Cawapres Penentu

  • Bagikan
IST

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mengarah pada tiga poros politik yang cenderung berimbang. Ganjar Pranowo oleh PDIP, Anies Baswedan dengan koalisi perubahan (NasDem, Demokrat dan PKS), serta Prabowo Subianto oleh Gerindra dan PKB.

Kans kemenangan boleh jadi amat dipengaruhi calon wakil presiden (cawapres) pasangannya. Sehjauh ini, ada beberapa nama cawapres beredar di publik. Mulai Sandiaga Uno, Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Airlangga Hartarto atau Ridwan Kamil menjadi pilihan alternatif Cawapres. Elektabilitasnya bersaing, selain memiliki kedekatan dengan parpol-parpol.

Direktur Eksekutif lembaga Paramater Publik Indonesia (PPI), Ras Md menuturkan, pasca PDIP memutuskan mengusung Ganjar Pranowo menjadi capres, peta politik Pilpres 2024 makin tajam.

"Bahkan dalam bacaan saya, Pilpres kali ini potensial diikuti oleh tiga poros. Poros Anies, poros Ganjar dan juga poros Prabowo Subianto," jelasnya, Jumat (28/4/2023).

Menurutnya, walaupun koalisi Gerindra belum mendeklrasikan Prabowo sebagai capres, namun manuver politik yang dibangun Prabowo beberapa hari terakhir ini menjurus kearah koalisi poros ketiga.

Dia menilai, spekulasi figur capres cenderung telah usai. Arah spekulasi politik saat ini sudah memasuki babak baru, babak penentuan tentang siapa sosok cawapres masing-masing ketiga figur capres tersebut.

Menurut Ras Md, penentuan cawapres, memang menjadi hal yang sangat menentukan peta elektoral pasangan capres nantinya. Apakah cawapresnya potensial menguatkan posisi elektoral capresnya atau tidak.

"Beberapa figur cawapres telah bermunculan. Baik nama Erik Thohir, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Khofifah, Airlaingga, Ridwan Kamil hingga Muhaimin Iskandar," jelasnya.

Dikatakan, figur cawapres tersebut memang memiliki sejumlah variabel kepantasan untuk digaet, namun tidak semua ideal bisa tampil menguatkan.

Contohnya, kata dia, Anies Baswedan dari koalisi perubahan, memiliki dua opsi figur potensial sebagai pendamping. Ada AHY dan juga Khofifah. Dari sudut kepartaian, AHY cukup diunggulkan.

Namun AHY dinilai justru cenderung melemahkan posisi elektoral Anies. Namun tidak bagi Khofifah. Dalam banyak riset, jika Khofifah final berpasangan dengan Anies, posisi elektoral Anies makin kuat. Bahkan peluang menangnya terbuka lebar.

"Ganjar pun demikian. Dari sekian jumlah figur yang digadang-gadang berpasangan dengan Ganjar, dalam hitungan saya, Ganjar makin kuat jika ia berpasangan dengan Sandiaga Uno," tuturnya.

Pasalnya, kata dia, Sandiaga Uno selain merepresentasi kelompok milenial, beberapa segmen pemilih Anies bisa ia tarik. Seperti segmen pemilih muslim taat, segmen pemilih pendidikan menengah atas dan juga teritori. Lain halnya jika Erik. Posisi Ganjar cenderung makin melemah.

Terakhir Prabowo Subianto. Memang sebelum Ganjar dideklarasikan oleh PDIP, pasangan ideal Prabowo adalah Ganjar. "Karena kepentingan politik PDIP dengan Gerindra berbeda, mau tidak mau Gerindra mesti mencari figur terbaik," terangnya.

Sementara pengamat politik Direktur Profetik Institute, Muhammad Asratillah berpandangan, diantara nama-nama bakal cawapres yang ada, maka setiap figur punya nilai lebihnya masing-masing.

"Kalau dari ketua parpol bahkan maka Airlangga dan AHY punya peluang cukup besar. Keduanya diperhitungkan oleh bakal capres karena menjadi orang nomor 1 dari partai yang memiliki kursi cukup besar," katanya.

Menurutnya, Airlangga punya peluang untuk menjadi pasangan Prabowo. "Apalagi Golkar adalah partai besar dan sangat menentukan peta Pilpres mendatang," tuturnya.

Sedangkan AHY, peluang satu-satunya adalah menjadi cawapres dari Anies Baswedan. Meskipun di internal NasDem sendiri sempat ada yang menyuarakan Khofifah sebagai pasangan Anies.

"Namun, saya pikir AHY lebih bisa membantu mendongkrak suara Anies dibanding Khofifah, ini juga terlihat dari beberapa hasil survei dimana AHY mempunyai elektabilitas tinggi sebagai cawapres," terangnya.

Adapun Sandiaga Uno kata Asratillah, kemungkinan besar akan didorong PPP menjadi pendamping Ganjar Pranowo. "Namun saya pikir hal tersebut masih mungkin berubah, karena tergantung kesapakan di internal parpol," jelasnya.

"Sedangkan, Erick Thohir, yang selama ini sudah cukup populer, apalagi sempat dijodohkan dengan Ganjar oleh DPP PAN dalam sebuah acara. Namun saya pikir Erick akan bersaing ketat dengan Sandi bahkan Airlangga sebagai Cawapres," sambungnya.

Terakhir kata dia, Ridwan Kamil, tentu ini akan ditentukan oleh dinamika di internal Partai Golkar. "Ridwan Kamil akan kecil kemungkinan melangkahi Airlangga, kecuali Airlangga melalui Golkar mendorong Ridwan Kamil sebagai Cawapres. Ridwan Kamil kita ketahui memiliki elektabilitas lumayan baik sebagai capres ataupun cawapres, apalagi secara geopolitik beliau adalah Gubernur Jabar dengan pemilih terbesar di Indonesia," tutupnya.

Terpisah, Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam mengatakan, tak bisa pungkiri, pengaruh cawapres pada Pilpres 2024 akan sangat menentukan.

"Alasannya, diantara tiga nama (Anies, Ganjar,Prabowo) kandidat kuat menjadi capres tak ada yang memiliki elektabilitas yang dominan," katanya.

Maka kemudian peran cawapres menjadi kunci untuk memberikan insentif elektoral bagi para capres di medan kontestasi.

"Semua capres tentu ingin menang, maka penentuan cawapres akan dilakukan secara hati-hati berdasarkan analisa dan pertimbangan masing-masing," jelasnya.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Andi Luhur Prianto mengatakan, jika skema tiga pasang calon bisa terjadi, maka kontestasi Pilpres 2024 akan kompetitif. "Bahkan mungkin harus ke putaran kedua, untuk menentukan pemenang," katanya.

Ia menyebutkan, skenario menghadirkan pasangan ketiga tentu tidak lepas dari kreasi istana. Di berbagai simulasi survei, kehadiran pasangan ketiga akan efektif mengeliminasi pasangan calon dari koalisi perubahan.

"Sehingga di putaran kedua, tersisa 2 pasang calon yang merupakan the all president-men atau pasangan calon yang didukung istana," ujarnya.

Posisi calon wakil tetap menentukan. Terutama untuk melengkapi basis dukungan pemilih secara geopolitik dan ideologi. "Faktor lain adalah profil calon wakil juga yang bisa memiliki persediaan 'amunisi politik' yang siap digelontorkan di persaingan Pilpres," pungkasnya. (aydi-fahrullah/B)

  • Bagikan