Doomscrolling

  • Bagikan

Penulis : Mirnaini (Mahasiswa Prodi sejarah peradaban islam IAIN parepare)

PAREPARE, RAKYATSULSEL - Di era sekarang ini penyebaran informasi mulai tidak terkontrol seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, jika kita aktif menggunakan sosial media, maka akan ada fenomena yang perlu diwaspadai, yaitu doomscrolling. Doomscrolling atau disebut juga doomsurfing adalah tindakan seseorang yang terus-menerus berjelajah dan menelusur di media sosial dengan membaca atau mencari berita buruk dan berita negatif.

Doomscrolling adalah suatu tindakan yang menghabiskan banyak waktu untuk berada di depan layar yang ditujukan untuk penelusur berita negatif. Peningkatan berita yang sebagian besar negatif adakalanya menyebabkan tanggapan yang berbahaya bagi penelusurnya, itulah sebabnya tidak boleh berlebihan dalam menelusuri informasi negatif.

Fenomena ini akan membuat pengguna internet tanpa sadar mulai kecanduan berita buruk yang perlahan akan merusak mental, hal ini dapat menimbulkan ketakutan serta kecemasan yang berlebihan. Doomscrolling biasanya terjadi karena adanya rasa ingin tahu mengenai sesuatu, yang kemudian mendorong dirinya untuk mencari tahu lebih dalam mengenai isu-isu tersebut secara berlebihan.

Fenomena dan scrolling ini awalnya dijumpai setelah masa pandemi covid-19, meskipun membaca berita buruk itu akan membuat perasaan penelusurnya cemas, namun rasa ingin tahunya akan terus mendorong dirinya untuk terus menerus lebih jauh seuatu informasi itu. Apabila hal ini dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik.

Kebiasaan buruk seperti ini bisa membuat pengguna internet selalu berpikiran negatif, sehingga mengakibatkan penelusur tertekan, stres, kesepian dan bahkan merasa diasingkan dari lingkungan. Selain itu, doomscrolling ini ternyata lebih beresiko dialami oleh orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan, gangguan mental, OCD, PTSD, dan fobia sosial.

Aktivitas mencari sebuah informasi pada awal mulanya wajar saja. Namun, seiring berjalannya waktu mulai muncul obsesi untuk terus mengikuti perkembangan berita yang akan membuatnya fokus bermedia sosial dengan waktu yang lama tanpa batas sehingga tidak dapat melakukan aktivitas di luar rumah dan tidak ada interaksi serta sosialisasi dengan orang sekitar.

Berdasarkan studi yang diterapkan dalam jurnal Health Communications dijelaskan bahwasanya 16,5 persen dari sekitar 11100 orang yang disurvei didapatkan hasil banyaknya tanda-tanda konsumsi berita yang sangat bermasalah dan dapat menyebabkan stres bagi penggunanya. Dr Kate Mannel, peneliti studi dealin university di negara bagian Victoria Australia menyatakan bahwa akibat dari adanya covid-19 ini menjadi penyebab utama masyarakat banyak menggunakan media sosial atau menelusuri berita karena banyak menghabiskan waktu di rumah.

Di samping itu, Dr Unang Achlison juga berpendapat bahwa ini adalah adanya kecenderungan untuk terus-menerus menelusuri media sosial pada saat pandemi covid-19, menurut beliau adanya isolasi covid-19 menjadi alasan utama munculnya kehancuran karena proses karantina tersebut secara perlahan membuat kita menelusuri informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan menggunakan sosial media tanpa batas ini pada awalnya bermula saat covid-19, sehingga pada waktu itu masyarakat menggunakan waktunya untuk bermedia sosial. Karena keseringannya bermedia sosial dan kecenderungannya menelusur informasi buruk membuat penelusur merasakan cemas dan ketakutan yang bisa merusak mentalnya itulah yang akhirnya disebut doomscrolling.

Dari masalah doomscrolling ini memang betul sangat jelas terlihat dampaknya seperti yang terjadi di sekitar kita di mana kebanyakan orang-orang lebih fokus dengan media sosialnya dibanding dengan berbaur secara langsung bersama orang di sekitarnya. Biasanya pelaku doomscrolling akan terus berpindah dari situslah itu ke situs yang lainnya untuk mendapatkan informasi. Misalnya, ia mengakses berita melalui Twitter, kemudian dia berpindah ke Instagram, kemudian berpindah lagi ke platform lain dan tanpa disadari ia telah menghabiskan waktu yang sangat lama.

Banyak sekali dampak negatif doomscrolling bagi kesehatan mental, salah satunya yaitu menyebabkan kita terus menerus berpikiran negatif, kesehatan mental mulai menurun, rasa cemasan yang berlebihan akan membuat penelusur merasakan depresi, membuat perasaan tidak tenang dan tidur menjadi terganggu.

Di antara banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari doomscrolling maka perlu secepatnya kita menjauhi kebiasaan buruk ini dengan beberapa cara diantaranya memberi batasan waktu dalam bermedia sosial, kita harus dapat membatasi diri di dalam bermedia sosial. Selain itu, dalam membaca informasi kita harus dapat memilah informasi mana yang perlu dibaca, dimana informasi tersebut adalah informasi yang menyenangkan perasaan sehingga tidak akan menimbulkan kecemasan. Selanjutnya, yang terpenting adalah meluangkan banyak waktu untuk berbaur dengan orang sekitar dan mengisi waktu dengan hal-hal yang positif seperti berkomunikasi dengan teman maupun keluarga.

  • Bagikan