Abd Karim Yambe “Manusia Langka”

  • Bagikan

Oleh: Saiful Arif

KEPULAUAN SELAYAR, RAKYATSULSEL - Penampilannya sederhana, bahkan lebih tepat jika dikatakan bersahaja. Memang dia orang yang jika dinilai dari tampilan luarnya adalah sosok yang bisa dibilang "Jadul".

Sosok yang datang ke Rujab Wabup Kep. Selayar, Jum'at (15-7) siang, sekitar jam 11.30, justru, saat Wabup Saiful Arif sudah siap - siap, tinggalkan Rujab menuju Masjid Muhajirin untuk menjadi Khatib pada Masjid yang berdekatan dengan kediaman pribadinya, di belakang Kantor DPRD setempat, yang baru pertama kali akan digunakan shalat Jumat.

"Maaf, saya sudah mau berangkat untuk tugas khotbah", sapa Saiful Arif, sambil menjabat tangan tamunya, dengan erat, seperti yang biasa dilakukan.

"Iya, pak. Nanti selesai shalat, baru saya datang lagi," jawab sang tamu, tak mau kalah atas keramahan tuan rumah.

"Maaf, saya tidak bisa ajak Bapak, karena saya juga dibonceng oleh Sopir, naik motor," sambil berangkatlah Saiful Arif meninggalkan tamunya yang akan shalat Jumat di Masjid Agung Al Umarain, yang berdekatan dengan Rujab Wabup.

"Paling mau minta bantuan," batin Wabup yang membonceng sopirnya (Wabup di depan) sambil memacu kendaraannya menuju Masjid Muhajirin.

Seusai shalat, sementara makan siang, Wabup pun dilapori, jika ada tamu yang hendak menemuinya.

"Suruh masuk dan ajak makan, karena saya juga sementara mau makan," jawab Saiful Arif sembari menugasi sopir yang melapor.

Seusai santap siang, di teras Rujab, terjadilah dialog singkat, namun sangat berkesan dan mengandung pelajaran yang sangat dalam.

"Ini manusia langka", batin Wabup saat mendengar penuturan tamunya.

Betapa tidak, tamu tersebut, mengaku punya utang yang sudah sangat lama, karena dia sendiri sudah lupa, kapan tepatnya.

Bahkan pihak pemberi utang juga sudah meninggal sejak tahun 2011 silam, tapi tamu ini masih ingat dan bermaksud membayarnya siang itu.

Tamu ini mengaku seorang Guru, berasal dari Onto Sapo, bernama Abd. Karim Yambe.

Terakhir mengajar di SD Bonto Numpa. Siang itu ke Rujab Wabup diantar oleh menantunya.

"Saya mau minta tolong, saya mau bayar utang. Jumlahnya Rp 900.000", ungkapnya membuka pembicaraan.

"Saya berutang pada koperasi yang ditangani oleh Bapakmu (Ompo Husain, orang tua Kandung Saiful Arif, red)," jelasnya.

Lebih jauh, Abd Karim mengungkapkan bahwa waktunya (utangnya) memang sudah lama, namun dirinya tetap mengingat utang tersebut.

"Bapakmu juga sudah meninggal. Tapi utang tersebut saya catat. Saya mau bayar pada Patta Bone, tetapi saya dapat kabar, bahwa Patta Bone juga sudah meninggal. Karena itu, bantu saya, terima uang ini, agar utang saya lunas, dan tidak ditagih di akhirat," papar Karim sembari menghitung uang lembaran seratus ribu, membuat Wabup Saiful Arif menyesal dalam batin.

"Karim ini manusia langka," batin Saiful.

"Baik, pak, saya terima uang ini, nanti saya teruskan ke LVRI, atau mungkin PWRI, karena dua organisasi itu yang kemungkinannya berhubungan dengan utang ini," ujar Saiful Arif.

Wabup pun mengembalikan dua lembar uang merah, lembaran seratus ribu kepada tamunya, Abd. Karim.

"Utang bapak sudah lunas, namun terimalah ini, untuk ongkos pulang," kata Wabup, yang dijawab sang tamu dengan ucapan terima kasih. (***)

  • Bagikan