Golkar Sulsel Meredup

  • Bagikan
Logo Partai Golkar

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Golkar di Sulawesi Selatan mulai meredup. Pada Pemilu 2024 ini, Beringin Rindang harus kehilangan kursi ketua DPRD disejumlah kabupaten/kota di Sulsel.

Di Enrekang, kursi Ketua DPRD dipastikan diambil alih oleh Partai NasDem. Partai NasDem dapat dipastikan keluar sebagai pemenang pemilu 2024, mengambil alih kejayaan Partai Golkar di Kabupaten Enrekang.

Hasil penghitungan perolehan suara sementara Pemilu 2024 di Kabupaten Enrekang Partai NasDem unggul, meraih 9 kursi dari 30 kursi yang ada. Melejit jauh jika dibandingkan perolehan kursi pada periode sebelumnya yaitu 4 kursi.

Partai NasDem Kota Palopo juga menggeser takhta Partai Golkar. Sementara di Bone giliran Gerindra berjaya setelah beberapa tahun dimiliki Golkar. Sementara di Luwu Timur Golkar di seruduk oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Yang lebih miris, dominasi Partai Golkar di DPRD Sulsel juga segera berakhir. Berdasarkan perhitungan riil sementara, perolehan kursi partai berlambang pohon beringin di parlemen kalah dari Partai NasDem.

Berdasarkan real count sementara KPU, NasDem unggul dengan raihan 480.826 (17,42 persen) suara. Disusul Partai Gerindra 428.888 (15,54 persen) suara. Sementara Golkar baru mencapai 417.337 (15,12 persen) suara.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Golkar Sulsel, La Kama Wiyaka mengakui jika ada sejumlah daerah Golkar kehilangan kursi ketua DPRD. “Ia memang ada sejumlah daerah kita lepas (kehilangan ketua DPRD),” kata La Kama, Minggu (3/2/2024).

Namun dia bersyukur ada juga daerah Golkar tidak pernah meraih kursi pimpinan DPRD, tapi Pemilu 2024 ini dipastikan bisa masuk bagian unsur pimpinan DPRD.

“Di Bantaeng kami pemilu sebelumnya tidak pernah meraih kursi pimpinan, tapi pemilu 2024 ini sudah mendapatkan kursi unsur pimpinan,” bebernya.

Untuk evaluasi daerah-daerah yang mengalami penurunan kursi, La Kama tidak ingin mendahului hasil rapat internal mereka, tapi pastinya kata dia akan ada evaluasi. “Nanti setelah penetapan seluruh kabupaten baru kami melakukan rapat internal (evaluasi),” singkatnya.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam melihat penurunan prestasi yang dialami oleh Golkar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. “Faktor internal seperti penyusunan komposisi caleg yang kurang pas,” katanya.

Dirinya juga menyebutkan sementera partai-partai lain lebih siap menghadapi kontestasi politik. “Sementara eksternal dipengaruhi persiapan parpol lain yang lebih baik dari Golkar dan ditopang oleh akses kekuasaan,” jelasnya.

Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah melihat sejak tahun 2019 , Golkar Sulsel sedang menghadapi para kompetitor yang lebih agresif, semisal NasDem dan Gerindra. Namun disatu sisi Golkar Sulsel belum bisa mentransformasi organisasinya agar lebih lincah (agile) dan adaptif terhadap perubahan lingkungan elektoral di Sulsel.

“Akibatnya, Golkar Sulsel mesti merelakan sebagian basis suaranya direbut oleh partai-partai lainnya,” katanya.

Dirinya menyebutkan, selain itu Golkar Sulsel juga mesti lebih peka terhadap perubahan demografi pemilih Sulsel beberapa tahun terakhir, terutama semakin banyaknya jumlah pemilih generasi milenial.
“Pemanfaatan internet, dan teknik marketing politik yang lebih ramah dengan life style generasi milenial menjadi tuntutan bagi partai modern,” ujarnya.

Secara nasional Golkar cukup lincah dan adaptif. Yang menjadi soal dalam konteks Sulsel, Golkar memang mengalami "gagal fokus", mungkin karena adanya riak-riak internal beberapa waktu lalu. “Hal ini kemungkinan akan berimbas pada kinerja mesin partai yang tidak bisa berpacu secara optimal,” jelasnya.

Golkar Sulsel masih bisa bangkit kembali (Reborn) di pemilu akan datang. “Dengan syarat melakukan ‘introspeksi organisasi’ dan terus menerus melakukan ‘pembacaan serta pemetaan’ terhadap perkembangan politik yang ada,” jelasnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan