Golkar Sulsel Pamer Jagoan Caleg DPR RI

  • Bagikan
Ilustrasi

Baik secara kelembagaan masing-masing individu kader Partai Golkar bawa penugasan fungsionaris kepada seluruh kader partai dapat sekaligus diorentiasikan pada proses awal sebagai bakal calon anggota legislatif di tingkat pusat bakal calon anggota DPR RI.

Dengan demikian, Marzuki Wading menuturkan, menghadapi politik 2024 seluru kader kompak bergandengan tangan. Tidak boleh beda pendapat supaya menang di tingkat Kabupaten/kota, Provinsi dan DPR RI.

"Karena menentukan kita menang adalah harus kerja keras, tidak boleh berhela-hela. Ini hanya dilakukan secara kolaborasi. Harus aktifkan hasta karya (organisasi sayap)," pungkasnya.

Tidak sedikit pihak menilai Partai Golkar yang menjadikan Sulawesi Selatan sebagai lumbung suara setiap Pemilihan Legislatif (Pileg) terancam terkikis. Apalagi perolehan kursi beringin di Sulsel kian menurun.

Di sisi lain kompetitor Partai Golkar di Sulawesi Selatan, seperti NasDem dan Gerindra terus mengancam. Indikatornya perolehan kursi Golkar di DPRD Sulsel kian anjlok, meskipun menempati unsur pimpinan.

Buktinya pada Pileg 2014, Golkar mampu mendudukkan 18 kadernya di DPRD Sulsel. Namun itu menurun pada Pileg 2019, dari 18 turun menjadi 13.

Lalu kompetitornya seperti NasDem meningkat signifikan dari Pileg 2014 tujuh kursi menjadi 12 kursi pada Pileg 2019. Kemudian Gerindra tetap stagnan di 11 kursi Pileg 2014 dan 2019.

Tak hanya itu, hasil riset PT General Survey Indonesia (GSI) baru - baru ini menunjukkan, elektoral Golkar di Sulsel hanya selisih tipis dengan kompetitornya dalam menyambut kontestasi politik 2024. Antaranya Partai Golkar 13,4 persen, Partai NasDem 12,3 persen dan Partai Gerindra 12,1 persen.

Terpisah, Pengamat Politik dari Universitas Bosowa, Arief Wicaksono menilai, untuk mempertahankan eksistensi Partai Golkar di Sulawesi Selatan sebagai lumbung suara, sepatutnya segera berbenah. Khususnya terkait strategi.

Kemudian kata Arief, kader Partai Golkar perlu memiliki kesadaran. Sebab jika hanya berupaya mempertahankan kursi, itu terbilang masih kurang.

"Jawabannya adalah terletak pada kesadaran bahwa kalau cuman mempertahankan kursi itu kurang, jadi target paling tinggi harus diterapkan partai politik dan figur yang caleg ini harus lebih kuat, jangan hanya mempertahankan kursi," ujar Arief.

Menurut Arief, jika Golkar ingin tetap berjaya di Sulsel perlu aktif melakukan evaluasi pada mesin partai. Serta para kader perlu all out dalam kerja - kerja pemenangan dan menjaga kesolidan.

"Karena semua partai punya upaya, pasti ada yang terancam karena ini kompetisi, ada yang kalah, ada yang menang. Tapi sebelum kita bicara kalah menang, kita harus melihat upaya atau proses yang dilakukan partai politik seperti Golkar dan juga partai lainnya," tukas Arief.

Dari nama-nama caleg Golkar, ada beberapa kepala daerah. Bahakan mantan kepala daerah jika masuk tahun 2024 karena sebagaian di tahun 2023 sudah berakhir.

Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Sukri Tamma menilai potensi para kepala daerah yang bakal mencalonkan sebagai legislator pusat cukup terbuka.

  • Bagikan