MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham selangkah lagi akan memenangkan pertarungan di Pilwali Makassar 27 November. Enam hari menuju pemilihan, pasangan nomor urut 01 ini unggul jauh dalam penghitungan lembaga survei.
Tren elektabilitas pasangan dengan tagline MULIA ini jauh meninggalkan lawan-lawannya. Blunder di masa tenang bisa mengubah hasil hitungan nyata di tempat pemungutan suara.
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil sigi untuk Pilwali Makassar. Hasilnya pada simulasi empat paslon, MULIA memiliki persentase 41,9 persen, disusul pasangan Indira Yusuf-Ilham Fauzi (INIMI) 25,1%, Andi Seto-Rezki Mulfiati (SEHATI) 21,1% dan Amri Arsyid-Rahman Bando (AMAN) 2,1%. Sementara, sebanyak 9,7% responden tidak tahu atau tidak menjawab.
Pada simulasi simulasi empat paslon dengan kertas suara, MULIA tetap memimpin persentase dengan berada di angka 41,9%. Disusul INIMI 25,1%, Sehati 21,1% dan AMAN 2,1%. Sementara tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 9,7%.
"Hasilnya lagi-lagi konsisten, Munafri dan Aliyah Mustika Ilham itu 41,9%, trennya mengejutkan, positif dibanding (survei) awal Oktober. Meskipun kenaikannya dalam rentang margin of error, tapi jelas ada kenaikan," ujar Founder dan Peneliti Utama Indikator, Profesor Burhanuddin Muhtadi saat merilis hasil survei, Kamis (21/11/2024).
Lembaga survei yang tergabung dalam Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) ini juga memotret simulasi empat Paslon melalui kertas suara.
"Kami sudah sesuaikan dengan specimen yang ditetapkan KPUD berkaitan dengan kertas suara yang akan dicoblos oleh warga Kota Makassar," beber Burhanuddin.
Burhanuddin melanjutkan simulasi top of mind calon wali kota Makassar masih dipimpin oleh Munafri Arifuddin yakni 35%. Disusul Indira Jusuf Ismail 23,3%, Andi Seto Gadhista Asapa 16,7% dan Amri Arsyid 1%.
Burhanuddin juga menyinggung soal perbedaan data survei Indikator dengan angka tinggi pasangan MULIA dibanding elektorat yang diumumkan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
"Menurut kawan-kawan media di Makassar, temuan LSI Denny JA menyatakan Andi Seto atau (SEHATI) di kisaran 29%, sementara kami 21 persen, jelas perbedaannya secara statistik signifikan," ujar dia.
"Jadi, Andi Seto signifikan lebih tinggi pada temuan survei LSI Denny JA, sementara Munafri (MULIA) ditemukan Denny JA 34%, kami Indikator capai 41 %," sambung dia.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, lembaganya siap diaudit terkait dengan perbedaan hasil survei dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Bahkan ia menantang buka-bukaan soal data survei di Pilwali Makassar 2024.
"Jadi lagi-lagi perbedaan. Dan jangan lupa, survei Denny JA dengan survei Indikator dilakukan dengan rentang waktu yang sama. Dan kami siap untuk diaudit oleh Persepi, meskipun kami tahu Persepi tidak bisa memanggil LSI Denny JA, ya, karena bukan bagian dari Persepi," tegas Burhanuddin.
"Tapi kalau ada pihak-pihak secara independen mengecek data Indikator untuk dibandingkan dengan data LSI Denny JA, kami dengan senang hati siap untuk diaudit," tambah Burhanuddin.
Sementara itu, peneliti utama Indikator, Rizka Halida mengatakan survei ini menggunakan 800 responden yang tersebar di 15 kecamatan Kota Makassar.
"Menggunakan metode multistage random sampling, margin of error +/-3,5% dengan tingkat kepercayaan 95%," kata dia.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spotcheck). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto mengaku bingung dengan dua hasil survei yang sangat kontras tersebut. Terlebih keduanya adalah lembaga survei nasional dan kredibel.
“Dua hari ini kita disuguhkan pada dua hasil survei yang hasilnya berbeda dan itu dirilis oleh lembaga survei nasional. Kemarin LSI merilis Munafri di 34 persen dan Seto 29 persen, INIMI sekian persen. Terus hari ini survei Indikator merilis sangat jauh sekali berbeda, 41 persen untuk Munafri, 23 persen Indira dan 21 persen Seto," ujar Andi Ali.
Andi Ali mengatakan, perbedaan yang mencolok ini seharusnya tidak terjadi jika survei dilakukan dengan cara yang benar. Selisih tujuh persen antara hasil Indikator dan LSI untuk pasangan MULIA itu disebut sudah dua kali lipat margin of errornya, sehingga ini dinilai terlalu jauh dan membuat hasil survei tersebut sulit dipercaya.
Ia menuturkan, hasil survei kedua lembaga tersebut membuat publik kebingungan. Terlebih metodologi yang mereka gunakan sama dan jarak surveinya hampir bersamaan. Bahkan mulai dari metodologi multistage random sampling yang digunakan, kemudian sampelnya 800, konfidens levelnya 95 persen, bahkan margin of error 3,5 persen sama semua, akan tetapi hasilnya terjadi perbedaan yang sangat jauh.
"Inikan bagi saya, seorang akademisi menimbulkan pernyataan. Kok survei dilakukan di satu tempat dengan metodologi yang sama dan jumlah sampel yang sama kok hasilnya bisa berbeda sangat jauh. Hasil yang dikemukakan lembaga survei yang kredibel ini justru membingungkan publik dengan dua hasil yang berbeda. Saya juga bingung," tutur Andi Ali.
"Kalau berbedanya seperti margin of error selisih 3,5 persen tidak lebih dari itu, saya rasa masih bisa diterima, tapi ini terlalu jauh. Dari 34 persen ke 41 persen, dan 29 persen ke 21 persen untuk Seto, akhirnya membuat kita ragu," lanjutnya.
Andi Ali mengatakan tidak menyalakan kedua lembaga survei tersebut, utamanya dalam melakukan pengambilan sampel dikarenakan lembaga survei tersebut sama-sama sudah tersertifikasi. Namun, kata dia, apakah ada kesalahan publik atau responden di Makassar yang berubah-ubah ketika kedua lembaga survei tersebut melakukan pendataan dikarenakan hasil surveinya sangat berbeda sekali.
Menurut dia, bila melihat angka confidence atau kepercayaan ada pada level 95 persen. Artinya kalau survei itu dilakukan 100 kali maka jawabannya, kata Andi Ali, akan sama persis diperoleh yakin 95 kali. Termasuk angka margin of errornya yang selisihnya disebut masih bisa ditoleransi dengan perbedaan angka aslinya.
"Kalau 34 persen ke 41 persen itu selisihnya 7 persen, ini dua kali lipat dari margin of error dan saya rasa ini semakin membingungkan publik. Walaupun kita tahu bahwa kedua lembaga survei ini adalah lembaga survei nasional, yang sama-sama punya sertifikasi, sama anggota Persepsi, tapi saya rasa ini yang akan membuat publik semakin tidak percaya dengan hasil survei," imbuh dia.
Iapun menyebut, adanya perbedaan ini bisa saja menimbulkan persepsi publik bahwa hasil survei ini sepertinya menjadi alat propaganda politik, jika dibandingkan preferensi masyarakat secara ilmiah. Andi Ali pun mengaku dengan melihat hasil survei kedua lembaga tersebut merasa terjebak dan bingung memberi komentar.
"Entah siapa yang betul, entah siapa yang salah, tapi yang pasti seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan karena metodologi dan jumlah sampel yang mereka tarik dan gunakan itu sama. Bahkan waktu dan lokasi pengambilan juga sama tapi hasilnya berbeda, ini yang membuat saya mempertanyakan hasilnya kenapa berbeda. Makanya, jangankan publik, saya saja yang mengajarkan metode penelitian kuantitatif mengajarkan metodologi survei itu bingung baca hasilnya, bingung membandingkan hasilnya. Jadi saya tidak bisa komentar banyak, ini terlalu membingungkan," tutur Andi Ali.
Menurutnya, hal yang bisa disimpulkan dari hasil kedua lembaga survei tersebut yakni LSI Denny JA dan Indikator adalah hasil untuk pasangan MULIA yang sama-sama diunggulkan. Kata Andi Ali, hasil tersebut yang menunjukkan konsistensi dari kedua lembaga survei tersebut, selebihnya narasi-narasi dan angka yang mereka bangun sangat membingungkan.
"Konsistensinya bahwa di survei manapun Munafik (MULIA) tetap di posisi satu, tapi angka-angkanya terlalu bervariasi, narasi-narasi yang dibangun seperti kemarin yang dibangun LSI adalah Seto bisa menyalip Munafri, hari ini yang dibangun (Indikator) Munafri sudah kokoh di atas dan tidak mungkin lagi tergoyahkan posisinya. Dan Seto di posisi ketiga tidak mungkin lagi mengejar, saya rasa konsistensi itu saja sehingga yang bisa diambil kesimpulan Munafri pemenang pilkada, tapi sisanya itu, angka-angkanya membingungkan," imbuh dia.
Kembali lagi, dengan adanya perbedaan hasil survei yang cukup signifikan itu dinilai lagi-lagi dikarenakan Indikator melakukan survei di basis MULIA sementara LSI melakukan survei di basis SEHATI. Asumsi tersebut disampaikan, karena menurut Andi Ali kedua lembaga tersebut dipimpin oleh orang-orang yang berpengalaman dan memiliki latar belakang profesor, bahkan lulusan Amerika.
"Saya menduga mungkin ada kesalahan pengambilan kluster Indikator dan kemudian yang disurvei di lokasi yang pendukungnya Munafri, sementara LSI yang disurvei di lokasi kantong-kantongnya suaranya Seto," ucap Andi Ali.
Terlepas dari hasil survei tersebut, menurut Andi Ali, salah satu faktor kenapa Munafri Arifuddin atau yang akrab disapa Appi unggul dalam sejumlah survei dikarenakan pernah maju di Pilwalkot Makassar sebanyak dua kali, dan pada Pilwalkot Makassar 2024 ini merupakan yang ketiga kalinya mencalonkan diri.
Selain itu, jejak rekam Appi di Makassar juga disebut sudah begitu dikenal masyarakat terlebih saat menjadi pemimpin PSM Makassar. Sisi lain, keterlibatan suami Aliyah Mustika Ilham yakni Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dalam kampanye-kampanye mereka disebut semakin memperkuat.
"Otomatis jauh lebih dikenal dibandingkan dengan yang lainnya. Itu saja, ditambah lagi mereka dikampanyekan oleh IAS. Jad itu saya rasa paling berkontribusi dan tagline "wattunnami" mengingatkan bahwa betul sudah dua kali mencalonkan dan wattunna mi (sudah waktunya) sekarang, itu saya rasa semua berkontribusi untuk Munafri tetap di atas," beber dia.
Sementara Andi Seto Gadhista Asapa atau Seto yang terbilang wajah baru di Kota Makassar bisa ikut populer dikarenakan sokongan politik dan partai-partai besar di belakangnya. Partai Gerindra dan Nasdem, serta beberapa partai politik lainnya yang mendukung pasangan calon SEHATI disebut memperkuat kepopuleran mereka.
Adapun, pengamat politik Rizal Pauzi mengatakan untuk menjustifikasi mana hasil survei yang benar dari kedua lembaga tersebut harus dilakukan oleh Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia atau Persepi dan institusi lainnya.
"Tapi menurut saya yang terpenting adalah dari dua hasil survei ini walaupun hasilnya berbeda belum ada yang menyimpulkan mana pemenang Pilwali Makassar. Walaupun selisihnya sudah cukup jauh, harusnya umumnya biasanya kalau selisihnya di atas 10 persen dalam waktu kurang lebih sati minggu itu sulit untuk terkejar," tutur Rizal.
Selain itu, kata dia, dari hasil survei Indikator dan LSI Denny JA disebut sama-sama menyebut bahwa angka migrasi suara di Kota Makassar masih sangat tinggi. Bahkan di angka sekitar 20 persen menurut data kedua lembaga survei nasional tersebut.
"Menurut saya bahwa kedua survei ini menunjukkan bahwa pemilih pragmatis atau pemilih mengambang itu masih sangat tinggi sehingga migrasi suaranya semakin tinggi," beber dia.
Terakhir, kata Rizal, memang survei ini harus dan perlu diawasi juga. Menurut dia, survei perlu untuk diberikan batas waktu pemilihan, termasuk akurasi survei ini tergantung juga pada karakteristik pemilih atau informannya.
"Kalau karakteristik pemilihnya tidak jujur dan seterusnya ini juga berpotensi untuk menjadi bagian dari tingkat kepercayaan publik tersebut, termasuk margin of ertornya," imbuh Rizal.
Sementara itu, Partai Demokrat dan Partai Perindo kompak mengawal kemenangan paslon MULIA. DPP Demokrat dan Perindo turun gunung membantu kader agar bisa memenangkan pertarungan.
Ketua Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Andi Nurpati mengatakan, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak warga dan pendukung bergerak memenangkan pasangan MULIA di Pilwali Makassar.
"Tak hanya SBY, Ketum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menginstruksikan kader untuk all out menangkan Appi-Aliyah. Apalagi Aliyah adalah kader Demokrat," ujar Andi Nurpati.
Dia mengenaskan, Demokrat tetap komitmen untuk memenangkan Appi-Aliyah. Ia menyampaikan, dirinya turun gunung kampanyekan Appi-Aliyah atas perintah dari SBY dan AHY.
"Ingat, Tanggal 27 November 2024, coblos nomor 01. Salam hormat dari Ketum DPP Demokrat AHY dan Bapak SBY yang siap mendukung dan All Out memenangkan pasangan MULIA di Kota Makassar," kata Nurpati.
"Dukungan dari SBY dan AHY adalah bentuk kepercayaan penuh terhadap visi dan misi Appi-Aliyah untuk memuliakan Kota Makassar," tambah dia.
Sekretaris Jenderal DPP Perindo, Andi Yuslim Patawari (AYP) juga turun gunung untuk mengkampanyekan pasangan MULIA. AYP bahkan hadir pada kampanye Akbar Appi-Aliyah yang akan dilaksanakan di Lapangan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) CPI Kota Makassar pada Rabu, 20 November. "Saya ke Makassar, hadir (kampanye akbar) pasangan MULIA," kata AYP.
AYP menginstruksikan kepada pengurus, kader dan simpatisan Perindo untuk terus mensosialsiasikan Appi-Aliyah ke masyarakat. Apalagi hari pencoblosan sudah makin dekat pada 27 November 2024.
"Seluruh infrastruktur Partai Perindo harus berkontribusi aktif di dalam pemenangan pasangan MULIA. Perindo melihat pasangan Appi-Aliyah memang yang paling ideal memimpin Kota Makassar," ujar AYP.
Ketua DPW Perindo Sulsel, Sanusi Ramadhan menyambut baik kehadiran Sekjen AYP ke Makassar. Ia yakin semangat kader Perindo makin besar saat mendapat suntikan motivasi dari DPP.
"Kehadiran beliau di Makassar selain menghadiri kampanye MULIA, juga konsolidasi pemenangan Perindo se-Sulsel. Dan ini akan menjadi spirit dan kekuatan untuk bergerak memenangkan usungan Perindo di semua Pilkada Sulsel," imbuh dia.
Memang, infrastruktur Perindo terus terlibat aktif dalam proses pemenangan MULIA di Pilwalkot Makassar 2024. Di antaranya ikut terlibat dalam kegiatan Kanvasser, kampanye dialogis dengan masyarakat serta dalam pembentukan saksi dalam maupun luar.
"Kader Perindo harus merapatkan barisan untuk memenangkan pasangan MULIA. Kami mengajak warga untuk datang ke TPS, gunakan hak pilih untuk mencoblos nomor urut 1," imbuh Ketua Perindo Makassar, Afdalyana Rachman. (isak pasa'buam-suryadi/C)