Cerita Atlet Dayung Palopo Hidup Bersama Ibu dan Adiknya di Hunian Tak Layak

  • Bagikan
Atlet Dayung Palopo Berprestasi Sahrul Ashar dan Ibunya Tinggal di Hunian Tak Layak

PALOPO, RAKYATSULSEL - Atlet Dayung Kota Palopo Sahrul Ashar memiliki postur tinggi dan tegap. Tak ayal, dirinya menjadi bagian tim menyumbang emas untuk Kota Palopo di Porprov Sinjai-Bulukumba 2022 kemarin.

Namun, dibalik prestasinya tersebut. Sahrul Ashar hidup bersama ibu dan adiknya di hunian tak layak. Mereka tinggal di gubuk ukuran lima meter dan lebar empat meter. Dinding rumahnya hanya berupa terpal dan ditambal. Butuh bantuan pemerintah.

Ibu Sahrul Ashar, Hania (47) bercerita tentang kondisi rumahnya. Di mana, mereka telah tinggal di gubuk tersebut lebih dari 30 tahun bersama lima anaknya. Namun, tiga anaknya telah berkeluarga sehingga menyisahkan Sahrul dan adiknya berusia tujuh tahun.

"Rumah kami ini sudah hampir 30 tahunan saya huni. Anak kami lima, tapi sudah tiga berkeluarga. Sekarang sisa Sahrul dan adiknya. Kami perbaiki rumah sedikit demi sedikit hasil dari bonus Sahrul waktu dapat medali di Porprov baru-baru ini," kata Hania saat ditemui, Rabu (29/3).

Hania mengaku sampai saat ini tak pernah mendapatkan bantuan melalui program bedah rumah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo. Padahal, rumah yang ditempati merupakan milik pribadi.

"Lahan ini milik saya, kalau bantuan program beda rumah sampai saat ini belum pernah didapatkan. Kalau bantuan berupa sembako biasa kami dapatkan," ucapnya.

Sementara, Atlet Dayung Palopo Sahrul Ashar menambahkan, selama ini tak pernah ada bantuan program bedah rumah.

"Betul sampai saat ini belum ada bantaun berupa program bedah rumah. Saya bantu ibu perbaiki tempat ini dari bonus saat pulang dari Sinjai Porprov kala itu dapat 2 emas dan 1 perunggu, jumlahnya Rp11 juta," kata Sahrul.

Selain itu, Sahrul menceritakan bahwa dirinya pernah masuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Kota Palopo. Hanya saja, dirinya berhenti lantaran tak mampu membayar uang kuliah dan tak mendapat bantuan beasiswa.

"Saya berhenti kuliah di semester 1 kendala tak ada biaya dan tak ada beasiswa saya dapat. Sekarang jadi buruh di pelabuhan bantu biaya adik dan kebutuhan harian di rumah bersama ibu," urainya

Terpisah, Lurah Ponjalae, Gerhany Djafar, memang belum tersentuh program bedah rumah.

"Memang belum masuk daftar bedah rumah, tapi kalau bansos dia dapat, kami tetap mengupayakan. Karena memang di Ponjalae ada kurang lebih 100 rumah tidak layak huni," kata Gerhany Djafar. (Jaya/A)

  • Bagikan