Guru Besar Unhas Sampaikan Kelemahan dan Kekuatan Tiga Pasangan Capres-Cawapres

  • Bagikan
Prof Armin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perhelatan politik jelang Pilpres 2024 mendatang dipastikan diikuti tiga pasangan calon (paslon).

Pasangan calon yang telah mendaftar ke KPU RI yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang telah mendaftar di KPU RI, 19 Oktober lalu. Kemudian disusul pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, mendaftar Rabu 25 Oktober kemarin. Kemudian juga ada pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

Bagaimana peluang masing-masing paslon tersebut?

Pengamat Politik Unhas Makassar, Prof. Dr. Armin, M.Si menyebutkan melihat sosok figur Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, basisnya dikategorikan sebagai pasangan Jawasentris akan terbelah dengan basis suara Ganjar-Mahfud.

Menurutnya, awalnya PDIP yang mestinya solid memenangkan Ganjar-Mahfud, kini ada figur baru yakni putra Presiden Gibran yang juga masih berstatus sebagai kader PDIP. Otomatis basis suara Ganjar dan Prabowo pecah di beberapa daerah.

"Kalau kekuatannya secara keseluruhan. Ganjar berpasangan Mahfud di Jawa, PDIP dengan NU. Itu kekuatannya cukup besar. Tetapi dia terbagi kekuatannya ketika anaknya Jokowi, Gibran maju bersama Prabowo sehingga yang berpotensi menggerus basis Ganjar itu adalah Jokowi," jelasnya, Kamis (26/10/2023).

Kemudian Anies-Muhaimin ini kata dia, kehebatannya mulai dari komunikasi politik kualitas aktor. Anies yang berpasangan dengan Muhaimin yang basis NU, kemudian kalau misalnya NU bersatunya ke Muhaimin dengan melupakan konfliknya di masa lalu, maka peluangnya besar.

"Apalagi jika Khofifah bergabung dengan Anies, maka NU bisa bersatu dan Anies menang. Karena Anies kan didukung 212 yang diklaim kalahkan Ahok. Jadi kekuatan NU di Jawa Timur Anies-Muhaimin yang punya basis," terang mantan Dekan Fisipol Unhas itu.

"Kalau NU bersatu, tapi kan Mahfud dari NU juga. Siapa tahu ada yang lari ke Mahfud. jadi tergantung para kiyai," sambung guru besar Unhas itu.

Lantas bagaimana dengan Sulsel, siapa yang dominan? Ia menyebutkan yang masih  kuat Anies-Cak Imin. Kemudian disusul Prabowo-Gibran.

"Rasionalnya seperti apa? Anies-Muhaimin timnya di Sulsel solid nanti dibantu relawan dan partai koalisi. Begitu juga jika didukung klan SYL cs," terangnya.

Akademisi Unhas itu kemudian membandingkan, massa saat jalan sehat Anti Mager yang diprakarsai oleh mantan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman yang menghadirkan Prabowo dibandingkan dengan Jalan Sehat Gembira Anies yang menang jumlah massa.

"Kita lihat juga saat mereka datang di Makassar. Prabowo di Jalan Sehat Anti Mager dan Anies di Jalan Sehat Gembira. Mana yang lebih banyak hadir massa? Tapi karena sekarang Amran yang jadi menteri, SYL tidak lagi, maka bisa tarik menarik lagi," ungkapnya.

Dia menuturkan, deklarasi Prabowo-Gibran bertepatan dengan pelantikan Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian, bisa jadi ada campur tangan (AAS) untuk basis Prabowo-Gibran di Sulsel.

Namun, dengan dilantiknya Amran itu mengobati sakit hatinya orang Sulawesi Selatan. Plus menunjukkan arah kemana Jokowi di Sulawesi Selatan. Tinggal melihat bagaimana AAS bermain.

"Kemudian Prabowo dimana kekuatannya, Prabowo kekuatannya itu karena dia sudah berkali-kali menjadi Capres. Hanya selalu kalah. Jadi Prabowo ini sudah terkenal. Jadi bisa juga kekuatannya kalau banyak mi yang menganggap lamanya itu," sebutnya.

Meski AAS akan menjadi kekuatan baru Prabowo-Gibran di Sulsel, lanjut Prof Armin, namun tidak menentukan, sebab kalau sudah terlanjur masyarakat di Anies, maka tidak berpengaruh.

"Sulsel itu bukan penentu, tapi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah. Pemetaannya, Jawa Barat itu basis Anies dengan Prabowo. Jawa Tengah Ganjar, Jawa Timur Muhaimin-Mahfud," sebutnya.

Keunggulannya Prabowo yang lain, struktur politik dan pemerintahan akan didukung Jokowi, kemudian lanjut dia, partai Gerindra juga dikenal besar di Sulsel. Apalagi ketika pemilu beberapa kali selalu diperhitungkan. Sekarang ditambah parpol koalisi, seperti Golkar, PAN dan juga partai baru lainya.

"Kekuatan Prabowo sekarang didukung oleh partai besar seperti Gerindra, Golkar, PAN. Paling tidak pengurus dan aktivisnya di seluruh Indonesia itu mendukung Prabowo. Kekuatan pamungkas yang sangat diharapkan Prabowo adalah Jokowi mania," jelasnya.

Menurutnya, dengan berpasangan dengan Gibran, maka seolah memberitahukan bahwa Jokowi selaku Presiden berada di Prabowo, bukan PDIP atau Ganjar.

"Jadi praktis suaranya di Jawa tengah itu, ditarik semua. Ganjar itu harus belerja keras lagi," pungkasnya. (Yadi/B)

  • Bagikan