Januari, Prabowo-Gibran Garap Sulsel

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan menjajal calon pemilih di Sulawesi Selatan. Pasangan calon presiden dan wakil presiden ini dijadwalkan kampanye di Kabupaten Maros dan Bone awal tahun depan. Mengapa pasangan nomor urut dua ini memilih berkampanye di dua kabupaten tersebut? Lantas, bagaimana dua pasangan calon lainnya untuk meraup suara di Sulawesi Selatan?

Tim pemenangan Prabowo-Gibran di Sulawesi Selatan telah menerima jadwal kampanye nasional di daerah ini. Prabowo-Gibran akan hadir di Sulsel pada Minggu 7 Januari 2024.

Dewan Pengarah Tim Prabowo-Gibran di Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan semua jadwal kampanye Prabowo-Gibran telah diatur oleh tim pemenangan nasional untuk kunjungan tiap daerah. Meski begitu, jadwal tersebut masih bersifat tentatif.

"Jadi, agenda capres-cawapres pak Prabowo-mas Gibran sudah diagendakan TPN. Tapi semua tentatif. Untuk Sulsel tetap akan menjadi salah satu lokasi kampanye akbar," ujar Iwan, Senin (4/12/2023).

Iwan mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk mempersiapkan penyambutan dan proses kampanye Prabowo-Gibran. Dia memastikan mesin partai akan bekerja mulai DPD, DPC, relawan dan partai koalisi melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai calon yang akan diusung.

"Otomatis kita instruksikan kepada seluruh kader di Sulsel bergerak bersama sosialisasikan Prabowo-Gibran. Ini sudah menjadi tugas hak dan kewajiban memperjuangkan hak tersebut secara maksimal," ujar dia.

"Mesin partai sudah bergerak jauh hari untuk membangun koordinasi dengan partai pengusung. Kami mengkoordinasikan para relawan pemenangan Prabowo-Gibran untuk berkoordinasi dengan baik demi menggarap pemilih," sambung dia.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Sulsel, Andi Damisnur mengungkapkan bahwa jadwal tersebut sudah ditentukan oleh TKN pusat. Namun, sejauh ini jadwal kampanye itu masih sifatnya baru wacana.

"Itu baru rencana untuk kepastiannya akan sampaikan kemudian oleh TKN," kata Damisnur.

Kabupaten Bone merupakan tanah kelahiran mantan Wapres dua periode Jusuf Kalla. Purnawirawan Polri berpangkat dua bintang ini membeberkan terkait pertimbangan TKN memilih Maros dan Bone sebagai titik kampanye. Pertama, Bone adalah daerah terbanyak basis penduduknya setelah Kota Makassar. Berdasarkan rekapitulasi KPU Bone, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 mendatang sebanyak 587.777 orang. Sementara, Maros dianggap dekat dengan Kota Makassar.

Dasminur mengaku masih menunggu arahan dari TPN soal lokasi yang akan digunakan kampanye akbar meski sudah ada jadwal yang direncanakan. Pihaknya juga menanti kepastian kedatangan Prabowo-Gibran pada jadwal tersebut.

"Waktu disampaikan (jadwal kampanye) baru rencana awal, akan disampaikan kemudian kalau kepastiannya datang ke Makassar," imbuhnya.

Dia pun enggan sesumbar soal lokasi yang lebih dulu didatangi Prabowo-Gibran. Pihaknya akan bergerak sesuai arahan dari TKN Prabowo-Gibran.

"Mengenai titiknya apakah titik 1 atau titik 2, apakah Bone dulu ke Makassar atau dari Makassar dulu baru ke Bone itu belum ada petunjuk dari TKN," jelas Dasminur.

Damisnur mengaku optimis bisa mempertahankan kemenangan Prabowo di Sulsel. Dia mencontohkan momen Pilpres 2019, saat Prabowo berpasangan Sandiaga Salahuddin Uno meraup suara hingga 57 persen.

"Secara khusus Sulsel dipetakan, 2019 di Sulsel (Prabowo-Sandi) menang hampir 60 persen (57%), kalau target kita di 2024 tetap 60 persen ke atas. Tetap optimis kita, kita berharap semua yang terlibat khususnya partai pengusung harus bekerja keras," ujar dia.

Pengamat Politik Unhas Makassar, Tasrifin Tahara menyebutkan, keuntungan elektabilitas capres/cawapres berkampanye di Sulsel karena Sulsel adalah daerah berpengaruh di Kawasan Timur Indonesia atau di luar Jawa.

"Sisi yang menguntungkan karena bukan dalam hal wilayah tapi sulsel ini dihuni oleh etnis Bugis Makassar, Toraja, dan Massenrengpulu yang orangnya berdiaspora di seluruh wilayah nusantara," ujar dia.

Menurut akademisi Unhas itu, ikatan inilah yang menguatkan posisi Sulsel menjadi simbol pemilik suara yang besar baik dari segi kewilayahan sebagai gerbang Kawasan Timur Indonesia.

"Dan ikatan etnisitas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ini menjadi basis menunjang perolehan tambahan suara secara nasional. Apalagi DPT Sulsel terbesar di Indonesia Timur," jelasnya.

Bagaimana pengaruh suara dari Sulsel dalam menentukan kemenangan suara secara nasional? Menurutnya, pengaruhnya sangat besar karena setelah mempertimbangkan Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, maka perhatian tertuju pada suara di Sulsel.

"Hal yang menjadi variabel berpengaruh karena sulsel banyak memiliki tokoh-tokoh politik yang berpengaruh hingga pada level nasional," terang dia.

Direktur Profetik Institute Asratillah berpandangan. Dari segi jumlah suara, Sulsel merupakan pemilik suara terbanyak di Indonesia Timur dengan jumah 6.670.582 pemilih, dan berada di urutan ke tujuh secara nasional.

"Dengan berkampanye di Sulsel berarti kandidat membuka jalan menguasai teritori Indonesia Timur. Menjadi pemilik suara dominan di Sulsel sama saja menjadi dominan di Indonesia Timur," tutur dia.

Asratillah mengatakan, selain faktor jumlah pemilih, Sulsel menjadi titik penghubung bagi kota-kota besar di Indonesia Timur. Sebagian besar media raksasa berkantor dan memiliki cabang di Sulsel.

"Artinya dengan membuat kegiatan di Sulsel berarti membuka peluang untuk terekspos oleh media-media besar sehingga dengan mudah menjangkau kota-kota lain di Indonesia Timur," jelas dia.

Menurut dia, secara otomatis Sulsel juga menjadi episentrum hiruk pikuk isu-rumor politik di Indonesia Timur. Hampir semua elit di Indonesia Timur kemungkinan besar memiliki kolega dan urusan di Sulsel.

"Apalagi diaspora orang Sulsel di kawasan Indonesia Timur cukup besar dan menguasai sektor-sektor vital, semisal politik dan ekonomi," kata dia.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Sukri Tamma mengatakan, meskipun jumlah pemilih di Sulsel relatif kecil dibandingkan dengan daerah-daerah di Jawa, namun Sulsel dianggap salah satu wilayah yang strategis untuk meraup suara. Di mana dari daftar pemilih tetap (DPT) di Sulsel hanya sebanyak 6 juta lebih, sementara di Jawa Timur (Jatim) misalnya mencapai 31 juta lebih.

"Kalau kita menghitung secara nasional, jumlah suara kita (di Sulsel) itukan hanya sekitar 6 juta lebih. Beda kalau kita menghitung Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta apalagi itukan sangat besar. Kalau kita menghitung jumlah suara memang tidak terlalu besar, tetapi kalau kita melihat pertarungan di Jawa itukan sengit sekali dan hampir semua daerah sudah di klaim sehingga daerah luar menjadi rebutan dan dianggap bisa menjadi sesuatu pembeda," ungkap Sukri.

Sukri juga menjelaskan, alasan lain Capres-Cawapres berbondong-bondong ke Sulsel untuk memperkenalkan diri melalui sejumlah kegiatan dikarenakan Sulsel masih dianggap sebagai barometer politik Indonesia Timur. Termasuk juga Sulsel dinilai turut memainkan peran krusial dalam menentukan arah politik nasional. Sulsel disebut bukan hanya dianggap sebagai pemberi suara, tetapi juga sebagai pembeda yang dapat memperkuat citra calon presiden di tingkat Nasional.

"Sulsel itu salah satu tempat yang menjadi barometer Indonesia Timur dan lumayan dibandingkan dengan daerah lain. Sulsel dianggap barometer politik di luar Jawa sehingga penting, selain jumlah suara itu. Penting juga bagi Capres-Cawapres untuk mendapatkan images bahwa ada dukungan dan diterima di luar Jawa sehingga berebut untuk datang memastikan mendapatkan images tadi," sebutnya.

Pemilih di Sulsel saat ini juga disebut masih sengketa, mengingat dalam Pilpres 2019 lalu pasangan Capres-Cawapres hanya ada dua pasang, berbeda dengan tahun 2024 ada tiga pasang. Meskipun dalam Pilpres 2019 lalu pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendominasi Sulsel namun suara tersebut diprediksi akan terpecah ke Anies Baswedan.

"Kalau kita melihat hasil pemilik 2019 lalu, kan, yang menang Prabowo tapi saat itu pasangan cuman ada dua, Prabowo melawan Jokowi, tapi saat ini pasangan ada tiga dan kita tau saat itu (2019) Prabowo ada di barisan yang sama dengan Anis, sehingga tentu suara itu bisa terbagi dan kita tidak bisa mengklaim Prabowo mendapatkan lagi suara sama dengan 2019 ," ucap Sukri.

"Karena suara akan pecah dengan masuknya Anies. Jadi kalau kita melihat Sulsel saat ini itu posisinya belum bisa kita lihat siapa yang dominan, karena itu tadi suara pecah tiga dan sayakira masing-masing calon pasti bekerja. Masih wilayah sengketa, masih jadi wilayah yang diperebutkan karena tidak ada yang unggul sangat banyak perpecahan suara masih sangat kuat," sambung dia.

Untuk di Sulsel, pemilih pemula atau kaum milenial juga disebut sebagai sasaran para Capres-Cawapres untuk mendapatkan suara. Namun pemilih pemula tersebut dianggap masih cair, pendekatan politik harus disesuaikan dengan karakteristik dan dinamika khas mereka.

"Kalau kita melihat presentasi yang ada di Sulsel itu kecenderungannya pemilih muda itu ada sekitar 30 persen, artinya seperti dari jumlah pemilih dan saya kira ini juga cukup besar. Apalagi ini dalam situasi ini pemilih pemula dianggap masih baru sehingga masih sangat cair, sehingga pola pendekatan pun tidak bisa disamakan dengan mereka yang sudah memilih sejak awal dan arahnya kemana," pungkasnya.

Adapun jadwal kampanye akbar pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md di Sulsel hingga saat ini belum ada. Ketua Pemenangan Daerah, Udin Saputra Malik secara singkat mengatakan belum mendapat agenda atau kepastian soal jadwal kampanye terbuka capres tersebut.

"Kami TPD belum dapat jadwal, dan belum terjadwal di Makassar. Yang pasti akan ada," ujar Udin.

Begitu juga, anggota tim pemenangan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Tobo Haeruddin mengakui belum ada jadwal pasti akan melakukan kampanye akbar di Sulsel. (suryadi-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan