Pilwali Kota Makassar 2024: Partai Wajib Koalisi

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan Wali Kota Makassar Makassar 2024 menjadi arena tarung bebas bagi figur lama dan pendatang baru. Tanpa petahana, persaingan antarkandidat bakal lebih sengit dan terbuka. Partai politik pun tak ada yang mendominasi untuk mengusung kandidat. Perolehan kursi yang kurang dari sepuluh pada Pemilu 2024, akan memaksa partai untuk berkoalisi. Seperti apa peta dan potensi koalisi yang akan terbangun nantinya?

Sejumlah nama terus melakukan sosialisasi menghadapi Pilwali Kota Makassar. Figur seperti Munafri Arifuddin, Rudianto Lallo, Fadli Ananda, Najmuddin, Adi Rasyid Ali, Muhammad Surya, Rusdin Abdullah, dan Indira Yusuf Ismail disebut-sebut akan ikut meramaikan bursa persaingan. Belakangan, Andi Seto Gadista Asapa, mantan bupati Sinjai akan menjajal kerasnya pertarungan di Kota Makassar.

Berdasarkan hasil Pemilu 2024, tak satupun partai yang bisa mengusung figur, tanpa berkoalisi. NasDem sebagai pemenang pemilu di Makassar hanya mendapatkan delapan kursi, kurang dua untuk 'berhak' mengusung kandidat. Jalur partai harus memenuhi syarat minimal sepuluh kursi.

Selain itu, untuk syarat maju melalui jalur perseorangan jua membutuhkan dukungan minimal 67.402 KTP sebaran di delapan dari 14 kecamatan yang ada di Makassar. Lantas seperti apa persiapan partai-partai politik dalam mempersiapkan jagoan mereka di Pilwali Makassar?

Ketua Partai Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras memberikan kesempatan kepada kader potensial untuk sosialisasi diri di masyarakat jika hendak maju. Menurut dia, tiga kader potensial yakni Andi Seto, Najmuddin, dan Erik Horas bisa melakukan sosialisasi untuk meningkatkan elektabilitas.

"Termasuk figur daerah lain, dengan membangun wacana atas niatnya maju di Pilkada merupakan upaya agar cepat terpotret dalam survei," ujar Iwan Aras.

Iwan Aras mengatakan, pihaknya mempersilahkan kader terbaik untuk sosialisasi persiapan maju di Pilkada Serentak 2024. Termasuk kader yang digadang-gadang maju di Pilwali Makassar. Dia mengatakan, masih ada tujuh bulan lebih untuk melakukan persiapan. Di Makassar, kata Iwan Aras, dipersiapkan Najmuddin dan Andi Seto.

"Kami di Gerindra mempersilahkan kader untuk maju pilkada sosialisasikan diri ke masyarakat. Khusus figur baru yang menyatakan sikap maju Pilwalkot Makassar 2024, silakan jalan," ujar dia.

Iwan Aras merespons positif keinginan Andi Seto untuk bertarung di Makassar. "Gerindra akan mempertimbangkan. Bila Andi Seto diterima oleh masyarakat Makassar, tidak ada masalah," kata Iwan Aras.

"Dia kalau misalkan di Kota Makassar juga maju dan animo masyarakat juga bagus, ya, pasti diusung," sambung dia.

Iwan Aras mengingatkan Andi Seto membangun komunikasi dengan partai selaku kader. Dia menegaskan Gerindra belum membuka penjaringan bakal calon kepala daerah, namun kader bisa mulai sosialisasi ke masyarakat.

"Sebagai kader tentunya harus komunikasi. Sekarang ini secara resmi kami belum membuka pendaftaran, tapi kemudian semua kader kami biarkan untuk cek ombak," imbuh dia.

Adapun Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Erwin Aksa mengatakan Munafri Arifuddin alias Appi menjadi satu-satunya kader Golkar yang mendapat rekomendasi untuk maju di Makassar. Dia memastikan, Golkar akan mengutamakan kader internal untuk diusung.
"DPP Golkar sudah memberikan surat rekomendasi kepada Munafri Arifuddin sebagai balon Wali Kota Makassar di Pilwali Makassar 2024," ujar Erwin.

Menurut dia, Appi maju di Pilwali Makassar untuk menjaga marwah partai. Apalagi, tak ada incumbent atau petahana dalam Pilwali Makassar 2024. Erwin mengatakan, Appi sebagai Ketua Golkar Makassar harus mengambil risiko politik setelah sebelumnya terpilih menjadi legislator DPRD Sulsel pada pemilu lalu.

"Dia harus ambil risiko. Kemarin dia maju untuk dapat kursi. Setelah dapat kursi harus siap-siap maju. Menang atau kalah urusan kedua," imbuh Erwin.

Ketua Organisasi Kaderisasi Keanggotaan (OKK) Demokrat Sulsel, Muhammad Aslan mengatakan untuk Pilwalkot Makassar ada tiga nama yakni Andi Januar Jaury Darwis (anggota DPRD Sulsel), Adi Rasyid Ali (Ketua Demokrat Makassar/Wakil ketua DPRD Makassar) dan Rahman Bando. Namun, kata Aslan, pihaknya realistis karena kursi Demokrat hanya tiga.

"Kami siap berkoalisi dengan partai manapun yang penting memiliki peluang untuk menang," ujar Aslan.

Ketua NasDem Sulsel, Rusdi Masse menyebutkan saat ini sudah ada beberapa nama disiapkan untuk ikut bertarung pada Pilwalkot Makassar mulai dari, Rudianto Lallo, Ustaz Das’ad Latif hingga Rusdi Abdullah. “Pastinya kami siapkan calon wali kota Makassar,” kata Rusdi, awal pekan ini.

Rusdi mengatakan, walau NasDem tidak bisa mengusung pasangan calon, namun sangat mudah untuk mencukupkan jumlah koalisi. Menurut dia, NasDem sisa membutuhkan dua kursi tambahan sehingga saat ini intens melakukan komunikasi.

“Kami akan sampaikan kalau sudah menentukan koalisi dan kandidat yang akan diusung," imbuh dia.

Ketua PAN Kota Makassar, Hamzah Hamid mengatakan walau PAN hanya memiliki 3 kursi, pastinya dia akan berkontribusi mengusung jagoan mereka saat Pilwali Makassar nanti. Hamzah menyebutkan sampai saat ini belum ada nama yang disiapkan karena belum membuka penjaringan.

"Pekan depan kami baru membentuk panitia penjaringan calon untuk Pilwali,” beber Hamzah.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam menyebutkan pemilihan wali kota Makassar dipastikan akan didominasi kader partai politik.

“Kalau kita cermati saat ini dominan figur potensial di Pilwali Makassar berasal dari parpol,” kata Nursandy.

Dia mengatakan, tidak terlalu melihat figur non parpol yang memiliki ambisi maju. “Sangat minim figur yang berstatus non-parpol,” ujar dia.

Nursandy menyebutkan kans bertarung potensi dimiliki oleh Munafri Arifuddin dari Golkar. Fatmawati Rusdi, Rudianto Lallo, Andi Rachmatika Dewi dari Nasdem. Fadli Ananda, Rudi Pieter Goni, Andi Suhada Sappaile dari PDIP. Adi Rasyid Ali dari Demokrat. Andi Seto Asapa dan Najmuddin dari Gerindra. Deng Ical, Azhar Arsyad, Andi Fauzi Wawo dari PKB, serta Sri Rahmi dari PKS.

“Parpol ini punya modal kursi yang signifikan di pemilu 2024 yang lalu. Dengan kekuatan masing-masing partai tersebut tentu akan dijadikan posisi tawar mendorong kadernya,” ujar Nursandy.

“Apalagi tak ada satupun parpol yang bisa mengusung sendiri di Pilwalkot Makassar. Semuanya harus membangun koalisi mencukupkan syarat dukungan,” lanjut dia.

Sementara, kata dia, gerbong Danny Pomanto (DP) ada dua figur yang mengerucut yakni Indira Yusuf Ismail dan Udin Saputra Malik.
“Saya meyakini Danny akan mendorong salah satunya, karena dia tidak akan melepas hegemoninya di Makassar,” ujar Nursandy.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Rizal Pauzi mengatakan Pilwali Makassar 2024 ini menjadi ajang pertarungan yang menarik. Menurut dia, karena tidak ada partai yang cenderung mendominasi, rata-rata semua partai ini punya kekuatan seperti Hanura, Perindo ini punya kursi.

"Jadi, saya pikir siapa saja punya peluang," ujar Rizal.

Dia menilai, parpol butuh figur dan masih pikir-pikir yang punya jaringan yang kuat untuk bisa menang termasuk di dalamnya soal dukungan partai politik. Menurutnya, yang menarik sekarang dari Makassar ini adalah kerja-kerja kader NasDem dan Gerindra.
Rizal mengatakan, Gerindra diuntungkan oleh kemenangan Prabowo Subianto di Makassar saat pada Pilpres lalu. Dengan begitu, Gerindra bisa mengamankan Makassar sebagai pusat politik di Indonesia timur.

Adapun pengamat politik lainnya dari Unhas Tasrifin Tahara menilai arah koalisi dan sebaran perolehan kursi sudah pasti partai harus berkoalisi meskipun seperti Partai Nasdem yang menempati posisi teratas dalam perolehan kursi.

"Karena kali ini tanpa petahana meskipun tidak menutup kemungkinan petahana akan mendukung salah satu paslon," ujar Tasrifin.
"Bisa jadi bisa hingga lima paslon, atau kemungkinan hanya sampai empat paslon," sambung dia.

Menurut dia, koalisi yang memungkinkan bisa hanya dua partai saja dan pola koalisi bisa merujuk pada dukungan koalisi pilpres. Untuk partai yang mendukung kadernya maju saat ini yang siap hanya beberapa partai yaini NasDem, Golkar, Gerindra, PKB, dan PDIP.

Namun demikian ada partai yang berani mendukung kadernya hanya pada posisi wakil atau 02. Ia pun menduga partai-partai yang tidak mendorong kadernya akan lebih selektif dalam mendukung dan hampir pasti dukungan pada figur yang memiliki elektabilitas yang tinggi.

"Dan ini pilihan rasional dalam berpolitik bagi partai yang tidak mendukung kadernya sendiri," imbuh dia.

Jagoan Demokrat

Sementara itu, Partai Demokrat Kota Makassar saat ini sudah mulai mempersiapkan jagoan mereka untuk maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) daerah di 24 Kabupaten/kota November mendatang. Ketua Organisasi Kaderisasi Keanggotaan (OKK) Demokrat Sulsel, Muhammad Aslan menyebutkan jagoan mereka sebagai besar ketua DPC Kabupaten/kota.

Mulai dari Rismawati Kadir (Gowa), Mulyadi Mustamu (Jeneponto), dr. Ardiatma (Barru), Rustan Sello (Bone), Sabri (Bulukumba), Selle KS Dalle (Soppeng) dan Sindawa Tarang (Takalar).

Selanjutnya Muhtadin (Pinrang), Habibi (Sidrap), John Diplomasi (Tana Toraja), Marthen Rante (Toraja Utara), Andi Senurdin Husaini (Wajo), Andi Hairul Kulle (Enrekang), Cendrana (Palopo) dan Triyono Kusnan (Luwu Utara).

Sementara lebih dari dua nama yakni Andi Januar Jaury Dharwis, Rahman Bando, Adi Rasyid Ali (Makassar), Taqiyuddin Jabbar bersama Rahmat Syamsu Alam (Parepare), adapun di Demokrat Luwu menyiapkan Rahmat dan Devi Bijak.

“Yang maju ini sebagian besar ketua DPC Kabupaten/kota,” kata Aslan.

Sementara daerah yang hampir dipastikan Demokrat tidak akan mengusung kader mereka yakni Bantaeng, Selayar, Sinjai, Maros, Pangkep, dan Luwu Timur.

“Kemungkinan besar non kader, seperti Sinjai. Ketua DPC di sana (Heriwawan) tidak mau maju di Pilkada, dia hanya ingin fokus di DPR, karena baru terpilih. Di Luwu Timur kami belum tahu. Di sana hanya satu kursi, jadi kami akan membuka penjaringan,” ujar dia.

Diketahui dari beberapa daerah Demokrat tidak bisa mengusung sendiri, sehingga dia perintahkan kepada seluruh kader mereka yang dia dorong untuk segera melakukan komunikasi politik. Bahkan, kata dia, Demokrat hanya bisa realitisi di Pilkada nanti, jika kader mereka tidak bisa menjadi 01 maka dia akan tawarkan sebagai 02. “Kita akan lihat dinamika politik nanti yang terjadi,” imbuh dia. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan