Saling Salip di Dapil Neraka

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan Dua untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI terbukti menjadi dapil neraka pada Pemilu 2024. Tak hanya persaingan antar-partai, di dapil ini juga menyajikan rivalitas antar-caleg di internal partai dalam mendulang suara. Jagoan-jagoan Partai Golkar memperlihatkan bahwa tensi menuju Senayan kali ini benar-benar tinggi dan menguras emosi.

Tiga calon anggota legislatif dari Partai Golkar yakni Nurdin Halid, Taufan Pawe, dan Supriansa, saling kejar dalam perhitungan suara sementara. Dalam real count di laman Komisi Pemilihan Umum, ketiga elite Golkar itu silih berganti memimpin perolehan suara.

Hingga pukul 19.00 wita, perolehan suara Nurdin Halid telah mencapai 38.387 suara. Taufan Pawe yang sebelumnya memimpin perolehan suara tertinggal di posisi kedua dengan capaian sementara 36.587 suara.
Adapun caleg petahana Supriansa, harus mulai was-was akan gagal ke Senayan untuk kedua kalinya. Anggota Komisi III DPR RI tersebut terpaut jauh di urutan ketiga dengan hasil sementara 35.122 suara.

Sejak awal Dapil Sulsel Dua disebut-sebut sebagai dapil neraka. Itu terjadi lantaran para calon anggota legislatif (caleg) yang berkompetisi merupakan politisi senior bahkan tokoh yang sudah memiliki popularitas di masyarakat.

Ketokohan dan kapasitasnya tak diragukan lagi di pentas politik. Selain politikus senior, banyak caleg yang juga mantan kepala daerah yang memiliki basis suara jelas.

Taufan Pawe enggan berkomentar banyak terkait persaingan sesama kader internal maupun sama parpol lain dalam perebutan kursi di dapil tersebut. Dia menyampaikan rasa bangga dan haru kepada masyarakat di Dapil Sulsel II yang telah memberikan dukungan dan suara saat pencoblosan 14 Februari lalu.

"Terima kasih kepada masyarakat dan para pedagang, petani, buruh di Dapil Sulsel II yang telah memilih saya. Insyaallah menjadi semangat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat," kata Taufan, Selasa (20/2/2024).

Dia mengatakan bahwa sesuai hasil C1 internal suaranya masih di atas dari yang ada di real coun website info pemilu. Menurut Taufan, setelah menjabat kepala daerah dua periode di Parepare, dirinya memilih untuk melanjutkan pengabdian yang lebih luas kepada masyarakat.

"Tidak ada kata berhenti untuk pembangunan keumatan, termasuk kelanjutan pembangunan. Saya konsisten baik saat masih aktif sebagai pengacara, saat menjabat sebagai wali kota, sampai sekarang, pendapatan dan gaji saya hibahkan untuk kegiatan keummatan," imbuh Taufan.

"Saya tidak harus berbicara banyak untuk itu, biar masyarakat yang menilai kelebihan dan kekurangan saya sebagai manusia. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh Keluarga, Masyarakat, dan Tim Pemenangan atas segala kerja kerasnya dalam perjuangan ini," ujar dia.

Sementara itu, Nurdin Halid juga tak merespons banyak mengenai hasil hitungan sementara. Wakil Ketua DPP Golkar itu mengatakan sejauh ini masih optimistis untuk meraih perolehan suara tertinggi dan bisa duduk di Senayan. Apalagi diperkuat dengan C1 plano yang dimiliki tim dan relawan mencapai puluhan ribu.

"Intinya kami serahkan pada proses karena itu masih berjalan. Sebagai caleg, tentu saya optimistis lolos di DPR RI," ujar Taufan.

Menurut dia, dengan antusias kampanye selama ini, memberikan dampak suara signifikan. Masyarakat dari Dapil Sulsel II memberi amanah kepadanya pada pemilihan lalu.

Ia berjanji dan bertekad untuk memperjuangkan harapan dan aspirasi masyarakat, khususnya khususnya yang ketertinggalan di bidang infrastruktur.

"Saya sampaikan terima kasih untuk semua yang telah memilih saya di TPS. Insyaallah saya tidak akan mengecewakan harapan dan aspirasi masyarakat Sulawesi Selatan," imbuh dia.

Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus menilai perhitungan cepat KPU belum bisa dijadikan patokan karena beberapa media sosial telah menampilkan cara hitung Sirekap ini berbeda dengan hasil C1 sesungguhnya.

“Aplikasi ini salah mengidentifikasi angka-angka C Plano manual. Jadi sangat sulit untuk menilai posisi Sirekap itu. Apalagi perolehannya sangat tipis, jadi tentu harus kembali C manual yang saat ini dihitung di kecamatan,” kata dia.

Mantan komisioner KPU Kota Makassar ini menyebutkan jumlah suara yang masuk di Sulsel 2 ini baru sekitar 60 persen dan tentu masih banyak TPS belum masuk. Perhitungan cepat ini bisa menjadi masalah di kemudian hari.

“Publik saat ini mengikuti perhitungan sementara aplikasi ini belum sempurna. Beberapa caleg mengeluh kenapa perolehan suara mereka turun,” imbuh dia.

Adanya beberapa TPS yang melakukan PSU di Sulsel 2, kata Nurmal, jika perolehan suara mereka tipis maka antara caleg dia bisa manfaatkan. Apalagi setiap TPS ada sekitar 250 pemilih hingga 270 orang.

“Kalau ada sekitar 10 PSU itu berpotensi bisa meraih 2000 suara dan itu sangat besar sekali dan ini harus diperhatikan tim-tim caleg untuk mengubah konstelasi yang ada di bawah,” imbuh dia.

Pendatang Baru DPD

Sementara itu, persaingan ketat juga tersaji di pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dua pendatang baru segera akan mengunci kursi masing-masing. Sedangkan dua kursi petahana terus dibayang-bayangi oleh pendatang baru lainnya.

Berdasarkan hitung cepat KPU pukul 19.00 dengan capaian 70,29 persen suara yang masuk, Al Hidayat Samsu masih unggul dengan dengan perolehan 306.409 suara. Disusul Abd Waris Halid 289.679 suara.

Sementara dua petahana masing-masing di posisi ketiga dan keempat. Tamsil Linrung berada di urutan ketiga dengan perolehan 264.567 suara. Adapun, Andi Muh Ihsan berada di urutan keempat dengan perolehan 241.084 suara.

Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus menilai penghitungan sementara ini sangat menarik karena posisi pertama dan kedua dimiliki pendatang baru.

“Ini juga menggambarkan bahwa tingkat keberhasilan petahana DPD lima tahun terakhir ini tidak terlalu signifikan,” kata Nurmal.

Nurmal menilai masyarakat kecewa dengan kerja-kerja senator selama ini. “Sehingga mendapatkan calon potensial dan menjatuhkan pilihannya ke calon pendatang baru,” imbuh dia.

Nurmal juga melihat Waris dan Al Hidayat sangat masif melakukan sosialisasi sehingga masyarakat mendapatkan semangat baru dalam pemilih. “Masyarakat menilai mungkin pendatang baru jauh lebih baik dibandingkan petahan saat ini,” ujarnya.

Tidak adanya non muslim yang peluang terpilih sebagai senator, kata Nurmal, dikarenakan oleh suara non muslim terdistribusi ke beberapa calon dan kepercayaan pemilih terhadap pertahanan khususnya non muslim tidak memperlihatkan harapan baik selama lima tahun terakhir.

“Jadinya mereka memilih banyak calon dan membuat suara mereka kecil,” imbuh dia.

Direktur PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI) Suwadi Idris Amir melihat pergerakan Al Hidayat Syamsu dan Andi Waris Halid cukup luar biasa saat masa kampanye.

“Saya melihat Waris bergerak bersama mesin Partai Golkar. Sementara Al Hidayat lebih banyak menggunakan mesin PDIP. Keduanya ini memaksimalkan betul partai ini,” ujar Suwadi.

“Ditambah lagi pergelaran mereka ikut bersama keluarganya. Waris ikut bersama Nurdin Halid sementara Al Hidayat bereng dengan ayahnya Syamsu Niang yang menjadi caleg PDIP," sambung dia.

Suwadi juga melihat jika alat peraga kampanye (APK) keduanya begitu masif beredar. “Terutama Al Hidayat kampanye melalui media sosial cukup bagus dan berhasil meyakinkan pemilih milenial,” ujar Suwadi.

Adapun suwadi menilai Andi Ihsan dan Tamsil Linrung memiliki basis yang jelas. Tamsil dipastikan mendapatkan dukungan dari parpol yakni PKS dan Gelora. “Kalau Andi Ihsan memiliki organisasi yang rapi dan mau bekerja," ucap dia.

Adapun Lili Salurapa sebagai petahana, menurut Suwadi, terganggu dengan kehadiran pendeta Musa Salusu. Akibatnya suara dari kalangan non muslim tidak menyatu pada pemilihan senator kali ini.

“Pemilih non muslim saya lihat tidak solid, beda sebelum-sebelumnya, menyatukan suara untuk satu kandidat,” ujar Suwadi.

Sepuluh TPS PSU di Makassar

Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Makassar kini merekomendasikan 10 Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk melakukan Pemungutan suara Ulang (PSU) di lima kecamatan.

Komisioner Bawaslu Kota Makassar, Eric David Andreas mengatakan jika PSU itu tidak semua surat suara akan digunakan oleh masyarakat. Tapi hanya surat suara Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD).

“Kalau surat suara DPD dan Presiden itu ada di dua TPS. kelurahan Minasa Upa Kecamatan Rappocini dan Kelurahan Berua Kecamatan Rappocini, selebihnya hanya surat suara Presiden,” kata Eric.

Dia memastikan jika 10 TPS yang akan melakukan PSU tersebut sudah final. “Semua rekomendasi sudah masuk ke KPU Makassar. Tanggal 23 akan dilakukan PSU di 10 TPS tersebut,” bebernya.

Adapun penyebab PSU dilakukan, kata dia, ada pemilih yang tidak memenuhi syarat secara administrasi. “Ada KTP dari luar, karena aturan itu yang bisa memilih dengan KTP elektronik di domisili tersebut,” lanjutnya.

Untuk pidana, kata Eric, tidak ada. “Semuanya administrasi saja dan ini hasil temuan PTPS saat melakukan pengawasan,” imbuh dia.

Di Kabupaten Takalar, dugaan pelanggaran pemilu yang dilakukan Ketua DPRD Takalar, Darwis Sijaya dan beberapa oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan melakukan kampanye di salah satu sekolah atau fasilitas pendidikan menemui titik terang.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Takalar telah mengeluarkan surat pemberitahuan terkait status laporan 006/Reg/LP/PL/Kab/27.18/1/2024 yang ditandatangani Ketua Bawaslu Takalar, Nellyati tertanggal 19 Februari 2024.

Dalam surat tersebut menyampaikan terkait terpenuhinya unsur pidana atas laporan pelanggaran pemilu yang dilakukan Darwis Sijaya, sesuai ketentuan pasal 493 juncto pasal 280 ayat (2) huruf (f) Undang-undang pemilu nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum.

Sementara Nasrullah, direkomendasikan ke pihak KASN karena memenuhi unsur Undang Undang lainnya tentang Netralitas ASN, sesuai ketentuan pasal 5 huruf (n) angka 5 dan 6 peraturan pemerintah nomor 54 tahun 2021 tentang disiplin pegawai Negeri Sipil. Peristiwa yang melibatkan lima orang oknum ASN bersama ketua DPRD Takalar Itu terjadi pada bulan Januari, tepatnya hari Kamis, 24 Januari 2024.

"Jika terbukti bersalah maka Ketua DPRD Takalar harus mendekam dalam jeruji besi," ujar pelapor Muhammad Nur Isra.

Hal ini juga telah dibenarkan oleh Ketua Bawaslu Takalar, Nellyati. Laporan Ketua DPRD Takalar, Darwis Sijaya telah ditingkatkan ke penyidikan dan kami dari Bawaslu Takalar telah melimpahkan ke Sentra pelayanan kepolisian terpadu Polres Takalar. Sedangkan kedua ASN yakni Zainuddin dan Nasrullah telah direkomendasikan ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan