BANTAENG, RAKYATSULSEL - Masyarakat Desa Papanloe, Kecamatan Pa'jukukang yang tinggal di sekitaran PT Huady Nickel Alloy Indonesia (PT HNI) mengeluhkan pencemaran lingkungan dari pabrik smelter pabrik pengolahan biji nikel itu.
Asap tebal, debu dan bau busuk menjadi makanan sehari-hari warga di sana. Sejak smelter pemurnian biji nikel beroperasi pada 2019 itu, masyarakat Desa Papanloe dan sekitar pabrik mengeluhkan bau busuk dari hasil pembakaran perusahaan itu.
Selain dari bau busuk, masyarakat juga keluhkan debu berwarna merah dan suara bising dari aktivitas smelter.
Hal itu diungkapkan salah satu warga berinisial H. Dia mengatakan debu yang di timbulkan smelter kerap kali menempel di lantai rumahnya.
"Yang paling parah itu debunya, apalagi debunya warna merah ki toh, jadi kentara sekali di lantai rumah apalagi kalau tegel putih," katanya saat ditemui di rumahnya.
Tak hanya itu, ia juga meresahkan bau dari pabrik pemurnian nickel yang tak jauh dari rumahnya. Jarak antara pagar pabrik dengan rumah hanyak puluhan meter.
"Baunya juga edede, ini mi paling mengganggu nasessaki tutup hidung terus." keluhnya.
Bahkan, suara bising aktivitas smelter juga sering diresahkan serta menganggu waktu istirahat dari warga di malam hari. Aktivitas pabrik pada malam hari biasanya lebih intens.
"Suaranya juga, apalagi kalau malam susahki tidur ribut itu dari suara mesinnya, suara mobil tumpah limbah nikel yang tiba-tiba bergemuruh jadi kaget ki," kata dia.
Akibat pencemaran lingkungan tersebut, dibeberapa titik sumur masyarakat tercemar hingga mengalami kekeringan dampaknya banyak warga kekurangan air bersih.
"Tercemar dan beberapa titik sumur itu sudah kering dan beberapa titik warga disekitar kekurangan air bersih. Jalan desa juga rusak, sekarang aspalnya sudah hampir tidak ada saking tidak bisanya menahan beban dari mobil kontainer 12 roda hingga 16 roda," kata dia. (Jet)
