18 Calon DPD Berebut 4 Kursi, Siapa Berpeluang?

  • Bagikan
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI lewat KPU Sulsel sudah mengumumkan Daftar Caleg Sementara (DCS) calon DPD RI asal Sulsel.

Sesuai data DCS, ada 18 calon DPD RI asal Sulsel yang akan memperebutkan 4 kursi di Sulsel. Dari 18 figur itu masih  ada 3 petahana yang bertahan. Masing-masing Andi Ihsan, Lily Amelia Salurupa, Tamsil Linrung. Sedangkan Ajiep Padindang memilih maju lewat jalur DPR RI.

Adapun 18 calon berdasarkan abjad atau nomor urut yang diumumkan KPU nomor urut 01 didapat Abd Waris Halid, sedangkan nomor terakhir atau 18 didapat Tamsil Linrung.

Dilansir dari dari situs KPU Sulsel (20/8/) lalu, hasil DCS DPD Sulsel dirilis dengan surat nomor 3305/PL.01.4-PU/73/2023. Adapun nomor urut calon DPD sesuai abjad.  Abd Waris Halid, Abd Rahman, A Chairil Anwar, A Hatta Marakarma, Al Hidayat Samsu, A M Yusran Paris, Andi Baso Ryadi Mappasulle, Datu Luwu, Andi Maradang Mackulau, Andi Muh Ihsan, Andi Muh Yagkin Padjalangi, Elli Oschar, Harmansyah, Idrus Andi Paturusi, Lily Amelia Salurapa, Muhammad Nasyit Umar, Musa Salusu, St Diza Rasyid Ali, Tamsil Linrung.

Lantas bagaimana peluang ke-18 calon senator RI tersebut? Pengamat politik Unismuh Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan, meskipun selalu dikeluhkan keterbatasan mandat konstitusional DPD, tetapi tetap saja banyak tokoh yang berebut mandat konstituen.

"Persaingan kompetitif. Pengalaman Pemilu 2019, Tidak ada lagi senator yang meraih suara dominan. Untuk terpilih menjadi 4 besar, Perolehan suara mesti terdistribusi secara proporsional," jelasnya.

Lanjut Wakil Dekan I Fisipol Unismuh itu. Artinya Calon senator harus bisa meraih dukungan besar secara merata, tidak cukup hanya mengandalkan satu basis geo-politik saja.

Hal lain yang sering lalai diperhatikan adalah pemilihan senator DPD ini sebenarnya jauh lebih kuat tarikan politik identitasnya.

"Basis tradisional-primordial berbasis suku, agama dan aspek kewilayahan banyak menjadi sumber inspirasi dalam dukungan. Sayangnya penyelenggara lebih fokus pada isu-isu Politik identitas di ranah Pilpres," ungkapnya. (Yadi/B)

  • Bagikan