Golkar Perlu “Berbenah”

  • Bagikan
Direktur Profetik Institute, Muh Asratillah

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sulawesi Selatan salah satu lumbung suara Golkar, setiap kontestasi politik, partai berlambang pohon beringin rindang ini selalu menjuarai kontestasi politik. Namun pada Pemilu 2024, partai beringin ini sepertinya tak lagi rindang.

Mulai dari kursi pimpinan DPRD Sulsel yang sebelumnya milik Golkar kini diambil alih oleh NasDem. Selanjutnya ini juga diikuti dibeberapa daerah dimana Golkar juga harus rela kehilangan kursi ketua DPRD. Mulai dari Kabupaten Luwu Timur, Maros, Bone, Enrekang dan Kota Palopo. 

Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah mengatakan Golkar Sulsel mesti melakukan evaluasi Organisasi. Apa faktor penghambat sehingga target-target politik yang ditetapkan gagal direalisasikan.

“Lalu apa langkah selanjutnya untuk mengantisipasi faktor-faktor tersebut. Kemudian apa yg mesti dipersiapkan Golkar Sulsel ke depannya," katanya.

Dirinya juga menyebutkan melihat kokoh tidaknya posisi ketua atau pimpinan sebuah parpol di tingkatan manapun sangat ditentukan oleh beberapa hal.  Pertama, oleh prestasi politik dari sang Ketua.

"Yakni kinerja ketua atau pimpinan dalam merealisasikan target atau janji-janji politik yang pernah diucapkan," katanya. 

"Janji politik tersebut bisa berupa target capaian kursi yang ingin direbut dalam pemilu. Golkar Sulsel dibawah kepemimpinan TP sepertinya belum mampu merealisasikan targetnya untuk merebut 17 kursi di DPRD Provinsi, dan mempertahankan posisi ketua DPRD Sulsel," lanjutnya.

Kedua kata Asratillah, model komunikasi politik yang dibangun oleh pimpinan parpol. Lancar atau mandeknya komunikasi politik bisa dilihat dari frekuensi konflik internal yang terjadi.

“Khusus untuk Golkar Sulsel, sedari awal kepemimpinan TP, memang sudah sering dilanda konflik internal, ini menunjukkan ada kemandekan komunikasi politik," ujarnya. 

Ketiga, sampai sejauh mana ketua atau pimpinan mampu melakukan alokasi sumber daya ke strukturnya di tingkat bawah. "Tentu, dengan konflik internal yang cukup sering terjadi, terkadang menghambat alokasi sumber daya ke tingkat bawah," tutupnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan