Kembali Menyambut Ramadhan 2024, Ahli Gizi Anjurkan Buka Puasa dengan Takjil

  • Bagikan
Ilustrasi: Takjil

JAKARTA, RAKYATSULSEL – Tak terasa umat muslim di seluruh dunia akan kembali menyambut puasa Ramadhan 2024.

Agar ibadah puasa Ramadhan 2024 berjalan dengan lancar dan tubuh tetap sehat, ahli gizi, dr Luciana B Sutanto, MS, Sp.GK membagikan beberapa tips.

Salah satunya, dr Luciana mengimbau umat muslim untuk mengawali buka puasa dengan takjil atau makanan porsi kecil dan memiliki rasa yang manis.

Tujuannya adalah untuk mengaktifkan saluran pencernaan serta mengembalikan kadar gula darah setelah berpuasa.

“Makan porsi kecil dan manis saat berbuka puasa untuk mengaktifkan saluran cerna dan mengembalikan kadar gula darah yang turun setelah 12 jam berpuasa,” terang ahli gizi, dr. Luciana dikutip dari Antara pada Selasa (27/2).

Lebih lanjut, ia menerangkan jika seseorang bisa melanjutkan dengan makanan utama lengkap gizi setelah menunaikan ibadah sholat maghrib.

Makan malam selingan bisa dilakukan usai sholat tarawih dan kembali mengonsumsi menu utama lengkap gizi saat sahur.

Bagi seseorang yang memiliki riwayat penyakit, seperti refluks gastroesofagus atau GERD disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas dan asam berlebihan saat berbuka puasa maupun sahur.

“Hindari makanan yang dapat memperparah kondisi GERD saat sahur dan berbuka puasa seperti makanan yang terlalu pedas dan terlalu asam,” katanya.

Sementara untuk penderita diabetes, Luciana menyarankan untuk melakukan konsultasi kepada ahli medis sebelum melakukan puasa.

“Untuk kondisi diabetes, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apakah kondisi diabetesnya masih memungkinkan untuk berpuasa,” ucapnya.

Dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (24/2), Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Martha Rosana, Sp.PD mengatakan jika penderita diabetes memiliki risiko komplikasi apabila asupan makanan dan cairannya berubah.

Penderita diabetes bisa menghadapi risiko komplikasi berupa hipoglikemia (gula darah rendah), hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), dehidrasi, dan ketoasis diabetikum (komplikasi akut).

Konsultasi dengan dokter sebelum puasa dibutuhkan agar penderita diabetes memperoleh informasi mengenai evaluasi penggunaan obat-obatan, pemantauan kondisi kesehatan, hingga penilaian risiko komplikasi. (jp/raksul)

  • Bagikan