dihadiri Prabowo.

Menurut dia, persyaratannya AAS sebagai tokoh lokal sudah menggaung di tingkat nasional, juga orang yang memahami Sulawesi Selatan "Harus di luar dari orang partai supaya tidak terikat. Kemampuan manajerial AAS sebagai Mentan dan sebagai ketua IKA Unhas juga. Jadi banyak nilai tambah yang bisa diharapkan sebagai ketua tim pemenangan Prabowo di Sulsel," kata dia.
Sekretaris Golkar Sulsel, Marzuki Wadeng menyebutkan semua tokoh lokal di Sulsel layak untuk jadi ketua tim. Namun, Golkar belum menyebutkan nama, karena butuh saran dan masukan sesama internal Golkar.

"Intinya Golkar masih menunggu. Nantinya siapa yang ketua, Golkar tentu sodorkan nama yang bisa bekerja memenangkan capres dan cawapres di Sulsel," imbuh dia.

Direktur Profetik Institute Muhammad Asratillah mengatakan sosok ketua tim akan cukup menentukan peluang kemenangan capres dan cawapres tertentu.

"Ketua tim akan menjadi semacam representasi simbolik pasangan kandidat di hadapan khalayak, performance pasangan kandidat cukup ditentukan oleh performance ketua tim pemenangan," kata Asratillah.

Ini karena ketua tim akan menjadi sosok yang banyak berinteraksi dengan pihak media, sosoknya akan menjadi sorotan lensa kamera para jurnalis. "Sehingga ketua tim dalam kadar tertentu akan menjadi semacam 'image replication' kandidat," ujar dia.

Selanjutnya kandidat tentu akan menghadapi 'sindiran dan nyinyiran' dari para hatersnya. "Bahkan bisa saja kandidat melakukan blunder politik, biasanya yang punya peran sentral untuk mengantisipasi hal ini adalah ketua tim dan juru bicara," ujarnya.

Asratillah mengatakan, posisi ketua tim akan mengurusi hal teknis pemenangan hingga ke urusan manajemen relawan pencari suara. "Baik tidaknya citra kandidat di mata relawan cukup bergantung pada baik tidaknya pola komunikasi ketua tim dengan anggota tim dan relawan," beber dia.

Disinggung mengenai kriteria ideal bagi seorang ketua tim, Asratillah menyebutkan, tentunya diterima oleh semua pihak terutama partai pendukung.

"Sehingga mesti ada musyawarah untuk mencapai kata mufakat siapa di antara figur yang berada dalam circle kandidat yang paling bisa diterima siapapun, apakah posisinya kader partai atau bukan tidaklah menjadi soal," imbuh Asratillah.

"Ketua tim mestilah seorang tokoh yang diperhitungkan, karena akan menjadi salah satu pertimbangan pemilih dalam menentukan capres yang disukai. Dan ketiga, tentu mesti memiliki sumber daya, kemampuan manajemen dan komunikasi politik yang bagus, karena akan mengatur dan menggerakkan banyak hal," sambung dia. (Shasa-Suryadi-Fahrullah/C)

  • Bagikan